wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Beberapa waktu lalu Bupati Bandung Dadang Supriatna dalam peringatan 1 Abad NU, di Sekretariat PCNU Kabupaten Bandung, Jalan Raya Laswi Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Minggu (5/2/2023) malam, memberikan sambutan dengan harapan peringatan ini dijadikan moment untuk kebangkitan bangsa. Dilansir dari TIMESINDONESIA, BANDUNG.
Dadang juga mengatakan melalui peringatan 1 Abad NU ini menjadi moment untuk bisa bangkit, meningkatkan dan memperkokoh sinergi antara ulama dengan umara dalam memberikan yang terbaik untuk kemajuan bangsa dan negara.
Kemaslahatan merupakan kebutuhan publik dan hak setiap warga negara. Maka negara yang memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan yang dikeluarkannya harus sesuai dengan kemaslahatan tersebut. Pemerintah (umara) sebagai pemangku kebijakan jangan hanya mementingkan kemaslahatan bagi dirinya sendiri, tetapi kemaslahatan bersama.
Keberhasilan pemerintah dalam menjalankan kebijakan tidak terlepas dari peran ulama. Ulama sebagai representasi sekaligus pengawal Al Qur’an dan Hadits. Sedangkan, umara adalah lebih kepada implementator dari kebijakan universal yang digariskan ulama.
Ulama sangat berperan penting dalam kemajuan bangsa. Karena dalam urusan pemerintahan memerlukan peran agama dalam menerapkan aturan. Dan ulama lah yang mengerti tentang keagamaan.
Pada sistem saat ini dalam penerapan suatu kebijakan tidak melibatkan para ulama. Banyak kerusakan yang terjadi mulai dari rusaknya moral para remaja, ketidakadilan dalam hukum dan berbagai kerusakan lainnya diakibatkan dari tidak diikutsertakannya para ulama disana.
Memang betul apa yang disampaikan oleh Bupati Bandung, bahwa harus ada kesinergian antara ulama dengan umara dalam kebangkitan terutama dalam kebangkitan Islam. Tapi sayang itu tidak disampaikan oleh Bupati, dan hanya menitikberatkan kepada sekelompok ulama saja. Padahal di Indonesia ini terdapat banyak ulama yang faqih fiddin (paham agama).
Asas sistem kapitalisme adalah manfaat dan memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga meminggirkan para ulama dalam menentukan kebijakan merupakan suatu keniscayaan. Apalagi ketika ada ulama yang mengkritik kebijakan mereka, maka ulama tersebut akan di kriminalisasi dengan tuduhan ujaran kebencian. Bagaimana bisa bersinergi antara ulama dengan umara kalau ada dinding pemisah antara mereka.
Ulama sebagai pewaris para nabi. Para nabi tentu merupakan ciptaan Allah SWT yang terbaik di bumi. Maka, ahli waris mereka harus yang terbaik dari ciptaan setelah mereka. Dan itu terdapat pada ulama.
Maka dari sini akan kita ketahui bahwa para ulama itu adalah orang-orang pilihan. Sebagaimana firman Allah SWT :
” Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami.” (Fathir: 32)
Dalam sistem Islam ulama dijadikan sebagai pihak yang mengontrol penguasa dalam menentukan kebijakan agar tidak bertentangan dengan syariah. Begitupun umara, akan selalu meminta pendapat para ulama dalam menentukan kebijakan tersebut. Begitupun dengan umat, tidak hanya ulama dan umara yang harus bersinergi, dengan umat pun harus bersinergi. Karena tanpa adanya dukungan dari umat pemerintah tidak akan bisa menjalankan pemerintahannya. Tidak seperti saat ini jangankan meminta pendapat umat, pendapat ulama pun pilih-pilih.
Dengan begitu kebangkitan umat akan terwujud sesuai dengan harapan demi kemaslahatan semua. Maka demi kemaslahatan semua, diwajibkan bagi seluruh kaum Muslim untuk bersinergi bukan hanya dari kalangan ulama dan umara saja, tetapi dengan umat juga dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah.
Wallahu’alam bishshawab
Dari : Sumiati
Views: 25
Comment here