Opini

Susu Ikan, Mampukah Mencetak Generasi Berkualitas?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nana Juwita, S.Si.

Wacana-edukasi.com, OPINI– Adanya wacana tentang pemanfaatan susu ikan menuai pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Ada yang beranggapan bahwa susu ikan tersebut tidak akan efektif untuk memenuhi asupan gizi bagi program makan siang gratis yang diharapkan mampu menyolusi masalah stunting di negeri ini.

Semua ini berangkat dari isu stunting dan isu ketahanan pangan yang merupakan isu global, disolusi dengan wacana program makan siang gratis, susu gratis, dan susu ikan gratis. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah harapan mencetak generasi yang berkualitas tersebut hanya akan terwujud ketika asupan gizi terpenuhi? Walaupun tidak dapat dimungkiri bahwa asupan gizi seimbang juga sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

Terkait dengan polemik susu ikan tersebut, ditanggapi oleh seorang ahli ilmu dan teknologi susu, Epi Taufik yang merupakan Dosen Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), menuturkan bahwa susu ikan seharusnya berasal dari jenis ikan mamalia (mammae). Lebih lanjut, Epi mengatakan, penamaan susu ikan pada produk ekstraksi protein ikan tidak sesuai dengan definisi susu menurut standar internasional CODEX Alimentarius Commission (CAC) dan SNI (kompas.com, 11/09/24).

Bukan hanya masyarakat yang berkomentar tentang susu ikan ini namun sejumlah media asing seperti surat kabar asal Australia, The Sydney Morning Herald, juga memberitakan hal serupa. Dalam artikelnya berjudul ‘An Election Promise of Free Food May End Up with Fish Milk on the Menu’, koran Negeri Kanguru itu menyoroti rencana mengganti menu susu sapi dengan susu ikan demi menekan anggaran yang bengkak. Adapun Koran asal Singapura, The Straits Times, melaporkan susu ikan sudah lama menjadi inovasi pemerintah RI. Pada 2023, pememerintah RI memainkan peran kunci dalam meluncurkan susu ikan yang dikembangkan sebagai upaya melakukan hilirisasi produk perikanan (cnnindonesia.com, 13 /09/24).

Sangat disayangkan, bahwa program makan siang gratis yang diharapkan mampu mencetak generasi berkualitas, terkesan masih setengah hati untuk dilaksanakan, negara masih berfikir tentang anggaran yang cukup besar bila program tersebut terealisasi sehingga alternatif susu ikan menjadi solusi bagi mereka.

Belum lagi program ini terkesan menjadikan generasi bangsa ini sebagai alasan untuk meluluskan program tersebut, namun ada pihak-pohak tertentu yang diuntungkan dengan adanya proyek produksi susu ikan tersebut. inilah gambaran negara yang berasaskan kapitalisme yang cenderung memikirkan untung rugi dalam hal untuk mengurusi urusan rakyat. Terkesan memang seperti dimensi kebijakan yang dibuat seolah untuk rakyat, padahal memberi peluang usaha kepada banyak korporasi dan oligarki.

Dikaitkan dengan watak rezim sekuler demokrasi berupa kebijakan dan lepas tangannya negara dalam mengurus rakyat. Negara menunggangi isu generasi untuk menyukseskan proyek industrialisasi. Padahal Islam jelas menjamin kebutuhan primer (pangan, sandang dan papan), sekunder, bahkan tersier dengan cara memberikan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya bagi umat agar mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya karena hal ini merupakan kewajiban penguasa untuk mensejahterakan rakyatnya. sehingga dapat dipastikan setiap rumah terpenuhi kebutuhan gizinya.

Apalagi Indonesia memiliki kekayaan berlimpah dari laut berupa ikan dan lain-lain yang juga bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi umat secara langsung tanpa harus diubah menjadi susu ikan. Jadi negara dapat mengelola kekayaan laut tersebut hanya semata-mata untuk kepentingan rakyat, bukan sekadar kepentingan bisnis dan memberikan keuntungan kepada para pengusaha.

Kepemimpinan Islam ikhlas melayani umat dan punya perhatian khusus pada jaminan kwalitas generasi, memenuhi hak dasar mereka dengan pemenuhan yang maksimal dan berkualitas. Disampaing itu negara Islam (Khilafah) memiliki konsep tersendiri dalam hal menghasilkan generasi yang berkwalitas yaitu bahwa Islam tidak hanya menjamin kebutuhan gizi umatnya saja, namun Islam akan memastikan pemikiran generasi bangsa ini agar terjaga dari ide-ide atau pemahaman yang menyesatkan yaitu ide-ide tentang pluralisme, moderasi beragama dan lain-lain yang dapat mempengaruhi tingkah laku generasi.

Dengan adanya penerapan sistem pendidikan yang islami maka generasi muda akan terisi pemikirannya dengan ide-ide yang islami yang hanya menjadikan Islam sebagai standar ketika mereka melakukan suatu perbuatan. Dengan kata lain generasi yang berkwalitas adalah generasi yang memiliki pola fikir dan pola sikap yang islami, bukan hanya semata-mata sekedar tercukupi kebutuhan gizinya saja. Islam akan menjadikan generasi negeri ini menjadi generasi yang kuat fisiknya dan memiliki kepribadian yang kokoh.

Hal tersebut dikarenakan Negara Islam memiliki kemampuan menyejahterakan rakyat dengan konsep Baitulmal yang kuat, yang tidak memiliki batasan dalam hal anggaran untuk mengurusi urusan rakyatnya. tidak ada alasan bagi baitulmal untuk tidak mengeluarkan dana apalagi itu terkait dengan memenuhi kebutuhan rakyat nya. Negara harus memastikan bahwa dana yang ada di Baitul mal dapat tersalurkan untuk mengurusi urusan umat seperti dalam hal jaminan pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan, pendidikan, keamanan dan lain-lain.

Dimana sumber pemasukan yang di dapat oleh baitulmal diperoleh dari pengelolaan sumber daya alam yang ada, tanah kharaj, usur, ghanimah, zakat. Semua itu dikelola oleh negara dalam rangka untuk kesejahteraan umatnya. Beginilah gambaran penerapan Islam kafah dalam naungan Islam (Khilafah). Wallahu A’lam Bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 6

Comment here