Opini

Tabrakan Kereta, Bukti Minimnya Jaminan Keamanan Transportasi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Irawati Tri Kurnia (Aktivis Muslimah)
 
wacana-edukasi.com, OPINI– Dunia transportasi kembali berduka. Pada hari Jumat 5 Januari 2024 pagi, telah terjadi tabrakan antara Kereta Komuter Bandung Raya dengan Kereta Api Turangga pada pukul 06.03 WIB (www.bbc.com, Jumat 5 Januari 2024) (1).
 
Kecelakaan terjadi di jalur tunggal (single track) kilometer 181+700 petak jalan, antara stasiun Haurpugur dan stasiun Cicalengka.
 
Tabrakan ini terjadi setelah beberapa bulan lalu tabrakan kereta juga terjadi. Ada banyak faktor penyebab, seperti human error, system error, atau ada hal yang lain. Wakil Ketua Pemberdayaan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) pusat Djoko Setijowarno menjelaskan bahwa sinyal di stasiun Cicalengka masih menggunakan sinyal blok mekanik. Sedangkan sinyal di stasiun Haurpuguh berupa sinyal elektrik. Perbedaan model persinyalan ini akan membedakan cara pengoperasiannya.
 
Pakar transportasi di Institut Teknologi Bandung, Sony Sulaksono, juga menyebut tabrakan yang terjadi di Cicalengka rentan terjadi, jika muncul masalah sinyal maupun kesalahan manusia (www.itb.ac.id, Jumat 5 Januari 2024) (2).
 
Bahkan insiden ini sampai disoroti oleh media asing. Agence France-Press (AFP) melalui artikel “4 Dead, 22 Injuried in Indonesia Train Collision” menyebut, kecelakaan transportasi adalah hal lumrah yang terjadi di Indonesia, karena alat transportasi sudah tua dan tidak dirawat dengan baik. Hal yang sama juga disampaikan media yang berbasis di Hongkong, BNN Breaking Through the Article : Train Collision in Bandung : A Tragic Wake Up Call for Indonesia’s Aging Railway Infrastructure. Dalam artikel tersebut dilaporkan bahwa penyebab kecelakaan karena infrastruktur yang sudah menua (www.cnbcindonesia.com, Jumat 5 Januari 2024) (3).
 
Seharusnya bisa dilakukan upaya mitigasi, sehingga masyarakat mendapat jaminan keamanan dalam transportasi. Sayangnya negara yang menerapkan sistem kapitalisme gagal mewujudkannya.
 
Kapitalisme menjadikan paradigma penguasa kepada rakyat adalah bisnis. Sehingga orientasi keuntungan dijadikan landasan kebijakan, sehingga mudah sekali mengabaikan nyawa rakyatnya. Bahkan mirisnya, baru setelah terjadi insiden ini, Kementerian Keuangan baru menyebut bahwa pembiayaan untuk pembangunan double track menjadi relevan. Maka tampak kecelakaan bukan sekedar musibah, namun juga akibat kezaliman karena ada hal yang diabaikan oleh penguasa ala kapitalisme.
 
Sangat berbeda dengan sistem Islam yang diterapkan secara praktis
 
Pada jalur kecelakaan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan, sebenarnya tengah menjalankan pembangunan jalur ganda kereta. Hanya saja aspek keselamatan tidak pernah disebut sebagai tujuan utama pembangunan tersebut. Pada Februari 2022 Direktur Pelaksana Perkeretaapian Kemenhub, Harno Trimadi, justru proyek ganda itu akan memperpendek waktu dan berpotensi meningkatkan jumlah penumpang hingga 25%. Bahkan mirisnya, baru setelah terjadi insiden ini, Kementerian Keuangan menyebut, pembiayaan pembangunan double track menjadi semakin relevan.
 
Maka tampaklah kecelakaan bukan sekedar musibah, namun juga akibat kezaliman karena ada hal yang diabaikan oleh penguasa kapitalisme.
 
Sangat berbeda dengan sistem Islam yang diterapkan secara praktis dalam naungan negara Khilafah. Jaminan transportasi yang aman, nyaman, bahkan murah bukan impian; tetapi nyata terwujud untuk semua masyarakat.
 
