Novianti
Keadaan tidak akan pernah membaik selama bergantung pada sistem buatan manusia
Wacana-edukasi.com — Indonesia ditetapkan menjadi episentrum baru pandemi Covid-19 setelah Brazil dan India karena mencapai jumlah tertinggi dalam kasus yang terinfeksi. Artinya pergulatan menghadapi pandemi masih panjang (kompas.id, 29/07/2021).
Indonesia mendapat sorotan, dipandang kurang mampu mengatasi penyebaran virus karena jumlah kasus yang melonjak. Ini diakibatkan tidak memiliki kebijakan strategis, kurang tanggap menyikapi kondisi yang berkembang, komando pengendali berganti-ganti, barisan yang menangani kocar kacir.
Layanan kesehatan memburuk. Rumah sakit penuh, antrian pengisian tabung oksigen mengular, petugas kesehatan kelelahan, pengurus jenazah covid kewalahan, pasien isoman meninggal terus bersusulan. Apalagi dengan kemunculan varian delta yang memang lebih cepat menular ketimbang virus corona lainnya.
Sebetulnya trend peningkatan terjadi juga seperti di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Tapi negara-negara tersebut langsung menerapkan lockdown. Mereka dengan tegas memperketat larangan pergerakan warganya demi membendung gelombang baru pandemi covid-19 (cnnindonesia.com, 20/07/2021).
Sementara Indonesia masih sibuk membuat istilah-istilah seperti yang diterapkan baru-baru ini. Mulai dari penerapan PPKM, PPKM darurat dan terakhir PPKM level 4 yang menuai sorotan dan jadi bahan candaan.
Rakyat Baku Hantam
Kondisi pandemi sudah lampu merah namun tidak seluruh masyarakat memahami situasinya. Di beberapa tempat terjadi penolakan terhadap kebijakan yang memperketat mobilitas masyarakat. Seperti di Maluku, Bandung, Banten, Bogor, dan Banjar.
Bahkan, masih ada masyarakat yang belum sepenuhnya memahami tentang covid-19. Seperti yang terjadi di Sumatera Utara, pasien covid yang ingin isoman dianiaya. Korban diamuk massa diperlakukan secara tidak manusiawi (kompas.com, 24/07/2021).
Di Jember, tim pemakaman jenazah covid dilempari batu dan dibanting. Pengancaman dan penganiayaan oleh warga terjadi karena mereka tidak menerima jenazah akan dimakamkan sesuai protokol kesehatan (kompas.com, 23/07/2021).
Konflik horizontal tak terhindarkan, rakyat melawan petugas yang ingin menegakkan aturan. Rakyat sudah kelelahan akibat kondisi yang penuh ketidakpastian.
Ancaman terkait keamanan di tengah pandemi berkembang hingga muncul isu Jokowi End Game. Dikhawatikan situasi melebar dari persoalan kesehatan menjadi masalah sosial.
Sorotan Dunia terhadap Indonesia
Buruknya penanganan pandemi di Indonesia membuat beberapa negara mengambil sikap. Mereka mulai “menjaga jarak” dengan Indonesia seperti Bahrain, Taiwan, Unit Emirat Arab, Jepang, Arab Saudi, Hongkong dan Filipina telah melarang arus masuknya warga dari Indonesia (kompas.id, 29/0/2021).
Bahkan, sejumlah negara sudah melakukan evakuasi terhadap warganya yang tinggal di Indonesia. Negara Jepang, Taiwan dan Arab Saudi telah menghimbau warganya segera meninggalkan Indonesia (Banjarmasin.tribunnews, 15/07/2021).
Keraguan akan kemampuan Indonesia menangani pandemi berdampak signifikan terhadap perekonomian. Pemulihan ekonomi, pertumbuhan tenaga kerja akan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Indonesia dalam bayang-bayang resesi dengan potensi menghadapi banyak persoalan.
Melangitkan Doa dan Menggenapkan Ikhtiar
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, pemerintah semestinya sudah memahami solusi untuk mengatasi persoalan yang rumit saat ini. Islam sudah memberikan panduan cara mengatasi wabah yaitu lockdown. Kebijakan yang sudah diterapkan beberapa negara dan Rasulullah serta para khalifah sudah mencontohkannya.
