Oleh : Imas Rahayu S.Pd.
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh umat Muslim yang mampu. Namun, setiap tahun, pelaksanaan ibadah haji selalu diwarnai dengan berbagai permasalahan yang sama, mulai dari kesehatan, imigrasi, hingga pelayanan jamaah. Masalah-masalah ini memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif dengan aspek periayahan yang optimal.
Pelayanan ibadah haji di Indonesia terus menerus diwarnai dengan berbagai masalah yang belum terselesaikan. Dalam laporan CNN Indonesia, disebutkan bahwa pelayanan haji sering kali tidak sebanding dengan biaya besar yang dikeluarkan oleh jamaah. Keluhan datang dari berbagai aspek, seperti kesehatan jamaah, masalah imigrasi, hingga fasilitas dan pelayanan yang diterima di tanah suci. Banyak jamaah yang merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, meskipun mereka telah membayar biaya yang tidak sedikit untuk melaksanakan ibadah ini (CNN Indonesia, Senin, 24/6/2024).
Selain itu, Bisnis.com melaporkan bahwa pengelolaan haji tahun 2024 kembali mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk anggota DPR, yang menilai Kementerian Agama gagal memberikan pelayanan optimal. Mereka mengusulkan pembentukan Panitia Khusus (Pansus) untuk menangani masalah ini, namun usulan ini dianggap belum mampu menyelesaikan akar masalah. Kritik yang dilontarkan mencakup berbagai aspek, mulai dari manajemen yang buruk hingga transparansi penggunaan dana haji yang masih dipertanyakan (Bisnis.com, Senin, 24/6/2024).
Masalah kesehatan jamaah juga menjadi sorotan utama. Kompas.com melaporkan bahwa banyak jamaah yang mengalami masalah kesehatan selama pelaksanaan haji, menunjukkan kurangnya persiapan dan penanganan yang baik dari pihak penyelenggara. Faktor usia jamaah yang kebanyakan sudah lanjut usia, serta kondisi cuaca ekstrem di Arab Saudi, menambah kompleksitas masalah kesehatan yang harus ditangani dengan serius (Kompas.com, Senin, 24/6/2024).
Apa penyebabnya?
Masalah yang berulang dalam penyelenggaraan ibadah haji mencerminkan adanya kelemahan sistemik dalam manajemen dan pelayanannya. Salah satu akar masalahnya adalah komersialisasi pengurusan haji sebagai akibat dari sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini. Penyelenggaraan ibadah yang seharusnya bersifat non-komersial justru menjadi ajang bisnis bagi kelompok tertentu, yang mengutamakan keuntungan di atas kenyamanan jamaah.
Sistem kapitalisme cenderung membuat penyelenggaraan ibadah haji lebih berorientasi pada keuntungan finansial daripada pelayanan. Akibatnya, jamaah tidak mendapatkan kenyamanan yang seharusnya mereka terima selama menunaikan ibadah di tanah suci. Usulan untuk membentuk pansus hanya akan menjadi solusi jangka pendek tanpa menyentuh akar permasalahan, yakni paradigma pelayanan haji dalam sistem kapitalisme.
Dalam sistem kapitalisme, biaya yang dibebankan kepada jamaah cenderung tinggi, namun tidak sebanding dengan kualitas pelayanan yang diberikan. Banyak jamaah yang mengeluhkan tentang fasilitas yang tidak memadai, keterlambatan dalam pelayanan, serta kurangnya perhatian terhadap kesehatan mereka. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan antara harapan jamaah dan realitas yang mereka hadapi.
*Solusi dalam Islam*
Islam menetapkan negara sebagai ra’in, pelayan rakyat, yang bertugas mengurus rakyat dengan baik sehingga mereka merasa nyaman dalam menunaikan ibadah. Amanah adalah ciri pemimpin dalam Islam, yang dibangun atas kesadaran akan adanya hari penghisaban kelak. Seorang pemimpin dalam Islam harus mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
Dalam konteks penyelenggaraan haji, negara seharusnya menjalankan peran sebagai pelayan yang memastikan setiap jamaah mendapatkan pelayanan terbaik tanpa adanya motif komersial. Islam memiliki mekanisme birokrasi yang sederhana, praktis, dan profesional yang dapat diterapkan dalam pengelolaan haji. Birokrasi yang efektif dan efisien akan memberikan kenyamanan pada jamaah, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga kepulangan.
Selain itu, negara harus memastikan bahwa setiap aspek pelaksanaan haji, mulai dari kesehatan, imigrasi, hingga pelayanan di tanah suci, dikelola dengan profesional dan amanah. Dengan demikian, masalah yang berulang setiap tahun dapat diatasi secara tuntas. Pengelolaan haji yang baik akan mencakup persiapan kesehatan yang memadai, koordinasi dengan otoritas terkait di Arab Saudi, serta penyediaan fasilitas yang layak bagi jamaah.
Sengkarut ibadah haji yang terus berulang merupakan refleksi dari kelemahan sistemik dalam manajemen dan pelayanan yang berakar pada sistem kapitalisme. Solusi yang ditawarkan dalam Islam adalah menjadikan negara sebagai pelayan rakyat yang amanah, dengan mekanisme birokrasi yang sederhana dan profesional. Hanya dengan pendekatan ini, pelayanan haji dapat ditingkatkan sehingga jamaah dapat menunaikan ibadah dengan nyaman dan khusyuk.
Dengan demikian, diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk mereformasi sistem pengelolaan haji agar lebih transparan, efisien, dan berorientasi pada pelayanan jamaah. Semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan bahwa pelaksanaan ibadah haji benar-benar menjadi momen yang khidmat dan membahagiakan bagi seluruh jamaah, tanpa terkendala oleh berbagai permasalahan yang berulang setiap tahun. Semua ini membutuhkan kesadaran dan perubahan mendasar dalam sistem. Wallahualam Bissawab.
Views: 17
Comment here