Opini

Sekulerisasi Remaja, Akibat Generasi tanpa Arah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Nurmilati

Darah muda darahnya para remaja, yang selalu merasa gagah tak pernah mau mengalah, biasanya para remaja berpikirnya sekali saja tanpa memikirkan akibatnya. Begitulah sebagian karakter remaja yang digambarkan pada sepenggal lirik lagu Rhoma Irama, siapapun akan selalu tertarik memperhatikan keunikan remaja, terlebih remaja sekarang, ada yang mengatakan di mana pada era ini kebanyakan remaja perempuan sengaja auratnya diumbar dibiarkan berkibar dengan gigi dipagar.

Masa perubahan fisik yang ditandai oleh permulaan pubertas dengan ragam cerita yang mewarnai kehidupannya, menjadikan mereka ingin selalu terlihat eksis di mana pun dan kapan pun berada. Food, fashion, film dan fun menjadi life style nya.

Dikutip dari Hasil Sensus Penduduk 2020 pada Jum’at (22/1/2021) jumlah remaja mencapai 75,49 juta jiwa atau 27,94 persen dari 255 juta penduduk Indonesia, artinya usia muda menjadi populasi besar di Indonesia.
Saat ini Indonesia didominasi generasi Z sebesar 27,94 persen diikuti oleh generasi milenial dengan jumlah 25,87 persen.

Sayangnya dengan jumlah puluhan juta itu kondisi remaja saat ini sangatlah memprihatinkan. Keadaan remaja sedang dalam masa membahayakan. Betapa tidak, setiap harinya kita disuguhi berita mengkhawatirkan menimpa remaja saat ini. Narkoba, aborsi, free sex, tawuran, video porno, pembunuhan, perampokan, perundungan dan geng motor banyak dilakukan oleh remaja, mirisnya anak-anak di bawah umur pun menjadi pelakunya.

Beberapa hari ini masyarakat dikagetkan dengan berita penggerebekan Hotel Alona milik seorang artis di Tangerang Kota, Banten. Setelah ditelusuri hotel tersebut menjadi sarang prostitusi anak yang menjadi korban eksploitasi seksual. Penggerebekan dilakukan oleh kepolisian pada Selasa (16/3/2021).

Dilansir detiknews pada (19/3/2021) Sebanyak 15 anak di bawah umur dengan usia rata-rata 14,15 dan 16 tahun diamankan di 30 kamar hotel. Sebagaimana disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kepada wartawan di Polda Metro Jaya.

Pada Minggu, 7 Maret 2021 viral video puluhan remaja mengendari sepeda motor dengan bunyi knalpot yang memekakan telinga sambil membawa dan mengacungkan senjata tajam berupa pedang, golok bergerigi dan celurit di Kota Serang, Banten.
Menurut Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Edy Sumardi, pihaknya membenarkan dan sedang melakukan penyelidikan video untuk memburu orang-orang yang ada dalam video tersebut. DetikNews Minggu (7/3/2021)

Dengan dalih untuk memenuhi tuntutan hidup, remaja rela menggadaikan kehormatannya demi materi, sistem kapitalisme yang menjeratnya menjadikan remaja berperilaku konsumtif dan cenderung hedonis, bagi mereka dengan memiliki materi, eksistensinya diakui dan memiliki harga diri lebih. Begitupun dengan tindakan lainnya, menurutnya dengan melakukan sesuatu yang berbeda dengan remaja lainnya sekalipun itu mengancam nyawanya adalah prestasi yang harus diperlihatkan pada khalayak.

Kasus di atas hanya sekelumit cerita dari banyaknya tindak kriminalitas yang dilakukan remaja, kejadian yang tidak terungkapkan ke permukaan tentu jauh lebih banyak lagi.

Fenomena kriminalitas remaja terjadi karena tak lepas dari kurang perhatian serta abainya orang tua dalam mendidik dan menjaga buah hatinya.
Sementara untuk menghasilkan anak salih tidak cukup dengan bimbingan orang tua salih. Namun, harus ada kontrol masyarakat dan sistem yang mendukung untuk membentuk pribadi remaja salih.

Sementara kondisi remaja saat ini jauh dari kata salih, abainya negara yang tidak memberikan jaminan pendidikan, kesehatan, keamanan dan kebutuhan lainnya membuat remaja harus berusaha memenuhi semuanya, namun tidak dengan ilmunya. Sehingga mereka mencari cara instan untuk meraih itu semua, tindakan kriminalitas pun menjadi pilihannya.

Selayaknya negara lah yang berkewajiban menjaga dan melindungi rakyatnya, namun saat ini peran negara tidak terlihat kehadirannya, sehingga kerusakan moral remaja merajalela nyaris tidak terkendali.

Kenyataan perilaku buruk remaja yang ada di tengah-tengah kita mengindikasikan bahwa generasi bangsa ini salah arah, mereka tidak memahami hakikat tujuan hidupnya. Dengan sistem sekularisme liberalisme yang diemban negara saat ini, menjadikan pemuda jauh dari agama, seharusnya identitas Islam melekat padanya, justru mereka berkiblat pada budaya Barat yang sekuleristik.

Pemuda Harapan Umat

Saat baginda Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi rasul tatkala usia 40 tahun, generasi pertama pengikut beliau didominasi kalangan remaja. Mereka dibina di Darul Arqam untuk tahap pengkaderan. Kemudian ratusan ribu lainnya memperjuangkan dakwah Islam menjadi tentara Islam pada zaman Rasulullah Saw ataupun sesudahnya.

Usamah bin Zaid pada usia 18 tahun diangkat oleh Nabi Saw sebagai komandan perang memimpin pasukan kaum muslim menyerbu wilayah Syam. Abdullah bin Umar memiliki semangat juang yang tinggi sejak usia 13 tahun. Namun ia baru diizinkan ikut berperang oleh Nabi Saw pada perang Al-Ahzab (Sumber, Shahih al-Bukhari, VII/226 dan 302).

Dalam kitabullah masih banyak diceritakan bagaimana peran dan kontribusi remaja di usia antara 8 hingga 26 tahun yang sudah berkontribusi dalam dakwah hingga menggoreskan tinta emas dalam peradaban Islam. Mereka membawa panji-panji Islam untuk menegakkan kalimatullah.

Keberhasilan dan kemajuan suatu negara tentu tidak terlepas dari peran pemuda. Generasi Islam masa kini seharusnya memiliki visi dan misi untuk mengemban dakwah Islam ke tengah-tengah masyarakat dan menghidupkan kembali Islam yang membangkitkan umat.

Sudah saatnya pemuda Islam mempersiapkan diri dengan pemahaman Islam yang cemerlang dan mendalam agar mampu menampilkan Islam sebagai sistem hidup dan menjadi pemimpin dunia untuk menerapkan kembali sistem Islam yang pernah berjaya memimpin dunia selama ratusan tahun.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 31

Comment here