Pada masa Umar bin Khattab pernah terjadi wabah Tha’un di wilayah Syam dan memakan banyak korban termasuk diantaranya para sahabat. Gubernur Syam memerintahkan warganya melakukan semacam social distancing dengan cara pergi ke gunung-gunung dan saling berpencar.
Warga yang sakit dipisahkan dari yang sehat dan mereka harus dibantu dalam memenuhi kebutuhannya seperti makanan dan obat-obatan. Dengan cara ini, orang-orang sehat dapat tetap beraktivitas sehingga roda ekonomi tetap berjalan.
Hadis dari Abdullah bin ‘Amir mengatakan,
“Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilah bernama Sargh. Saat itu Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad saw. pernah berkata, ‘Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)
Lalu apakah negara sudah terlambat bertindak di tengah pandemi makin tidak terkendali?
Allah melarang seorang muslim berputus asa. Selama berpijak pada ketentuan Allah, in syaa Allah selalu ada jalan keluar.
Ada beberapa yang bisa dilakukan negara:
Pertama, taubat nasuha oleh penguasa dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat. Karut-marutnya penanganan pandemi akibat dari penerapan aturan manusia. Sudah saatnya, penguasa mengambil haluan dan beralih mengelola negara ini dengan aturan Allah Swt.
Kedua, masyarakat diberi informasi yang benar tentang pandemi dan situasi sekarang lalu diajak berjuang bersama melewati masa sulit ini. Pemerintah harus berusaha mengambil hati rakyat yang tentunya hanya bisa dilakukan oleh pemimipin yang tulus mencintai dan melayani rakyat. Kecintaan yang dibangun atas dasar ketaatan pada Allah Swt.
Ketiga, penuhi kebutuhan warga selama masa pengetatan mobilitas karena selama kebutuhan hidup rakyat tidak terpenuhi pasti terjadi pelanggaran protokol kesehatan. Pengetatan pergerakan masyarakat bisa dipatuhi oleh kelompok menengah ke atas sedangkan kalangan bawah yang mengandalkan pendapatan harian harus tetap bekerja. Kelompok ini harus diberi bantuan makanan selama pemberlakuan social distancing.
Keempat, pengendalian pandemi ini sangat membutuhkan kekuatan ekonomi. Sistem ekonomi sekuler kapitalis yang diterapkan selama ini telah membuat ekonomi Indonesia ambyar dan tergantung pada negara-negara asing.
Pembangunan disandarkan pada utang ribawi, APBN negara menjadi sangat rapuh menghadapi badai pandemi. Sumber daya alam yang seharusnya milik rakyat disedot habis-habisan oleh para kapital yang main mata dengan penguasa.
Rakyat menjadi penonton dalam pesta pora eksploitasi SDA. Negara mandul karena para pengusaha yang menyetir kebijakan agar kejahatan menjadi legal.
Sistem Islam lah yang mampu membangun kekuatan ekonomi negara secara mandiri. Sistem Islam membangun dengan berpandu pada wahyu Allah yang tentunya paling menginginkan kebaikan bagi seluruh mahluk-Nya.
Sistem politik Islam mengatur agar negara mandiri dalam mengelola sumber daya alam. Indonesia kaya dengan SDA yang jika diatur dengan mekanisme pengelolaan sesuai Syariat Islam, kas negara lebih powerful untuk memberikan pelayanan bagi rakyat.
Penanganan pandemi harus totalitas yaitu dengan pergantian sistem negara. Sistem Islam akan mengubah seluruh tata kelola pelayanan negara terhadap rakyat. Sistem yang melayani rakyat dengan sepenuh hati.
Keadaan tidak akan pernah membaik selama bergantung pada sistem buatan manusia. Saatnya menyertakan Allah yang Maha Kuat dalam ikhtiar mengatasi pandemi ini melalui doa yang dilangitkan dan pengoptimalan segala kekuatan dengan mengacu pada atutan yang Allah ridai.
Wallohualam bishowab
Views: 6
Comment here