Oleh: Ummu Azmi (Aktivis Muslimah)
wacana-edukasi.com, OPINI-– Saat ini, rasanya banyak sekali tindak kekerasan atau kriminal yang dilakukan oleh generasi muda. Anak-anak ini menjadi sadis dengan tega melakukan kekerasan pada anak yang lain. Bahkan, kekerasan yang dilakukan pun ada beberapa yang berujung kematian. Mereka seolah tidak takut akan apapun.
Seperti diberitakan oleh sukabumiku.id, 2/5/2024, anak laki-laki berinisial MA (6 tahun) asal Sukabumi menjadi korban kekerasan seksual (sodomi) dan pembunuhan.
Tindakan kriminal lainnya juga berasal dari Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Fakta baru atas kematian Airul Harahap (13), santri Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin, ditemukan oleh pihak kepolisian dalam persidangan dua tersangka. (metrojambi.com, 4/5/3024)
Sungguh amat mengerikan. Tindakan kekerasan yang dilakukan dengan sengaja membuat hati dan pikiran bertanya-tanya, mengapa anak seusia itu bisa melakukan hal sekeji itu? Apakah peran keluarga dan lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan mental dan spiritual anak?
*Pengaruh Sekularisme*
Sekularisme merupakan pemisahan agama dari kehidupan. Sekularisme ini membuat banyak hal buruk terjadi dalam kehidupan, termasuk kehidupan keluarga yang nantinya juga akan berpengaruh pada anak atau generasinya. Karena, sekularisme ini menjauhkan individu dari tuntunan agama dalam menjalani kehidupan.
Pelanggaran ataupun tindak kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak tidak lepas dari tudingan bahwa seberapa perhatiannya keluarga pada anak-anaknya. Keluarga akan menjadi salah satu pihak yang dipertanyakan kehadirannya dalam menemani perkembangan pendidikan anak. Oleh karena itu, banyaknya kasus kriminalitas yang melibatkan anak-anak menjadi tamparan keras bagi keluarga.
Ada beberapa hal yang menjadi faktor orang tua kurang dalam memperhatikan anaknya. Faktor yang pertama adalah orang tua yang terlalu sibuk bekerja. Jika orang tua atau ayah memiliki pandangan bahwa bekerja adalah hanya untuk memenuhi kebutuhan materi anaknya, dan ibu berpandangan bahwa anak akan senang jika diberikan hal-hal yang bersifat duniawi tanpa diberikan bekal agama sejak dini, maka anak pun akan bertindak sedikit banyak seperti yang orang tuanya lakukan yaitu menjadikan materi sebagai tolak ukur kebahagiaan hidup.
Namun ternyata, peran ayah bukan hanya sebagai orang yang memenuhi kebutuhan materi belaka, namun juga sebagai kepala atau pemimpin rumah tangga yang harus mendidik istri dan juga anak-anaknya. Dan juga, seorang ibu seharusnya menjadi sekolah pertama bagi anaknya.
Selain itu, ada keluarga yang ayah dan ibunya bekerja. Kesibukkan orang tua dalam pekerjaannya membuat anak seakan dididik oleh lingkungan sekitar. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi sikap dan kepribadian anak.
Faktor lain selanjutnya yaitu orang tua yang bercerai. Anak-anak yang berperangai kurang baik biasanya berada dalam keluarga yang sudah tidak utuh lagi. Tingkah mereka seolah mencari perhatian orang tuanya. Karena, biasanya anak yang orang tuanya bercerai akan sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tuanya. Meskipun, tidak semua anak yang orang tuanya bercerai memiliki perangai kurang baik.
Lalu, faktor ekonomi keluarga yang memiliki keterbatasan. Hal ini menjadikan orang tua sibuk bekerja. Orang tua disibukkan untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga, anak-anak tidak dapat pendidikan yang benar dari orang tuanya.
Faktor lainnya yaitu orang tua yang belum sadar akan pentingnya pendidikan. Kurangnya pengetahuan mengenai pola asuh dan pendidikan anak, serta kurangnya pemahaman orang tua tentang Islam dengan benar, menyebabkan orang tua kurang memiliki kesadaran dalam mendidik anak.
Untuk melahirkan generasi yang berkualitas, pendidikan keluarga menjadi hal yang sangat penting. Karena saat ini, secara tidak sadar dan tidak langsung, pengaruh sistem sekuler kapitalisme memberi dampak pada pendidikan dan membuat keluarga hanya fokus pada materi saja. Walaupun kebutuhan anak terpenuhi, namun pemahaman mengenai ilmu agamanya sangat kurang. Karena benteng agamanya lemah, generasi akan mudah terpengaruh oleh hal yang negatif. Jadi, bagaimana solusinya dalam Islam?
*Solusi Islam*
Generasi cemerlang lahir bukan dari capaian duniawi saja. Bahkan, bukan pula lahir dari generasi yang berperilaku kriminal. Tapi, generasi cemerlang lahir dari pendidikan yang memiliki tujuan untuk membentuk generasi berkepribadian yang mulia dan berkualitas.
Sistem yang mampu mewujudkannya ialah sistem pendidikan yang berasaskan pada Islam. Yang sudah terbukti menghasilkan generasi cerdas, beriman, dan bertakwa selama lebih dari 13 abad. Lalu, bagaimana caranya?
Yang pertama, akidah Islam menjadi asas dalam sistem pendidikannya. Dengan tujuan, membentuk generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam. Pendidikan pun merupakan fasilitas yang diberikan secara gratis oleh negara kepada seluruh anak. Generasi yang ulung dalam IPTEK dan juga bagus iman dan takwa nya akan tercipta karena memiliki guru yang profesional, asas pendidikan nya adalah akidah Islam, biayanya gratis, dan fasilitas yang memadai.
Lalu, diterapkannya sistem pergaulan dan sosial yang sesuai dengan Islam. Aurat wajib ditutup dan mengenakan hijab secara syar’i. Ikhtilat, khalwat, dan zina dilarang. Perempuan saat bekerja dilarang dieksploitasi dengan cara memamerkan keindahan dan kecantikan. Perjalanan yang dilakukan lebih dari sehari semalam harus ditemani oleh mahramnya.
Kemudian, media dan informasi akan disaring agar tayangan dan konten yang ada merupakan hal yang berguna untuk generasi. Tayangan atau konten porno, media yang menunjukkan kemaksiatan, film yang mengandung sekuler dan liberal, serta perbuatan lainnya yang menuju pada kemaksiatan akan dilarang tayang.
Sanksi yang diterapkan pun bersifat tegas dan membuat jera. Setiap individu yang sudah baligh dan berakal, akan dikenai sanksi sesuai dengan kejahatannya. Begitulah cara Islam dalam menjaga generasi agar menjadi generasi mulia yang berkualitas. Wallahualam.
Views: 22
Comment here