Oleh: Galuh Metharia (Aktivis Muslimah dan Pegiat Literasi DIY)
wacana-edukasi.com– Memaknai generasi terbaik hanya dari segi kecerdasan, kreatifitas, kesehatan jasmani, inovatif dan informatif adalah sebuah pemaknaan yang dangkal. Bisa kita lihat, hampir dua tahun negeri ini dilanda pandemi, banyak generasi muda yang perlahan mulai tumbang. Beberapa persoalan mulai dihadapi anak-anak.
Dampak negatif terhadap anak diantaranya meningkatnya pergaulan bebas, bertambahnya kasus tindak kriminal yang melibatkan anak-anak dan remaja juga berbagai macam dampak negatif internet lainnya. UNICEF juga melaporkan bahwa 80 juta anak dan remaja di Indonesia mengalami dampak sekunder yang meluas di masa pandemi yakni dari sisi pembelajaran, kesehatan, gizi dan ketahanan ekonomi (unicef.org, 20/08/2021).
Tidak dimungkiri bahwa keluarga adalah benteng pertama perlindungan anak-anak di dalamnya. Namun, dalam negara kapitalistik, keluarga adalah sebuah benteng yang rapuh. Benteng yang rentan disusupi oleh pemikiran yang rusak. Selama kita masih mengadopsi sistem kapitalisme sekuler yang mengagungkan kebebasan dan memisahkan peran agama dari kehidupan, maka segala perlindungan yang ada di dalamnya hanyalah sebuah ilusi belaka. Mirisnya, pornografi, pornoaksi, kebebasan dalam pergaulan, penyimpangan seksual seakan wajar dan dengan lapang dada diterima oleh masyarakat.
Begitulah kondisi umat saat ini. Ber-Islam secara kafah di tengah hegemoni westernisasi sungguh membuat kita sangat berkeringat. Di mana banyak generasi muslim begitu pandai dalam ilmu akademik namun payah dalam merespon isu kebebasan, demokratisasi, hingga penistaan terhadap agama hanya untuk menghindari stigma radikalisme. Mereka lebih bangga dipandang sebagai kamu modern, terpelajar dan moderat. Sistem kapitalis sekular membuat para generasi muda tak mempunyai visi misi perubahan yang benar. Memisahkan aturan Allah swt. dalam wacana keilmuan, peradaban, bahkan kehidupan. Mengaku muslim tapi mereka juga berpendapat jika Islam diterapkan akan menimbulkan kebinasaan atau mungkin mengancam kebhinekaan. Benarkah demikian?
Islam begitu sempurna. Islam memiliki seperangkat aturan yang mampu menyelesaikan permasalahan dari akar hingga cabang-cabangnya. Dalam mekanisme nya, sistem Islam mampu menyingkirkan ide-ide kapitalisme, liberalisme, komunisme dan paham perusak lainnya. Akidah Islam yang memuaskan akal, menentramkan jiwa, dan sesuai dengan fitrah manusia mampu mencetak generasi yang tangguh, sebagai pejuang dan pembangun peradaban negara.
Tidak diragukan lagi. Solusi permasalahan saat ini adalah adanya urgensi kekuatan yang besar sebagai perisai. Perisai yang memiliki ideologi yang lahir dari sebuah akidah yang tak mampu lagi digoyahkan. Peraturan yang tidak mengalami perubahan. Hanya dalam sistem Islam aturan yang berasal dari Sang Pencipta, segala kebijakannya bersumber dari Al Qur’an dan sunah. Sungguh, jalan kebangkitan dan solusi pencetak generasi terbaik hanya satu, yakni mengembalikan kehidupan Islam secara kafah. Semua akan terwujud dengan adanya 3 pilar penting, yaitu ketakwaan individu, masyarakat yang peduli dengan syariat Islam dan adanya peran negara. Tentu saja, negara ini adalah negara yang menerapkan sistem Islam, Khilafah Islamiyah.
Wallahu a’lam bish shawab
Views: 17
Comment here