Opini

Tak Cukup hanya Boikot Produk

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ani Hayati, S.H.I. ( Relawan Opini)

wacana-edukasi.com, OPINI– Menjelang Ramadan, sejumlah perusahaan kurma asal Israel ketar-ketir produk buatannya tak laku di masyarakat. Pasalnya, ajakan boikot produk Israel masih terus menggema di dunia akibat perang dengan Palestina.Mengutip Middle East Eye, Minggu (3/2) sepertiga dari total ekspor kurma produsen Israel dilakukan selama bulan Ramadan.

“Kampanye iklan senilai USD 550.000 untuk mempromosikan kurma Medjool Israel dihentikan sebagai tanggapan atas ketakutan akan boikot,” tulis laporan itu.
Pengawasan terhadap produk-produk Israel di kalangan muslim meningkat setelah pertumpahan darah di Gaza. Konflik tersebut telah mengakibatkan hampir 30.000 warga Palestina terbunuh dan lebih dari 69.000 orang terluka oleh Israel hanya dalam waktu lima bulan.

“Siapa pun yang mendekati rak tersebut dan melihat tulisannya ‘Buatan Israel’ akan berpikir dua kali,” kata seorang pengusaha yang memiliki hubungan dengan industri kurma. (kumparan.com. 03/03/2024).

Dengan melihat fakta di atas terkait pemboikotan kurma produk Israel, lantas apakah Serangan-serangan brutal oleh entitas Yahudi dapat di hentikan? Ternyata tidak demikian, warga Palestina harus sholat tarawih di bawah puing-puing reruntuhan sisa serangan rudal entitas Yahudi. Warga Palestina menjalankan ibadah saum Ramadhan dengan sahur dan buka puasa seadanya bahkan tidak ada.

Di bulan Ramadhan serangan brutal oleh entitas Yahudi telah menewaskan dengan mayoritas anak-anak dan perempuan. Warga sipil terus berlarian tak tahu arah, mencari tempat aman lantaran berulang kali diperintahkan untuk evakuasi. Dari utara ke selatan, hingga ke ujung selatan lagi, mereka harus terus berpindah demi menyelamatkan nyawa di dalam “penjara terbuka”.

Jalur Gaza sering disebut-sebut sebagai penjara terbuka, lantaran terperangkap di antara Mesir, Israel, dan Laut Mediterania. Wilayah yang juga dikenal “daerah kantong” itu sudah sejak dahulu di bawah blokade entitas Yahudi.

Dimana wahai penguasa muslim? Palestina terbelenggu kukuasaan, jiwa dan raga, mereka sangat membutuhkan pertolongan, mereka menginginkan kemerdekaan. Kejahatan Zionis di Palestina makin parah.

Mirisnya hingga hari ini kaum Muslim Palestina belum juga mendapat pembelaan dari berbagai negeri. Dan di bulan Ramadhan salah satu yang bisa dilakukan adalah boikot kurma produk Zionis apalagi zionis adalah pengekspor kurma terbesar, tapi itu tak cukup menghentikan serangan yang dilakukan entitas Yahudi. Selain boikot atas produk-produk zionis lainnya, yang harus dilakukan adalah boikot ideologi yang membiarkan kekejaman mencekram di Palestina. Ideologi kapitalisme sekularisme yang melahirkan sekat nasionalisme untuk membelenggu satu negara agar tidak dapat masuk ke negara lain. Akibatnya sekat nasionalisme, negeri-negeri muslim hanya berperan sebagai penonton ketika melihat saudaranya, kelaparan, dirampas harta, tanah, kehormatan bahkan nyawa secara keji.

Berharap bantuan dari negeri-negeri muslim adalah hal yang sangat mustahil. Jikalau membantu pun mengalami keterbatasan akibat adanya hukum-hukum internasional dan sekat nasionalisme yang membelenggu satu negara masuk negara lain.

Rasulullah mengibaratkan satu Mukmin dengan Mukmin yang lainnya bagaikan anggota badan dalam satu tubuh. Beliau bersabda: “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Muslim).

Memahami arti hadis di atas jelas bahwa dalam Islam akan merasakan sakit ketika melihat saudaranya sakit, seperti halnya di Palestina yang membutuhkan pertolongan dan tidak ada sekat pembatas antar negara yang menghalangi. Islam merupakan ideologi yang memiliki karakter sempurna dan paripurna.

Semenjak diemban oleh Rasulullah saw., para sahabat, dan para khalifah, telah terbukti bahwa Islam adalah ideologi yang mampu menjadikan umat Islam menjadi umat terbesar dan adidaya. Dengan mengemban ideologi Islam, umat Islam memiliki pengaruh, baik secara politik atau militer di kancah konstelasi geopolitik dunia dengan adanya kebijakan dakwah dan jihad.

Para ulama menyepakatinya karena pada dasarnya semua ketentuan dalam syari’ah adalah bertujuan demi terciptanya maslahah atau kemanfaatan, kebaikan, dan kedamaian umat manusia dalam segala urusannya, baik urusan di dunia maupun urusan akhirat.

Menurut Imam Asy-Syatibi maqashid syariah memiliki 5 hal inti yaitu: Menjaga Agama, Menjaga Jiwa, Menjaga Akal, Menjaga Keturunan dan menjaga harta.

Sudah saatnya umat harus menyuarakan ideologi yang lebih layak untuk diterapkan, yaitu ideologi Islam. Agar negara dapat mengemban ideologi Islam, maka harus menggencarkan dakwah. Dakwah yang dilakukan adalah dakwah pemikiran yang menjadikan rakyat berpegang kuat pada akidah islam sekaligus menjadikannya sebagai Qaidah dan Qiyadah fikriyah. Dakwah inilah yang dicontohkan Nabi Saw kepada umatnya.

Islam menjadikan negara berdaulat dan bersikap tegas demi keselamatan rakyatnya salah satunya permasalahan yang terjadi di Palestina. Ideologi Islam inilah yang sejatinya harus ditanamkan di tubuh generasi yang akan membangkitkan suatu negeri. Islam sebagai sebuah ideologi memiliki karakter yang terus bergerak dan didakwahkan sebagai kabar gembira dan peringatan bagi seluruh manusia. Marilah kita bersatu untuk bergerak berjuang menyuarakan Islam. Islam adalah way of life dan rahmatan lil ‘alamin. Wallahu alam bissawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 17

Comment here