Oleh: Rini Nur
wacana-edukasi.com– Kisah pilu dialami seorang ibu asal Magelang yang ditelantarkan tiga anak kandungnya ke salah satu panti jompo di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang Jawa Timur. Faktor kesibukan anaknya menjadi alasan.
“Saya sudah 8 bulan di Batam dari Medan, sekarang tinggal di masjid di Jodoh. Tidak ada satupun anak yang yang rela merawat saya yang sudah seperti ini, padahal mereka memiliki rumah, saya tinggal hari tua saja, anak saya semua sukses-sukses, dan bergaji besar,” ujar orang tua tersebut seperti penuturannya yang dikutip batamnews.co.id, (9/2/2017).
Nasib sama dialami juga Udjan Susanto, pria 74 tahun yang ditemukan di atas got di depan SD Widuri Indah, Jakarta Barat. Dia ditelantarkan dalam keadaan sakit dan lemas, buang air kecil dan besar di atas got tersebut. Menurut aparat Kelurahan Duri Utara, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Pak Udjan lansia masih memiliki anak. Namun, anaknya sudah tidak mengakui orangtuanya itu. (Kompas.com, 8/12/2017).
Fenomena anak menelantarkan dan menitipkan orang tua di panti jompo masih terus terjadi. Sedih rasanya bagi orang tua karena tidak lagi mendapat kasih sayang anak-anaknya. Kisah lansia yang “terlantar” ini seolah tidak berujung.
Pertanyaannnya, mengapa penelantaran orang tua ini terus terjadi?
Kerasnya tekanan hidup menjadi pembenaran bagi anak untuk mengalihkan pengurusan orang tua pada panti jompo. Tidak hanya sampai di situ, penelantaran pun kerap terjadi, “membuang” orang tua di pinggiran jalan atau membiarkan mereka mengemis demi mendapatkan recehan untuk keberlangsungan hidup.
Anak tidak lagi menjadi penyejuk mata bagi orang tua, berubah menjadi sosok yang tidak berbelas kasih. Pemicunya karena materi, masalah ekonomi dan lemahnya penanaman nilai agama. Ini adalah buah dari penerapan sistem sekuler kapitalisme yang telah menghancurkan hubungan orang tua dan anak.
Sebab Kapitalisme
Kapitalisme merupakan sumber utama malapetaka kerusakan hubungan dalam keluarga. Karena sistem ini telah menghilangkan pemahaman tentang kewajiban dan hak anak terhadap orang tuanya. Sistem ini juga mematikan fitrah anak untuk memuliakan dan menghormati orang tua.
Dalam pendidikan sekuler setiap orang bebas berbuat, bebas berpendapat, dan negara melindungi kebebasan ini. Konsep birrul walidain tidak ditekankan. Seseorang didorong makin bersifat individulias. Anak merasa tidak memerlukan nasehat orangtua karena dianggap sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia karena membatasi perilakunya.
Mestinya negara harus segera memberi respon dan membuat tindakan misal dengan mengevaluasi proses pendidikan selama ini dan menata kurikulumnya.
Kurikulum lebih berorientasi pada pengetahuan dan konten materi hanya minim bahkan bisa dikatakan lepas dari nilai-nilai spiritual. Anak bertambah aspek kognitif namun miskin aplikatif. Belum lagi pengaruh lingkungan dari sistem sekuler kapitalis.
Masyarakat makin terhimpit dan didera berbagai persoalan hidup. Negara hanya berperan sebagai regulator sedang hajat hidup masyarakat dikomersialisasi sehingga mau tak mau, harga berbagai kebutuhan dasar terus merangkak naik.
Kondisi ini menyebabkan para keluarga produktif menjadi generasi sandwich. Mereka harus menyelesaikan persoalan di keluarga mereka sendiri sementara di saat yang sama, orang tua mereka semakin menua dan produktivitas berkurang.
Tekanan ekonomi dan minimnya agama merupakan kondisi yang memaksa anak melupakan atau mengabaikan orang tua merea. Manusia renta yang telah melahirkan, menjaga dan membesarkan, dipandang sebagai beban.
Sebagai umat Islam, kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Dalam surat Al-Isra’ ayat 23 Allah SWT berfirman,
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’ : 23)
Allah SWT juga berfirman,
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS. An Nisa’ : 36).
Dua ayat di atas merupakan contoh ayat di mana Allah SWT selalu mengaitkan amalan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan larangan untuk berbuat syirik. Yang dimaksud dengan berbuat baik kepada kedua orang tua adalah berbakti, mengasihi, dan lemah lembut kepada keduanya.
Dalam Islam, akan terbentuk generasi yang menghormati orang tua, menyayangi orang yang lebih muda, serta menghargai sesama manusia. Seorang anak wajib melakukan birul walidain dan memuliakan orang tuanya. Kewajiban tersebut Allah posisikan setelah beribadah dan menauhidkan-Nya.
Jaminan Kesejahteraan
Karena negara berfungsi sebagai pe-riayah rakyat. Sehingga kebutuhan pokok rakyat itu menjadi tanggung jawab negara. Negara memiliki andil besar mencari jalan keluar dari kesulitan ekonomi yang menimpa rakyatnya.
Adapun mekanisme negara menjamin kesejahteraan rakyat dalam Khilafah, ada beberapa mekanisme.
Pertama, Khilafah menetapkan bahwa setiap muslim lelaki—khususnya kepala rumah tangga—bertanggung jawab bekerja guna menafkahi keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini didukung lapangan pekerjaan yang disediakan oleh negara.
Kedua, Khilafah mendorong masyarakat saling tolong-menolong jika terjadi kekurangan atau kemiskinan yang menimpa individu masyarakat. Disini peran keluarga dan tetangga turut membantu mereka yang dalam kondisi kekurangan dengan berbagai macam aturan Islam, seperti zakat, sedekah, dan lainnya.
Ketiga, Khilafah menerapkan sistem ekonomi Islam dan mengatur berbagai kepemilikan demi kemakmuran rakyat, baik kepemilikan individu, umum, dan negara. Negara juga menjamin kehidupan setiap individu masyarakat agar benar-benar mendapatkan sandang, pangan, dan papan.
Jika kesejahteraan rakyat telah terjamin, kita tidak akan menemukan lagi lansia yang terlantar atau terbuang karena faktor ekonomi. Keberhasilan Khilafah dalam mendidik generasi pun telah teruji. Tidak akan lagi kita temukan pula anak durhaka yang tidak beradab pada orang tuanya.
Khilafah akan melahirkan insan yang memahami tanggung jawab merawat orang tua. Karena mereka memahami dengan baik, bahwa orang tua ialah pintu tengah surga yang paling indah. Seperti Rasul saw. sampaikan, “Orang tua merupakan pintu surga yang paling pertengahan, jika engkau mampu, jagalah pintu tersebut.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)
Views: 32
Comment here