Oleh: Siombiwishin (Aktivis Perempuan)
“Setelah Rafah, kami akan mengungsi ke Surga”
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Kalimat yang keluar dari seorang warga Palestina ini sangat menyayat hati, Rafah yang merupakan satu-satunya save zone yang tersisa kini kembali menjadi target penyerangan Zionis Israel. Terhitung pada Kamis 30 Mei 2024 lalu, lebih dari 36 ribu warga sipil tewas, sekitar 86 ribu lainnya luka-luka akibat dari agresi militer Zionis Israel yang menyerang tanpa ampun, termasuk puluhan ribu anak-anak dan wanita.
Dilansir dari Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS), pada hari ke-237 sejak penyerangan, militer Israel dilaporkan telah membunuh sedikitnya 36.690 warga Palestina. Tercatat bahwa 36.171 korban jiwa berada di Jalur Gaza, sementara 519 korban jiwa terdapat di Tepi Barat. Anak-anak yang menjadi korban sebanyak 15.162 jiwa, sedangkan perempuan yang tewas mencapai 10.018 dan 7.000 lainnya hilang. Selain itu, ratusan tenaga profesional tak luput dari serangan Israel. Sebanyak 492 tenaga kesehatan, 246 tenaga pendidik, 147 jurnalis dilaporkan meninggal dunia akibat serangan Israel. (NU Online, 31-05-2024).
Segala cara “damai” telah dilakukan oleh berbagai negara untuk menghentikan kebrutalan ini melalui PBB, namun hasilnya nihil. Zionis Israel terus saja menyerang dengan membabi buta. Walaupun diketahui bahwa Mahkama International Court of Justice (ICJ) pada Jumat 24 Mei 2024 lalu telah memerintahkan Israel untuk menghentikan invasi ke Rafah. Namun hasilnya tetap nihil, dunia dengan segala hukum kemanusiaannya seakan tunduk tidak berdaya di hadapan Israel. Standar ganda tidak dapat dipungkiri telah berlaku untuk Israel dan Palestina, hipokrit negara-negara Barat pun tercium jelas.
Agresi Militer (baca: genosida) yang terus saja terjadi tanpa ada solusi pasti membuat warga dari seluruh dunia geram. Gelombang aksi solidaritas meluas mulai dari Amerika Serikat, Eropa hingga Asia, dari ormas, masyarakat biasa hingga para akademisi turun ke jalan menuntut pemerintah mengambil tindakan tegas agar Israel berhenti melancarkan serangan di Gaza. Aksi boikot produk Israel ataupun yang terafiliasi Israel telah dilakukan, kemudian gerakan memblokir para pablik figur yang masih mendukung produk terafiliasi Israel juga telah dilakukan.
Sayangnya, semua yang telah dilakukan masih belum mampu menghentikan kebiadaban Zionis Israel, untuk itu perlu adanya solusi hakiki yang dapat menghentikan kondisi mengerikan ini. Solusi yang telah dilakukan oleh para pemimpin Islam terdahulu dalam membebaskan Palestina, namun umat Islam saat ini belum banyak yang menyadari bahwa upaya tersebut adalah solusi hakiki yang mampu membebaskan Palestina.
Solusi tersebut tidak lain adalah Jihad dan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan, seperti yang telah dilakukan Khalifah Umar bin Khattab dan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang mengerahkan militer terlatih untuk membebaskan tanah para Nabi. Sistem sekuler-kapitalis serta sekat-sekat nasionalis yang dianut oleh dunia saat ini, membuat para penguasa negeri enggan untuk mengirim militer dalam membebaskan Palestina.
Untuk itu upaya penyadaran umat harus terus berjalan, dan dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif di seluruh dunia. Umat Islam harus memiliki pemahanan yang shahih, agar dapat terus bergerak dan berdakwah bersama-sama dengan tujuan yang sama. Jihad dan penerapan syariat Islam secara utuh adalah solusi hakiki yang mampu membebaskan segala kemudharatan yang terjadi di muka bumi, bukan hanya masalah yang terjadi di Palestina, Syiria, Uighur, dan Rohingya, bahkan umat selain Islam pun akan terjamin kesejahteraan hidupnya.
Fakta sejarah telah membuktikan, pada pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi, Sultan Muhammad Al-Fatih, serta Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah mampu membuat umat Islam, Yahudi dan Nasrani hidup berdampingan dengan damai dalam naungan sistem pemerintahan Islam atau disebut dengan Khilafah Islamiyah.
Wallahu’alambishawab.
Views: 28
Comment here