Oleh Umi Hanifah S.Ag.
(Komunitas Aktif Menulis)
Manusia yang lemah harusnya tunduk pada aturan Pencipta, saat menjauh dari agama pasti semakin terperosok pada kesulitan dan hancurlah hidupnya. Artinya sistem kapitalis telah gagal dan menjadi penyebab manusia sengsara.
Wacana-edukasi.com — Hidup bisa dikatakan sebuah perjuangan. Tak ada satu pun manusia yang berdiam diri dalam hidupanya. Mulai bangun hingga menjelang tidur lagi bergerak mengeluarkan tenaga, dan tak jarang juga biaya. Pasti lelah, bahkan ketika manusia diam atau tidur dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan kebosanan, capek dan kelelahan.
Lelah sering dijumpai pada masyarakat saat ini, stres, depresi hingga tak jarang yang berakhir dengan bunuh diri. Tekanan ekonomi dan banyaknya permasalahan hidup menjadi salah satu penyebabnya.
Kabupaten Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dikenal sebagai kabupaten dengan tingkat angka bunuh diri warga yang tinggi di Indonesia.
Selama Januari-Juni 2021, kejadian bunuh diri warga di Kabupaten Gunungkidul mencapai 22 kasus. Jumlah ini nyaris mendekati angka total kasus bunuh diri yang tercatat pada 2020 silam, yaitu sebanyak 29 kasus.
Wage Dhaksinarga, Relawan dari Inti Mata Jiwa (IMAJI), yang peduli terhadap masalah kesehatan jiwa mengakui bahwa upaya menekan angka kasus bunuh diri di Gunungkidul masih sulit dilakukan. “Bunuh diri ini kan penyebabnya multifaktor, jadi agak sulit menentukan indikator yang jelas untuk penanganannya,” jelas Wage dihubungi pada Kamis (17/06/2021).
Sungguh miris mendapati kondisi masyarakat yang seperti itu. Lalu apa penyebab semuanya?
Tak jarang manusia mengisi kehidupannya sesuai kebiasaan lingkungannya. Lingkungan punya pengaruh besar terhadap tingkah laku seseorang. Saat ini lingkungan dipengaruhi oleh sistem kapitalis yang berasaskan sekularisme. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, agama hanya sebatas hubungan dengan Tuhan saja atau ranah private. Dalam urusan ekonomi, pendidikan, sosial masyarakat, pergaulan, politik, dan lainnya menyingkirkan aturan agama.
Dalam sistem ini masyarakat kering ruhiyah, saat banyak masalah ujung-ujungnya hanya mendapatkan kelelahan, stres mudah putus asa hingga depresi. Potret yang memilukan, standar kebahagiaan dengan banyaknya mendapatkan materi. Begitulah kapitalisme, tak cukup dengan apa yang sudah didapat, panjang angan dan jauh dari kata syukur.
Manusia yang lemah harusnya tunduk pada aturan Pencipta, saat menjauh dari agama pasti semakin terperosok pada kesulitan dan hancurlah hidupnya. Artinya sistem kapitalis telah gagal dan menjadi penyebab manusia sengsara.
Sebaliknya, seorang muslim dalam aktivitasnya harus terikat dengan seluruh aturan Sang Pencipta. Dia menciptakan manusia dan alam semesta lengkap dengan petunjuk/syariat agar manusia bisa menjalani kehidupan dengan baik.
Baik adalah segala hal yang dikatakan baik oleh agama, dan buruk adalah semua yang dilarangnya. Jangan mengikuti keinginan nafsu, bisa jadi yang baik menjadi buruk dan sebaliknya.
Sebagaimana Firman Allah SWT: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Dengan sandaran agama, seberat apapun aktivitasnya tidak akan menyebabkan stres apalagi bunuh diri. Mereka yakin tidak ada amalan yang sia-sia, karena ada balasan setiap yang dikerjakan didunia. Artinya seorang muslim yakin bahwa seluruh perbuatannya akan dipertanggung jawabkan kelak diakhirat. Bisa dikatakan lelahnya menjadi lillah karena semata mengharap ridlo-Nya.
Beberapa langkah menghindari lelah yang berujung stres apalagi depresi hingga bunuh diri:
1. Pahami tujuan hidup. Hidup adalah ibadah sebagaimana dalam surat Adzariyat 56.
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Ibadah dalam makna luas, yaitu hubungan dengan Allah (shalat, puasa, zakat, haji dll), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (makanan, minuman, akhlaq dll), dan hubungan manusia dengan yang lain ( pernikahan, pergaulan masyarakat, pendidikan, ekonomi, pemerintahan dll). Ketika semua itu dijalankan dengan ikhlas dan sesuai syariat maka akan mendatangkan ridlo-Nya.
2. Ada ilmu.
Ilmu ibarat pelita dimalam hari, tanpanya dunia gelap gulita. Banyak manusia yang menjalani kehidupan lelah dan tersesat karena tanpa adanya ilmu. Apalagi dalam lslam menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dari kecil hingga masuk liang lahat.
3. Berkomunitas/berteman dengan orang-orang yang tangguh. Mereka ini adalah yang yakin bahwa dunia adalah tempat berlelah sementara, akan ada akhirat tempat tinggal selamanya yang tidak ada keletihan didalamnya. Artinya ingat mati akan membuat hati lembut saat dunia belum bisa meraihnya, sabar dan tawakal.
4. Berdoa setiap saat.
Meminta hanya pada sang Pencipta agar diberikan kekuatan dan sabar saat mengalami kelelahan menghadapi ujian hidup didunia.
Fakta fenomenal kelelahan yang berbuah Lillah adalah, Muhammad sang penakluk Konstantinopel. Gelar al Fatih didapat saat bisa membuka kota yang dijanjikan oleh Rosulullah Saw sejak 825 tahun silam.
Selama lebih dari 50 hari sang penakluk mencoba menembus kokohnya benteng kota. Dengan kecerdikan dan kuatnya tekad serta menyerahkan semua urusan pada-Nya, maka kota Konstantinopel dapat dimasuki dengan gemilang. Sungguh tak sebatas lelah, namun semangat menyebarkan rahmat menjadikan cahaya lslam mampu menembus gelapnya akal dan hati manusia.
Begitulah seharusnya sikap seorang muslim dalam menjalani kehidupan. Taat dan mengembalikan semua pada Sang Maha Perkasa Allah SWT, sehingga akan kuat dalam mengarungi samudra kehidupan. Tak sebatas lelah namun selalu bersemangat karena menjalankannya lillah.
Gambaran masyarakat yang sehat baik fisik dan mentalnya, tak mudah depresi apalagi bunuh diri bahkan produktif hanya bisa didapat saat lslam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.
Allahu a’lam bishshawwab.
Views: 34
Comment here