Opini

Solutifkah Program Makan Bergizi Gratis?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Dite Umma Gaza (Pegiat Dakwah)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Pemberian makan bergizi gratis menjadi program yang penuh dilema antara manfaat atau mubazir. Perencanaan yang tidak transparan pun menimbulkan pro kontra. Program ini sesungguhnya tidak terintegrasi dengan kurikulum pendidikan, bahkan berpeluang menimbulkan jerat korporasi.

Diberitakan oleh Espos.id (8-11-2024), SDN 10 Wonosobo terpilih menjadi sekolah percontohan program pemberian makan bergizi gratis. Program ini digelar pada Jumat (8/11), menjadi program unggulan Presiden Prabowo Subianto. Rencananya, Kabupaten Brebes dan Kebumen akan menyusul kemudian.

Uji coba program ini diikuti oleh 629 siswa. Satu box makanan berisi spageti bolognese, ikan katsu, brokoli krispi dan pisang. Yunita Diah Suminar, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, menyampaikan bahwa ada lima macam menu yang berganti tiap harinya. Spageti bolognese menjadi pengganti nasi dan susu UHT juga belum diberikan di awal uji coba.

Yunita menambahkan bahwa keberagaman menu untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak. Selebihnya,  untuk pencapaian target nasional menurunkan angka stunting dan kemiskinan. Anggaran untuk pemberian makan bergizi gratis ini dibanderol Rp 750 juta tiap kabupaten. Anggaran ini didapatkan dari batuan keuangan provinsi.

Pemberian Makan yang Menuai Kritik

Uji coba program makan gratis di Wonosobo, memberikan menu berupa spaghetti bolognese, ikan katsu, brokoli krispi dan buah pisang. Dari situ terlihat bahwa porsi nasi telah diganti dengan spaghetti bolognese. Selain itu, juga tidak ada susu ikan sebagai mana yang dijanjikan.

Dilihat dari latar belakangnya, program pemberian makan bergizi gratis yang akan mulai diberlakukan pada 2 Januari 2025 ini, dicetuskan karena banyaknya kasus stunting. Program yang tadinya bernama Makan Siang Gratis (MSG), lalu berubah menjadi Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini akhirnya banyak menuai kritik.

Pertama, dari nama saja, sudah terlihat tidak konsisten. Kedua, menu yang diberikan adalah menu yang instan atau sudah banyak proses. Hal ini dikhawatirkan bukan mengentaskan stunting, tetapi justru mengundang banyak penyakit seperti obesitas, gula, kolesterol, dan lain-lain.

Ketiga, program pemberian makan gratis harusnya membuka kesempatan buat petani untuk mendapatkan tambahan pendapatan, tetapi hal ini malah membuka peluang para pengusaha atau korporasi dalam menyuplai makanan. Keempat, akar masalah stunting sejatinya bukan karena kurang makan, tetapi karena kemiskinan rakyat yang tersistem.

Kapitalisme Sekularisme Akar Masalah

Sistem kapitalisme sekularisme adalah akar persoalan stunting dan kemiskinan di negeri ini. Sistem ini mendorong rakyatnya tamak terhadap pundi-pundi uang. Segala hal dan keberhasilan hidup dinilai dengan materi. Pemegang kekuasaan yang bermodal kuat akan semakin menekan perekonomian. Rakyat yang miskin dan tak berdaya akan semakin miskin. Kesejahteraan pun jauh dari jangkauan.

Penyebab langsung dari stunting adalah tidak tersedianya akses pangan bergizi. Hal ini adalah buntut dari ketiadaan ketahanan dan kedaulatan pangan. Hal ini adalah konsekuensi dari penerapan politik pangan kapitalisme. Penyebab lainnya yaitu pola pengasuhan yang buruk, diakibatkan dari lingkungan sosial kapitalisme yang merusak peran ibu.

Pelayanan kesehatan yang ada pun tidak memadai, serta kualitasnya masih jauh dari standar.  Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang mendasar serta pembenahan menyeluruh dari sistem kehidupan dan gaya hidup masyarakatnya.

Urgensi Kehadiran Islam

Islam adalah agama yang haq, yaitu satu-satunya agama yang benar, berasal dari Zat Maha Sempurna Sang Pencipta manusia, diturunkan Allah ‘Azza wa Jalla kepada Sayidina Muhammad saw. Sebagai penyelesai semua persoalan kehidupan insan.

Teristimewanya lagi, solusi Islam adalah satunya-satunya yang bersifat manusiawi, di samping menjadikan manusia tetap dalam kemuliaan. Ini sesuai dengan Firman-Nya:

وَلَـقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِىۡۤ اٰدَمَ وَحَمَلۡنٰهُمۡ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنٰهُمۡ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلۡنٰهُمۡ عَلٰى كَثِيۡرٍ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيۡلًا

 
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (TQS Al-Isra: 70)

Oleh sebab itu, betapa pentingnya kehadiran Islam untuk mengakhiri dehumanisasi, dalam hal ini berupa stunting dan kemiskinan. Ia berupa sistem kehidupan Islam yang terpancar dari akidah Islam, bagian integral dari peradaban Islam yang bersifat menyejahterakan dan sekaligus aspek fundamental determinan sosial penanganan stunting dan kemiskinan.

Oleh karena itu, harusnya pemerintah tidak membuat program makan bergizi gratis, tetapi bagaimana mengentaskan kemiskinan pada setiap individu rakyat. Inilah yang dilakukan jika negeri ini menerapkan sistem pemerintahan Islam.

Namun, demikianlah wajah sistem kapitalisme demokrasi, pemimpinnya abai terhadap rakyat, sehingga pengelolaan segala kebutuhan rakyat diserahkan para pengusaha atau korporasi. Bahkan, dari tidak konsistennya pemimpin hari ini, bukan tidak mungkin jika saat ini gratis, tetapi ke depannya ditarik iuran.

Wallahualam bishowwab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here