Opini

Solusi Islam Menanggulangi Masalah Sampah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Bunda Dee (Member AMK)

Lingkungan bersih merupakan dambaan bagi semua orang. Bisa kita bayangkan bila kita tinggal di lingkungan yang bersih, rapi dan asri, pastilah hidup terasa nyaman dan indah. Namun saat ini untuk menciptakan lingkungan asri dan bersih tidaklah mudah. Bisa kita lihat betapa banyak orang yang masih tidak peduli dengan hal ini. Tumpukan sampah berserakan di mana-mana bahkan sampai menggunung. Baunya menusuk hidung, sudah berton-ton, berpotensi menimbulkan bibit-bibit penyakit. Sampah menjadi masalah yang tidak kunjung tersolusikan.

Dilansir dari portalbandungtimur.com. Jum’at, 19 Maret 2021, penumpukan sampah terjadi di kawasan Lapangan Cendol Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi. Jalan lapangan Cendol yang mulus dihotmik merupakan jalan yang ramai dilalui dan menjadi akses menuju Komplek Manglayang Regency juga komplek perumahan lain serta jalan penghubung antara Desa Cimekar dan Cinunuk. Lapangan cendol yang sebelumnya dipakai warga sebagai tempat untuk berolahraga kini sudah menjadi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan bisa jadi akhirnya menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dari sampah masyarakat.

Sampah yang umumnya merupakan sampah domestik rumah tangga dan paling banyak diproduksi warga adalah sampah organik, namun tidak sedikit sampah yang sulit terurai dan berbahaya bagi alam yaitu sampah plastik yang sangat familiar dengan kehidupan kita sehari-hari.

Kondisi yang memprihatinkan tersebut tentu tidak diinginkan oleh warga sekitar dan ingin segera diselesaikan. Selain merusak pemandangan, bau yang menyengat bisa mengundang penyakit. Membersihkan sampah yang ada hingga menciptakan lingkungan yang asri memerlukan upaya yang maksimal dan kerjasama yang baik dari masyarakat sekitar juga pemerintah setempat.

Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan oleh berbagai pihak terkait, dari mulai warga, RT/RW sampai pihak kecamatan. Termasuk Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) juga Bintara Pembina Desa (Babinsa) Cinunuk yang kerap memantau, bahkan sesekali ronda malam pun dikerahkan agar dapat mengetahui siapa yang selalu membuang sampah sembarangan untuk diberi sanksi. Pemasangan spanduk dilarang buang sampah hingga menurunkan pasukan untuk membersihkan sampah hanya bertahan dua sampai tiga hari, hari-hari berikutnya kembali sampah menumpuk.

Cara lain menanggulangi sampah, pemerintah menggulirkan program yaitu mengelola sampah secara mandiri dengan program TPS 3R; Reduce (kurangi), Reuse (memanfaatkan), Recycle (mendaur ulang) atau mengadakan bank sampah. Bila program ini berjalan diharapkan penumpukan sampah akan hilang. Akan tetapi program inipun tidak berhasil.

Bila kita teliti mengapa masalah sampah sulit diatasi, ternyata manajemen pengelolaan sampah tidak sekedar masalah teknis. Namun hal ini berkaitan dengan sikap dan pandangan hidup atau ideologi suatu negara. Ideologi kapitalis yang diterapkan saat ini melahirkan sikap individualime yang kental sehingga sulit menyadarkan masyarakat tentang arti pentingnya kebersihan dan hidup bersih.

Sikap pemerintah yang terlihat menyalahkan masyarakat bukanlah hal yang bijak, sebab permasalahan sampah tidak hanya tanggung jawab individu. Mesti ditelusuri apakah semata-mata karena ketidakdisiplinan masyarakat, ataukah negara yang belum optimal mengedukasi mereka, atau bisa jadi mereka kesulitan kemana harus membuang sampah? Sehingga fasilitas olahragapun dimanfaatkan untuk membuang sampah. Selebihnya cukupkah dana yang disediakan?

Kedisiplinan akan terbentuk dengan sendirinya jika masyarakat dibina dengan Islam. Akan merasa diawasi oleh Allah Swt. atas segala perbuatannya. Sedangkan kapitalisme sekular menciptakan individu-individu yang kurang bertanggung jawab. Islam sangat efektif karena pengawasan berasal dari dirinya sendiri, sedangkan pengawasan dari orang lain sifatnya hanya mencegah.

Selain kesadaran individu masyarakat, dibutuhkan peran negara. Penyediaan dana, lokasi pembuangan adalah kewajiban negara sebagai pengayom masyarakat, tidak bisa diserahkan kepada masyarakat. Namun sayangnya kapitalisme menjadikan penguasa hanya sebagai regulator bukan sebagai pengayom, yang memenuhi kebutuhan serta menyelesaikan kesulitan masyarakat.

Penyelesaian kapitalis dengan Islam jauh berbeda. Islam sangat mendorong individu untuk peduli terhadap kebersihan dengan menganggapnya sebagai sesuatu yang diatur dalam syariat Islam. Sebagai mana hadis Rasulullah yang artinya :
“Islam itu bersih, maka jadilah kalian orang yang bersih. Sesungguhnya tidak masuk surga kecuali orang-orang yang bersih” (HR. Baihaqi)
Pemahaman tentang kebersihan yang mendasar menumbuhkan kesadaran individu untuk memilah, mengelola dan mengurangi sampah. Caranya dengan mengkonsumsi sesuatu secukupnya tidak berlebihan. Upaya ini tertancap dalam gaya hidup Islam karena setiap kepemilikan akan ditanya pemanfaatannya, bernilai pahalakah atau berbuah dosa?

Pada kondisi tertentu upaya individu akan terbatas sehingga butuh kerjasama dengan masyarakat sekitar. Karenanya diperlukan pengelolaan sampah secara umum atau komunal, yaitu dengan prinsip ta’awun (tolong menolong) dan bekerja sama dalam kebaikan. Sesuai hadis Rasulullah yang artinya :
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik dan meyukai kebaikan, Allah bersih dan menyukai kebersihan, Mulia dan menyukai kemuliaan, Bagus dan menyukai kebagusan. Oleh karena itu, Bersihkanlah lingkunganmu.” (HR. AT-Turmudzi).

Hal yang tidak kalah penting adalah peran negara. Sejarah kekhilafahan mencatat pengelolaan sampah pada masa bani Umayah, jalan-jalan di Cordova bersih dari sampah karena ada mekanisme menyingkirkan sampah yang awalnya dilakukan individu diambil alih oleh negara. Pengelolaan sampah tidak bertumpu pada kesadaran individu dan kebiasaan masyarakat saja. Namun dibutuhkan pula infrastuktur pengelolaanya, dan ini menjadi tanggung jawab negara.

Edukasi pada masyarakat disampaikan sebagai amal shalih yang dicintai Allah. Disampaikan pula secara masif bahwa manusia bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan. Penguasa sebagai pelayan masyarakat memastikan keberadaan sistem dan infrastruktur pengelolaan sampah umum dan mencurahkan segala upaya agar terkelola secara baik. Tak lupa mendorong para Ilmuwan untuk menciptakan teknologi-teknologi pengelolaan sampah sehingga kehidupan bersih, asri dan nyaman benar-benar terwujud.

Wallahu a’lam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 335

Comment here