Hal ini karena pemimpin memiliki mafhum ra’awiyah, yakni pemahaman bahwa mereka adalah pelayan dan pengurus rakyatnya. Bahkan tanggungjawab pelayanan atau pengurusan mereka, tidak hanya berhenti di dunia, namun menembus hingga dimensi akhirat. Sehingga keberadaan negara Khilafah bukan seperti negeri Kapitalisme yang penguasanya sebagai regulator kebijakan untuk pemilik modal. Khilafah terwujud sebagaimana sabda Rasulullah saw :
 “Pemerintah adalah pengurus rakyat dan dia bertanggungjawab atas rakyat yang dia urus (HR Bukhari).
Karena mafhum ra’awiyah ini, seorang Khalifah akan mengurus rakyatnya sesuai dengan hukum Syariat. Dalil-dalil Syariat menjadi dasar kebijakannya.
 
Terkait moda transportasi, tidak lepas dari paradigma pembangunan infrastruktur dalam Islam; yakni kemaslahatan umat yang memudahkan dan tidak membahayakan umat. Oleh karena itu, moda transportasi harus aman, nyaman, dan murah bahkan gratis.
 
Aman adalah nyawa manusia terhindar dari bahaya. Sebab nyawa manusia dalam Islam sangat berharga. Rasulullah saq bersabda :
“Kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan pembunuhan seorang muslim (HR. An-Nasa’i).
Selain itu Rasul juga bersabda :
“Siapa saja yang membahayakan orang lain, Allah akan menimpakan bahaya kepada dirinya. Siapa saja menyusahkan orang lain, Allah akan menimpakan kesusahan kepada dirinya.” (HR. Al-Hakim).
 
Sedangkan nyaman adalah kondisi ketika merasa enak, aman, sejuk, bersih, tenang, dan damai. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara moda transportasi senantiasa di-maintenance (dirawat), di-upgrade dengan teknologi terbaru. Operator alat transportasi adalah orang yang amanah dan sejenisnya. Bahkan dalam Khilafah, moda transportasi juga dibangun untuk menjaga interaksi dan kesucian lawan jenis, misalnya ada pemisahan antara penumpang laki-laki dan perempuan.
 
Adapun murah dan gratis, adalah bentuk layanan negara pada rakyatnya. Sebab infrastruktur transportasi merupakan kebutuhan publik, sehingga menjadi tanggung jawab penguasa untuk mengadakannya.
 
Anggaran untuk infrastruktur dalam Khilafah, dialokasikan dari pos kepemilikan umum, dan pos kepemilikan negara Baitul Maal. Sehingga tidak ada cerita negara Khilafah kekurangan anggaran untuk menyediakan moda transportasi untuk kemaslahatan umat. Seandainya kas Baitul Mal kosong, Khalifah bisa mendorong agar aghniya (orang kaya) bersedekah kepada negara. Bahkan jika belum cukup, bisa menetapkan dharibah (pajak) kepada kaum muslimin secara temporer, sampai pembangunan infrastruktur tersebut selesai.
 
Salah satu bentuk jaminan Khilafah menyediakan alat transportasi berupa kereta api, adalah proyek pembangunan kereta api Hijaz Railway pada 1900 oleh Sultan Abdul Hamid II, penguasa Khilafah Usmaniyah. Jalur kereta ini terbentang dari Istanbul (Ibukota Khilafah) hingga Makkah, melewati Damaskus, Yerusalem, dan Madinah. Tujuan utama proyek ini adalah untuk memperlancar perjalanan haji, di mana perjalanan dari Istanbul ke Makkah yang semula 40 hari perjalanan, tinggal menjadi 5 hari perjalanan.
 
Beginilah jaminan penyediaan alat transportasi kereta api dalam Khilafah. Bukankah ini yang diimpikan oleh masyarakat?
 
Wallahu’alam Bishshawab
 
 
Catatan Kaki :
(1)       https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-67879148
 Penyebab kecelakaan kereta api di Cicalengka Bandung: Isu keselamatan dan proyek jalur ganda jadi sorotan
(2)       https://www.itb.ac.id/berita/pakar-transportasi-itb-soal-tabrakan-kereta-api-di-cicalengka-jalur-ganda-harus-segera-dibangun/60254
(3)       https://www.cnbcindonesia.com/news/20240105181007-4-503150/media-asing-sorot-tabrakan-ka-turangga-bandung-raya-salahkan-ini
 

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 11

Comment here