Sekularisme pula yang menciptakan kurikulum pendidikan tak berasaskan akidah IsIam sehingga yang tumbuh subur di dunia pendidikan adalah kurikulum yang mengagungkan kebebasan.
Oleh : Heti Suhesti (Aktivis Dakwah)
wacana-edukasi.com, OPINI– Dunia Pendidikan adalah tempat untuk menempa setiap individu dengan berbagai ilmu dan aktivitas untuk menjadi insan yang terdidik, bermoral dan bermanfaat untuk masyarakat dan negara. Karena pendidikan pula individu menjadi mulia dengan ilmu yang dimilikinya.
Namun hari ini dunia pendidikan yang diharapkan mampu mencetak individu-individu yang pintar dan cerdas otaknya, baik akhlaknya, bermoral dan berkarakter bahkan bermanfaat untuk agama dan negara sepertinya hanya teori belaka.
Pasalnya, Berkali-kali dunia pendidikan digegerkan dengan kasus-kasus yang tak wajar dilakukan peserta didik baik tingkat mahasiswa, tingkat menengah atas, tingkat menengah pertama bahkan tingkat dasar.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat terdapat 16 kasus perundungan dari Januari-Juli 2023 bahkan di dalamnya terdapat 4 kasus perundungan di awal tahun ajaran baru pada medio Juli 2023.
Dari 16 kasus perundungan pada satuan pendidikan mayoritas terjadi pada sekolah tingkat dasar dan sekolah menengah pertama masing-masing sebanyak 25 persen, sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan masing-masing 18,75 persen dan terjadi di madrasah tsanawiyah dan pondok pesantren masing-masing 6,25 persen.
Ketua Dewan Pakar FSGI, Retno Listyarti merincikan dari jumlah korban perundungan di satuan pendidikan sebanyak 43 orang korban terdapat 41 orang korban dialami oleh peserta didik (95,4 persen) dan 2 orang korban dialami oleh pendidik (4,6 persen). Adapun pelaku perundungan dari jumlah pelaku 89 orang dengan mayoritas pelaku adalah peserta didik sebanyak 87 orang (92, 5 persen) dan pelaku pendidik yaitu satu orang guru dan satu orang kepala sekolah (7, 5 persen). Dari data tersebut menyatakan bahwa mayoritas korban dan pelaku adalah peserta didik.
Sungguh miris, mereka seharusnya terlindungi dan mampu menjadi peserta didik yang bermoral dan berbudi pekerti luhur namun mereka menjadi sosok-sosok yang rusak dan membahayakan.
Fakta tersebut baru menyebutkan satu kasus kenakalan anak-anak pelajar dengan kasus yang mencengangkan bahkan kasus perundungan tertinggi dialami oleh peserta didik tingkat dasar dan menengah pertama yang secara usia masih terlalu belia namun mereka sudah menjadi korban dan juga pelaku sedangkan potret buram dunia pendidikan masih berderet seperti pergaulan bebas, narkoba, tauran, menonton video porno dan lain sebagainya. Ada apa dengan dunia pendidikan saat ini?
*Sarang Kenakalan*
Dunia pendidikan saat ini seolah menjadi tempat yang tidak aman dan mengkhawatirkan dari banyaknya kasus dengan berbagai jenis kenakalan peserta didik menjadikan lembaga pendidikan menjadi tempat yang tidak aman, menakutkan dan bahkan membahayakan.
Bahkan mendikbudristek menyatakan Indonesia darurat bullying di sekolah dan BKKBN juga menyatakan Indonesia darurat seks bebas dengan kasus bawaannya yaitu aborsi dan penyimpangan hubungan seksual.
Ironis, anak bangsa yang seharusnya menjadi aset berharga dan potensial untuk kemajuan bangsa dan negara namun justru sebaliknya. Anak bangsa pula yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa ini namun apa jadinya nasib masa depan bangsa ini jika mayoritas mereka bermasalah. Inilah pil pahit yang harus bangsa ini rasakan.
