Surat Pembaca

Semua Berhak Mengenyam Pendidikan

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com SURAT PEMBACA–Kisah pilu dialami Siti Aisyah salah satu calon Mahasiswa baru. Siti Aisyah merupakan siswi berprestasi yang diterima di Universitas Riau (Unri) melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Siti Aisyah dinyatakan lulus jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau dan harus membayar UKT golongan 4 yakni Rp3,5 juta per semester. Padahal Siti berasal dari keluarga tidak mampu.

Kasus Uang Kuliah Tetap (UKT) dirasakan oleh Siti, karena tak mampu membayar UKT inilah dirinya mengambil pilihan untuk mengundurkan diri. Orang tua Siti mengaku tidak mampu membayar UKT karena hanya bekerja serabutan. Meskipun dikabarkan ada salah satu donatur yang akan membantu Siti. Namun, pihak donatur sementara mau membantu di awal saja, ke depannya belum pasti. Hal inilah yang membuat Siti dan keluarga tetap ingin mundur.

Ironis memang. Masih banyak siti-siti yang lain dengan kasus serupa, sulit mendapatkan hak pendidikan karena terganjal biaya. Bagi rakyat miskin, pendidikan bak barang mahal yang hanya mampu dibeli orang-orang berduit saja.

Belum lagi mindset kapitalisme yang menganggap pendidikan bak bisnis untung rugi. Jika sudah mengeluarkan biaya mahal untuk pendidikan, maka outputnya adalah bekerja untuk mendapatkan gaji besar.

Tak sedikit pula yang pada akhirnya memilih untuk berhenti sekolah karena biaya pendidikan yang mahal. Lebih baik bekerja, karena tujuan pendidikan sejatinya untuk bekerja bagi mindset kapitalisme.

Sesungguhnya di dalam Islam, pendidikan adalah hak setiap individu. Pendidikan adalah langkah awal mencerdaskan generasi. Cerdas secara tsaqafah, intelektual, ilmu terapan, dan cerdas secara keagamaan. Tujuan pendidikan amat berbeda dalam pandangan Islam dan Kapitalisme. Jika kapitalisme memandang output pendidikan adalah berkarir, maka Islam memandang bahwa output pendidikan adalah menciptakan generasi salih/salihah yang cerdas keilmuannya.

Tak ayal, banyak ilmuan muslim yang lahir di masa Islam. Semua ini didukung oleh biaya pendidikan yang gratis dengan fasilitas terbaik. Bukan tidak mungkin, karena pos pemasukan dalam pandangan Islam amatlah banyak. Seperti misalnya dari Sumber Daya Alam, ghanimah, fa’i, kharaj, dll. Semua ini dikelola yang hasilnya untuk kemaslahatan rakyat.

Berbeda dengan kapitalisme, SDA dikeruk untuk asing, sehingga pemasukan negara mengandalkan pajak dan utang berbunga. Hal ini justru membawa kesengsaraan bagi kehidupan rakyatnya. Dengan demikian, kesadaran menerapkan syariat Islam secara utuh perlu dilakukan.

Ismawati
Palembang, Sumsel

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here