Surat Pembaca

Sulitnya Kehidupan Akibat Diterapkan Sistem Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Meilina Tri Jayanti

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Anomali cuaca yang ditandai dengan dampak el-nino panjang, kiranya bisa mewakili perasaan masyarakat negeri ini yang semakin panas dalam menjalami kehidupan. Betapa tidak, semakin hari upaya untuk mengais rezeki semakin sulit, lapangan pekerjaan semakin sempit, harga sandang, papan, pangan, semakin melangit.

Bagi sebagian orang, kondisi tersebut memicu tingkat stres yang tinggi. Terlebih bagi mereka yang sudah berkeluarga. Bahkan, jumlah kasus kriminal yang terjadi akibat stres sudah di luar nalar akal sehat.

Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), sepanjang tahun 2023 (terakhir dikutip 14 September 2023), total keseluruhan kasus kekerasan di Indonesia mencapai 18.466 kasus. Dari angka tersebut korban terbanyak adalah perempuan, yaitu mencapai 16.351 orang. Tak jarang, KDRT yang terjadi menyebabkan istri meninggal dunia, dan pelakunya tak lain adalah sang suami. Salah satunya seperti yang diberitakan di laman news.republika.co.id pada Selasa 12 September 2023.

Allah sudah memperingatkan kita dalam firmanNya di Al Qur’an surat Thaha ayat 124: “Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu, sungguh bagi dia penghidupan yang sempit”. Pada kenyataannya kesempitan hidup memang dirasakan mayoritas masyarakat. Hal tersebut tidak lain dampak dari diterapkannya sistem kehidupan sekuler-kapitalistik, di mana salah satu penerapannya adalah pada kebijakan ekonomi negeri ini. Sistem ekonomi merupakan pangkal dari keberlangsungan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pokok masyarakat secara umum.

Sistem ekonomi kapitalisme tidak mengenal pembagian kepemilikan. SDA yang sejatinya hak seluruh warga negara, dikelola selayaknya hak negara. Maka sudah menjadi sesuatu yang lumrah bahwa negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalisme, investasi modal swasta (baik asing maupun lokal) dijadikan sebagai metode untuk menjalankan roda perekonomiannya. Kebijakan inilah yang membuat bendera oligarki tak kuasa terbendung, berkibar di setiap jengkal wilayah negeri ini. Pada akhirnya kemandirian dan kedaulatan ekonomi negara sulit untuk terwujud. Alih-alih mampu mendulang keuntungan yang berlimpah dari pengelolaan SDA demi kesejahteraan warga negara, yang ada malah menjadikan pajak sebagai sumber utama pendapatan yang justru semakin membuat beban kehidupan masyarakat semakin berat.
Kesepakatan kerja sama yang disetujui antara penguasa dan oligarki, tidak membuka kesempatan kerja yang luas bagi warga pribumi. Dampaknya dirasakan langsung oleh penanggung nafkah keluarga. Ditambah lagi dengan tingkat inflasi yang tinggi. Semakin hari harga-harga kebutuhan pokok terus meningkat, namun tidak dibarengi dengan kemampuan daya beli masyarakat yang baik.

Efek dominonya dirasakan oleh para istri. Mereka dituntut untuk mampu memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga dengan nafkah yang terbatas. Kondisi tersebut meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental baik suami maupun istri secara signifikan. Perkataan atau perbuatan tak meyenangkan dari salah satu pihak tak jarang memicu tindakan saling menyakiti bahkan membunuh. Inilah potret buram kehidupan sekuler kapitalistik yang jauh dari konsep keimanan.

Islam memberi tuntunan agar manusia mampu meraih ketinggian derajat di dunia dan keselamatan di akhirat. Segala yang terjadi di dunia ini merupakan ketetapan yang harus direspon dengan benar. Selain usaha kita untuk selalu meningkatkan kedekatan diri dengan Sang Pencipta melalui penunaian ibadah mahdhoh, kita pun didorong untuk mengurai masalah kehidupan tanpa harus keluar dari koridor ajaran Islam.

Beratnya himpitan ekonomi yang dialami, tidak lantas melegalkan kita untuk melakukan perbuatan yang diharamkan. Mengedepankan sifat qona’ah dan sabar adalah sikap yang lebih baik untuk merespon keadaan sulit ini. Menerima dengan ikhlas apa-apa yang sudah Allah rezekikan kepada kita, sembari kita terus bergerak untuk bisa keluar dari masalah kehidupan yang terstuktur oleh kebijakan negara.

Hanya dengan menerapkan Islam kaffah, kesejahteraan manusia dapat diwujudkan. Nilai-nilai ekonomi Islam sangat mengutamakan kemaslahatan dan kemakmuran masyarakat secara keseluruhan. Bukan sekadar mengejar aspek materiil, melainkan wajib mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan masyarakat.

Mekanisme pemilihan pemimpin yang digariskan serta penerapan hukum-hukum yang dituntun oleh Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma serta Qiyas, meniscayakan terwujudnya kepemimpinan yang amanah. Negara akan membantu rakyatnya agar hidup tenang, aman dan damai dalam suasana keimanan. Ditopang keimanan individu, masyarakat dan negara yang baik, kesewenang-wenangan seorang pemimpin dapat dicegah. Kemaksiatan di masyarakat pun dapat diminimalisir.

Wallahu a’lam bish-shawwab…

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 23

Comment here