Opini

Sekularisme Penyebab Maraknya Bunuh Diri

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ilma Mahali Asuyuti

wacana-edukasi.com, OPINI-– Kasus bunuh diri pada anak harus menjadi perhatian mengingat usia anak yang masih belia. Apalagi mulai menjadi fenomena di tengah masyarakat. Mengutip RRI.co.id, Pemerintah mencatat, setidaknya ada 20 kasus bunuh diri anak-anak sejak Januari 2023. Hal itu disampaikan Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Nahar.

Nahar mengatakan bahwa para korban bunuh diri merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Menurutnya, kebanyakan mereka yang bunuh diri disebabkan oleh depresi.

“Catatan kami tahun 2023 saja kasus bunuh diri anak sudah sampai di angka 20 kasus. Penyebab, ada depresi, dugaan perundungan, dan banyak penyebabnya,” kata Nahar kepada wartawan di Kantor KemenPPPA Jakarta, Jumat (10/11/2023).

Nahar juga bilang bahwa korban kasus bunuh diri terbesar di beberapa wilayah di Indonesia. Dampak psikis yang kerap dialami anak-anak akibat kekerasan maupun perundungan, kata dia, bisa mengakibatkan masalah baru.

“Jangan sampai dampak psikis itu mengakibatkan masalah baru termasuk bunuh diri. Kita harus segera menangani kalau ada anak yang mengalami masalah, di cek dampaknya sekecil apapun,” ujarnya.
(RRI.co.id, Sabtu 11/11/2023).

Maraknya kasus bunuh diri rata- rata disebabkan karena depresi. Depresi itu sendiri adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai proses berpikir, berperasaan dan berperilaku seseorang. Seseorang yang depresi memperlihatkan perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan, disertai sedih, kehilangan minat dan kegembiraan.

Seseorang yang depresi merasa tidak lagi bersemangat melakukan aktivitas apapun, hilang kegembiraan dan rasa percaya diri, apalagi ketika depresi karena perundungan, bisa menyebabkan seseorang merasa hidupnya serba salah karena omongan buruk yang banyak dilontarkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Kenapa hal itu bisa terjadi, bahkan pada anak-anak? Karena saat ini tidak ada sandaran atau landasan akidah Islam dalam diri anak-anak yang disebabkan oleh pendidikan yang ditanamkan sejak dini bukan akidah Islam.

Pendidikan saat ini yang ditanamkan pada anak, mulai dari keluarga, masyarakat, sekolah dan negara bukan lagi akidah Islam, bukan dengan metode Islam, sehingga ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan, rentan mengalami depresi dan buntu mendapatkan solusi.

Pendidikan yang ditanamkan saat ini adalah pendidikan ala sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan, tidak mengenalkan tujuan hidup, dan tidak mengenalkan tentang Allah sepenuhnya.

Dengan tidak mengetahui tujuan hidup yang sebenarnya, seseorang hanya menjalankan kehidupannya sebagaimana air mengalir yang tidak diatur akan kemana. Begitu pun pada anak, ketika ia tidak dikenalkan tentang Allah dan Islam, yang merupakan sandaran hidup dan arah tujuan hidup, dia menjadi bingung harus berbuat apa ketika tujuannya saja tidak ada.

Padahal jika ia mengenal Allah, dia tidak akan berbuat sesuatu yang merugikan, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Karena dia tahu bahwa Allah melihat apa yang dia lakukan, dan tahu untuk apa dia berbuat sesuatu.

Demikian pula ia tidak akan berani melakukan bunuh diri ataupun tindakan menzalimi diri yang lainnya, sebab Allah telah melarangnya dengan tegas dalam Al Qur’an surat An-Nisaa ayat 29-30

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

Hidupnya juga akan fokus melakukan sesuatu yang bermanfaat, seperti menghasilkan karya sebagaimana anak-anak dan pemuda dulu di zaman Rasulullah dan setelahnya saat Islam masih diterapkan sepenuhnya dalam kehidupan, para pemuda pada zaman itu, menghabiskan hidupnya untuk menuntut ilmu dan berkarya.

Maka untuk menjadi seorang pemuda atau generasi hebat tentunya membutuhkan peran keluarga terutama ibu yang merupakan pendidik pertama bagi anaknya, masyarakat yang saling mengingatkan terhadap kesalahan, Sekolah yang membina akidah Islam, dan Negara yang menjaga akidah Islam agar selalu kuat, juga memfasilitasi warga negaranya untuk berkarya demi terbentuknya generasi penerus peradaban Islam.

Seperti Imam Syafi’i, beliau menjadi seorang yang hebat hingga menularkan banyak ilmu karena Islam, dan karena pendidikan seorang ibu yang hebat, yang selalu menjaga amanah Allah yaitu anak dengan bersungguh-sungguh.

Ibunda Imam Syafi’i, yaitu Fatimah binti Ubaidillah Azdiyah, selalu menjaga putranya, mulai dari harta dan pengasuhannya, ia selalu berhati-hati agar tidak ada sesuatu yang syubhat atau tidak baik masuk ke tubuh Imam Syafi’i, baik itu makanan maupun harta.

Pengasuhannya pun ia berikan yang terbaik untuk putranya, mulai dari pendidikannya, hafalan Al-Quran nya, menyuruh Imam Syafi’i berguru kepada ulama dengan berbagai displin ilmu, hingga Imam Syafi’i pun menjadi seorang ‘alim yang ilmunya banyak digunakan hingga hari ini, bahkan menjadi acuan madzhab yang dipakai kebanyakan orang.

Itulah kenapa Islam harus diterapkan dalam kehidupan, agar semua hal dan perbuatan dilakukan sebagaimana harusnya. Juga supaya anak-anak tidak hanya pintar bermain gadget, tetapi juga tahu bagaimana menjadi seorang yang menghasilkan karya hebat seperti Imam Syafi’i.

Islam terbukti mampu mewujudkan generasi hebat dan berkualitas yang bisa menjadikannya bermanfaat bagi semua orang. Dengan begitu, tidak ada pendidikan sempurna, kecuali hanya dengan Islam. Islam tidak mengenal depresi, bullying, bunuh diri. Tetapi Islam mengenalkan untuk apa seseorang hidup.

Wallahu’alam bisshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 7

Comment here