Surat Pembaca

Suka Cita di Tengah Duka Korban Gempa, Minim Empati?

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Ironis. Gelaran acara besar Nusantara Bersatu oleh relawan Jokowi berlangsung di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, pada Sabtu (26/11/2022), saat negeri ini masih berduka akibat bencana gempa di Cianjur. Acara yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo itu, mendapat sorotan dari publik, karena meninggalkan lautan sampah yang mencapai 31 ton. Dalam acara itu, Presiden Jokowi, memaparkan capaian keberhasilannya dan sejumlah catatan penting terkait kriteria calon presiden 2024 (cnnindonesia, 27/11/2022).

Sedangkan para korban bencana gempa masih sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengungkapkan, bahwa korban jiwa akibat gempa Cianjur saat ini mencapai 318 orang, sementara 14 orang masih hilang. Sementara itu, Kepala BMKG, Dwi Korita Karnawati, pembangunan rumah kembali warga di titik episentrum masih bisa dilakukan, namun harus dibuat konstruksinya yang tahan gempa. Hal itu tentunya membutuhkan dana yang besar (bbc.com, 26/11/2022).

Pemerintah memang menjanjikan akan memberi bantuan bagi warga yang rumahnya rusak. Untuk kerusakan berat bantuan yang diberikan sebesar Rp50 juta, sementara kerusakan sedang mendapat Rp20 juta. Namun nilai itu tentunya belum mencukupi untuk dapat membangun rumah dengan konstruksi yang tahan terhadap gempa.

Sementara, pertemuan besar semacam itu pastinya menghabiskan dana yang tidak sedikit. Sudah jamak disaksikan, bagaimana pemimpin negeri ini kerap menunjukkan sikap yang minim empati terhadap kesusahan rakyatnya sendiri. Padahal kontestasi pemilu masih dua tahun lagi akan berlangsung. Namun para tokoh seperti tidak mau melewatkan kesempatan untuk membranding diri, demi kepentingan politiknya.

Apalagi jelang pemilu 2024 nanti, acara bersama relawan, sangat rawan untuk ditunggangi kepentingan pribadi demi jabatan dan kekuasaan. Namun memang seperti itulah potret pemimpin dalam sistem demokrasi kapitalis. Mereka kerap mengutamakan kepentingannya di atas kepentingan rakyat yang diurusinya. Wajar saja, sebab kapitalisme memang mengajarkan untuk menempatkan manfaat sebagai tolak ukur segala sesuatu.

Itulah yang nampak dalam setiap kebijakan yang dilahirkannya, sarat dengan kepentingan yang memberi manfaat untuk diri dan kroninya sendiri. Segala peluang digunakan, demi menjaga kekuasaannya tetap bertahan. Baik dengan pencitraan, turun ke korban bencana meski sebatas formalitas, hingga mengadakan acara besar demi meningkatkan elektabilitas politiknya pun dilakoni. Hal itu lebih penting daripada mengurusi rakyatnya.

Realitas ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar Bin Khatthab saat kaum muslim di Hijaz pernah mengalami bencana paceklik hingga sembilan bulan lamanya. Khalifah pun sigap membantu dengan mendirikan posko-posko bantuan dan makanan untuk para pengungsi sampai bencana berakhir. Bahkan Khalifah juga menunjukkan empatinya dengan turut hidup prihatin yaitu hanya makan roti dan minyak selama musibah tersebut berlangsung.

Sikap pemimpin Islam yang seperti ini, didorong oleh pemahaman bahwa rakyat merupakan tanggung jawab yang wajib diurusinya. Allah Swt. kelak akan meminta pertanggungjawabannya atas amanah kepemimpinan tersebut.

“Imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat. Dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya” (HR. Bukhari)

Pemimpin seperti inilah yang semestinya ada. Ia bersungguh-sungguh melakukan pengurusan dan menjadi garda terdepan dalam melindungi rakyatnya. Umat membutuhkan kehadirannya saat ini di tengah-tengah mereka. Wallahu’alam bisshowab.

Dwi Indah Lestari
Bangkalan, Madura, Jawa Timur

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 2

Comment here