Sekularisme Biang Keladi
Semua masalah yang terjadi di dunia pendidikan tentu bukan tanpa sebab. Ada penyebab yang mengakar yang menyebabkan berbagai masalah tercipta yaitu sistem aturan pemerintah yang berlandaskan sekulerisme, memisahkan agama dari kehidupan dan negara sehingga peran agama hilang disetiap sendi-sendi kehidupan termasuk dunia pendidikan dan yang tersisa hanyalah gaya hidup yang bebas dan permisif.
Sekularisme pula yang menciptakan kurikulum pendidikan tak berasaskan akidah IsIam sehingga yang tumbuh subur di dunia pendidikan adalah kurikulum yang mengagungkan kebebasan. Sangat terlihat jelas pada kurikulum yang baru saja diterapkan negeri ini yaitu Merdeka Belajar dengan ciri khususnya adalah membebaskan dengan sebebas-bebasnya kehendak, pendapat dan aktivitas yang peserta didik inginkan tanpa ada dikte dan pemaksaan dari guru. Karena semua kreativitas atau pendapat peserta didik dianggap benar dan harus disupport.
Maka sangat sinkron antara perilaku bebas dengan kurikulum merdeka belajar yang mengagungkan kebebasan telah berhasil menciptakan peserta didik yang bebas hingga kebablasan. Mereka seolah diperbolehkan melakukan apapun sesuka hati mereka tanpa memandang lagi apakah benar atau salah, berbahaya atau tidak dan merugikan atau tidak.
Maka perilaku bully baik pada peserta didik ataupun guru sulit untuk dihentikan apalagi dihilangkan karena sistem yang diterapkan mendukung semua tindak keburukan, kejahatan termasuk perundungan atas nama HAM.
Juga karena minimnya pemahaman islam sehingga tak mampu mencetak peserta didik yang berkepribadian IsIam yang ada justru mereka hilang arah tanpa tahu dan memahami hakikat hidup di dunia ini, sehingga jangankan takut dosa dan neraka kewajiban pribadi saja seperti sholat dan menutup aurat sulit untuk dilakukan.
Selain itu dalam sekulerisme kebenaran sudah tak lagi berlandaskan hukum syara yaitu halal atau haram namun kebenaran bersifat relatif maka semua orang bebes melakukan apapun karena benar atau salah penilaiannya dikembalikan pada diri individu masing-masing.
Inilah fakta kondisi generasi saat ini mengagungkan kebebasan dan menjadikan ajaran IsIam hanya ditempatkan di pojok-pojok masjid dan hilang dari aktivitas kehidupan mereka terkhusus dunia pendidikan.
Islam Solusi
Beda halnya dengan sistem IsIam yaitu Khilafah Islamiyah dimana semua aturan yang diterapkan dalam daulah khilafah adalah al-qur’an dan sunnah termasuk aspek pendidikan. Pendidikan Islam berlandaskan akidah islam dan outputnya adalah syakhsiyah IsIam (berkepribadian IsIam) maka kurikulum yang diterapkan mengharuskan peran agama dalam semua aktivitas pendidikan.
Dan Tsaqofah IsIam menjadi hal penting untuk dipahami peserta didik agar memahami hakikat kehidupan manusia yaitu menjalani kehidupan dunia ini dengan ketaatan yang totalitas pada al-khaliq menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah yang merupakan kedudukan tertinggi di muka bumi ini.
Sadar akan kedudukannya sebagai hamba Allah adalah kesuksesan tertinggi bagi seorang peserta didik karena dengan sadar akan posisinya dia senantiasa mengharapkan ridha Allah dalam setiap aktivitasnya. Sehingga tercipta peserta didik yang bersyakhsiyah IsIam yaitu pola pikir dan pola sikapnya berlandaskan IsIam. Wallahu a’lam
Views: 29
Comment here