Opini

Sekularisme, Merusak Naluri Ibu

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Azmi (Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, OPINI--Menjadi ibu merupakan kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hadirnya buah hati menjadi pelengkap kebahagiaan rumah tangga. Bayi mungil nan menggemaskan itu butuh kasih sayang orang tuanya. Meskipun sudah besar, buah hati tetap harus diberi kasih sayang dan perlindungan.

Namun, sangat disayangkan sekali, tidak semua orang nyatanya mampu menjalankan peran sebagai orang tua. Bahkan, seorang ibu yang seharusnya menjadi orang yang paling peduli dan sayang pada anaknya, justru dengan tega mengorbankan anaknya. Nasib pilu tersebut dialami oleh seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Seorang kepala sekolah berinisial J (41), yang juga seorang PNS, mencabuli dirinya. Ibu kandung korban yang berinisial E, yang juga seorang PNS, mengetahui dan menyetujui aksi pencabulan tersebut (kumparan.com, 1/9/2024).

Sungguh diluar dugaan. Seorang ibu kandung merelakan anak kandungnya sendiri dicabuli. Ke manakah naluri seorang ibu? Apakah yang menyebabkan seorang ibu berperilaku demikian?

Sekularisme Kapitalisme dalam Kehidupan

Ibu ialah manusia yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama bagi anaknya, tapi ibu juga ternyata bisa melakukan kekejian yang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa naluri keibuan yang mati merupakan salah satu realita kehidupan. Dan, hal ini pula menambah panjang deretan potret kelam rusaknya pribadi ibu dan rusaknya masyarakat kini.

Sistem kehidupan yang sekuler kapitalis melemahkan keimanan yang ada pada diri individu. Jika keimanan lemah apalagi rusak, akan dengan mudah mendorong manusia melakukan hal yang keji, asusila, dan kejahatan lainnya. Karena, kehidupan yang sekuler merupakan kehidupan yang memisahkan agama dari kehidupan.

Alhasil, manusia merasa bebas berbuat semaunya sendiri. Hawa nafsunya yang mendominasi. Sang ibu pun seolah kehilangan akal dan naluri.

Sistem sekuler kapitalisme yang memiliki tolak ukur kebahagiaan adalah materi, sedikit atau banyak, membuat tujuan hidup manusia mengarah pada hal-hal yang bersifat materi dan hawa nafsu duniawi. Sistem ini pula mendorong manusia berperilaku bebas sesuka hati. Hal ini dapat menimbulkan perilaku liberal tanpa batasan, seperti pacaran, zina, berduaan dengan yang bukan mahramnya, campur baur antara laki-laki dan perempuan yang tidak diperbolehkan oleh syarak.

Kejadian ini juga menunjukkan bukti kegagalan sistem pendidikan dan sistem sanksi. Sistem pendidikan yang berlandaskan pada sekularisme akan sulit melahirkan individu yang berkualitas. Buktinya, oknum pegawai negara yang dengan jabatan kepala sekolah, serta ibu korban yang juga seorang pegawai negara, tega melakukan perbuatan keji. Agama seharusnya menjadi pedoman dan landasan dalam berperilaku.

Kapitalisme pun mempengaruhi pola pikir peserta didik. Peserta didik mungkin saja berpikir bahwa tolak ukur kesuksesan individu adalah dengan meraih materi sebanyak-banyaknya. Peserta didik akan mungkin tidak dibina untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Selanjutnya, sistem sanksi yang ada dalam sistem sekuler tidak memberikan efek jera. Imbasnya, perbuatan zina dan tindakan asusila marak terjadi. Individu pun tidak memikirkan konsekuensi atas tindakan yang dilakukannya.

Sistem Islam dalam Kehidupan

Islam menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya. Dari peran yang mulia ini, akan melahirkan generasi yang berkualitas. Untuk melahirkan generasi yang berkualitas, seorang ibu harus bisa mengasuh dan mendidik anak-anaknya.

Akidah Islam yang kukuh harus ditanamkan pada diri anak oleh ibu. Anak juga harus dibiasakan untuk taat pada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Maka dari itu, wajib membekali diri dengan pemahaman Islam yang benar untuk para ibu maupun para calon ibu. Agar perannya optimal, negara membantu ibu dengan cara menjamin kebutuhan dasar. Sehingga, para ibu tidak akan dibebani oleh permasalahan ekonomi. Para suami akan diberi kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan/ membuka lapangan pekerjaan atau bantuan modal untuk usaha. Rekrutmen pekerja pun akan diprioritaskan untuk laki-laki. Meskipun demikian, perempuan masih boleh bekerja dengan berbagai ketentuan, sehingga tidak melalaikan kewajibannya dalam mengasuh dan mendidik anaknya.

Lalu, negara dalam Islam akan menerapkan sistem pendidikan yang berlandaskan pada akidah Islam. Sehingga, akan lahir generasi yang berkepribadian Islam serta cerdas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tenaga guru yang profesional dan saleh serta salihah akan disediakan dan dibentuk oleh negara.

Selanjutnya, informasi maupun tayangan yang bersifat pornografi atau pornoaksi, yang mengumbar maksiat, dan yang tidak bermanfaat, akan disaring dan dicegah oleh negara. Sehingga, tayangan yang ada adalah tayangan yang bermanfaat bagi umat. Dan, tayangan yang mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Kemudian, sistem pergaulan nya pun akan berdasarkan pada Islam. Masyarakat akan bergaul dengan batasan-batasan tertentu. Pacaran, zina, khalwat, dan ikhtilat akan dilarang. Interaksi dengan lawan jenis hanya dalam urusan jual beli, kesehatan, pendidikan, silaturahim pada kerabat, dan lainnya. Dengan begitu, pergaulan antara perempuan dan laki-laki akan terjaga dan terhindar dari kemaksiatan.

Negara akan mendidik masyarakat agar dalam melakukan perbuatan selalu sesuai dengan syariat Islam. Masyarakat pun diedukasi agar mempersiapkan bekal untuk akhirat, tidak terlarut dalam kenikmatan dunia, serta melakukan aktivitas amar makruf nahi mungkar.

Selain itu, negara juga akan menerapkan sistem sanksi yang sesuai dengan syariat Islam. Sistem sanksi ini akan menimbulkan efek jera. Sehingga, minim sekali orang lain akan melakukan kejahatan yang serupa. Tidak ada praktik tebang pilih hukum dalam syariat Islam.

Demikianlah, jika penerapan Islam dilakukan secara menyeluruh pada semua aspek kehidupan. Kondisi masyarakat akan sehat, baik secara fisik maupun psikis, dan sejahtera. Negara pun akan melindungi rakyatnya, termasuk generasi, dari hal-hal yang merusak dan membahayakan. Wallahualam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here