Opini

Solusi Two Nations State : Jangan Berikan Sejengkal pun Tanah Kaum Muslim!

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Fina Ariyana

(Pemerhati Masalah Politik dan Sosial)

wacana-edukasi.com, Serangan Israel terhadap Palestina berlangsung sejak akhir Ramadan tahun ini. Hal ini mengulang memori kaum muslimin pada serangan-serangan sebelumnya yang juga sering kali digencarkan di bulan suci Ramadan. Pasukan Zionis tak ingin ada doa buruk untuk kehancuran mereka yang dilangitkan oleh para penjaga Al-Aqsha. Maka mereka berusaha mengganggu ibadah muslim Palestina dengan cara menghancurkan pemukiman penduduk sipil. Lebih keji lagi mereka menembakkan senjata api di dalam Masjidilaqsa yang suci. Pemandangan ini sungguh mengiris hati kaum muslimin di seluruh negeri.

Banyak respons berupa kecaman atas aksi brutal Israel ini. Aksi digelar di berbagai negara untuk mengutuk serangan israel. Bahkan masih dalam nuansa Idul Fitri, berita konflik Palestina— Israel masih tetap belum ada titik terang. Donasi digalang lebih deras lagi. Indonesia termasuk negara dengan donasi yang besar pada Palestina dari berbagai lembaga sosial seperti LazizMU, ACT, dll. Selain itu, Mesir hadir sebagai pahlawan yang juga memberi bantuan senilai 7.1 triliun rupiah untuk rekonstruksi bangunan Gaza, (Kompas.com, 18/5/21).

Sikap pemimpin negeri-negeri kaum muslimin seperti biasa terpaku pada dua hal saja. Pertama, kecaman. Kedua, bantuan logistik. Lebih dari itu adalah yang dilakukan oleh Mesir. Melalui Sisi, Mesir menemui Macron dan Raja Abdullah II untuk mengajukan gencatan senjata Israel—Palestina setelah pecah serangan mematikan roket Hamas dan balasan Israel pada tanggal 10 Mei 2021. Gencatan senjata dianggap solusi terbaik yang mampu meredam konflik panjang tersebut.

Dikutip dari APNews (21/5/2021), gencatan senjata tersebut disepakati kedua belah pihak pada tanggal 20 Mei 2021. Gencatan senjata merupakan solusi yang dipilih untuk membebaskan kedua pihak dari serangan dan kepulan asap akibat roket dan rudal. Hal ini dirayakan oleh masyarakat Gaza sebagai sebuah kemenangan atas serangan Hamas yang teknologi militernya di bawah Israel. Masyarakat merayakan dengan sukacita sejak Jumat, 21 Mei 2021 dini hari pukul 02.00.

Namun, bukan Yahudi jika ia menepati perjanjian. Sejarah mencatat bahwa Yahudi adalah bangsa yang terlampau sering mengingkari perjanjian dengan kaum muslimin. Ibarat muslim Palestina adalah anak kecil yang diberikan es krim untuk meredam tantrumnya, Israel sedang memulihkan kondisi dalam negerinya untuk bersiap melancarkan serangan yang lebih dahsyat lagi. Terbukti dengan serangan polisi Israel yang kembali dilancarkan pada perayaan gencatan senjata di Yerusalem Timur. Bom asap, gas air mata, dan granat kejut, sontak membubarkan perayaan tersebut. (Sindonews.com, 21/5/21).

Jangan Tertipu Kepicikan Yahudi!

Sungguh miris, gencatan senjata hanyalah strategi tipuan Amerika dan Israel yang merugikan Palestina. Gencatan senjata ialah iming-iming kemenangan semu bagi rakyat Palestina. Alih-alih janji tidak akan saling serang, tetapi Israel tetap melanggarnya. Sekalipun Israel menepati perjanjian gencatan senjata, muslim Palestina diseret untuk tunduk mengikuti skenario Amerika—Israel yaitu memecah Palestina menjadi dua negara. Sesuai dengan permintaan Joe Biden pada Presiden Palestina, “Menggarisbawahi komitmen kuatnya untuk solusi dua negara yang dinegosiasikan sebagai jalan terbaik untuk mencapai resolusi yang adil dan abadi dari konflik Israel—Palestina,”(Detiknews.com, 17/5/2021).

Solusi dua negara ini sangat tidak adil jika kita menilik sejarah tanah Palestina yang merupakan tanah yang diberkahi Allah SWT. Bumi anbiya ini dibebaskan dari kekuatan Byzantium dengan darah dan keringat para syuhada. Palestina adalah tanah _kharajiyah_ milik kaum muslim yang terpaksa diambil alih Inggris setelah Perang Dunia I. Inggris menyetujui pendirian negara Yahudi di tanah Palestina. Hal ini membuat Yahudi Israel mulai mencaplok dan menggerogoti tanah Palestina hingga kini. Tak akan pernah berhenti Israel melakukan agresi militer hingga seluruh Palestina menjadi wilayah kekuasaannya. Tentunya sampai Baitul Maqdis takluk dan jatuh ke tangan Israel.

Maka, jangan pernah relakan sejengkal pun tanah Palestina. Jangan pernah tertipu dengan strategi politik Amerika dan Israel yang seolah ‘berbaik hati’ menyepakati gencatan senjata dan memberikan solusi abadi berupa _two nation states_. Sebab, sesungguhnya solusi tersebut justru bermakna kaum muslimin harus merelakan sebagian besar tanah kaum muslimin ke tangan Yahudi dan menyisakan hanya sedikit. Amerika dan Israel telah mengatur strategi agar dalam kondisi apa pun mereka akan menang dengan menekan Palestina untuk menyepakatinya dengan kemenangan semu yang dijanjikan.

Solusi dua negara tidak akan pernah terjadi jika negara Islam yang tergabung dalam OKI tidak hanya mengecam dan mengutuk perbuatan Israel. Palestina hanya membutuhkan militer negeri kaum muslimin yang bersatu di bawah kepemimpinan muslim. Kekuatan militer kaum muslimin jika disatukan akan membentuk raksasa militer yang ditakuti dunia mana pun. Sayangnya, pemimpin negeri kaum muslimin saat ini banyak yang terjegal kepentingan politik karena mereka merupakan boneka kepentingan Amerika. Sehingga pemimpin negeri muslim mencukupkan diri untuk mengecam dan mengutuk perbuatan Israel tanpa ada upaya lain.

Wallahu a’lam bishshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 8

Comment here