Opini

Tanpa Junnah, Umat Islam Teraniaya

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Endah Sefria, S.E. (Aktivis dakwah)

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Hampir di seluruh belahan bumi, nasib kaum muslim mengalami kenestapaan. Dijajah, dibantai hingga genosida secara terang-terangan dan dunia tetap diam.

Setidaknya 150 warga sipil dari minoritas muslim Rohingya di Myanmar diperkirakan tewas minggu ini dalam serangan artileri dan pesawat tak berawak di negara bagian Rakhine, Myanmar. Mereka melihat orang-orang dibom saat mencoba mencari perahu untuk menyeberangi sungai ke Bangladesh dan melarikan diri dari kekerasan.

Yang lain menggambarkan melihat ratusan mayat di tepi sungai. Suku Rohingya telah lama di aniaya di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha. Lebih dari 730.000 dari mereka melarikan diri dari negara itu pada tahun 2017 setelah tindakan keras yang dipimpin militer yang menurut Perserikatan Bangsa-bangsa dilakukan dengan maksud genosida (tribunnews.com, 11/08/2024).

Kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar yang mengerahkan tentara militernya untuk membantai muslim minoritas Rohingya membuat muslim Rohingya berupaya untuk membebaskan diri dari pembantaian itu. Namun, dunia mengatakan bahwa mereka adalah pemberontak.

Mereka mencoba melarikan diri yang mereka sangka tempat yang lebih aman di negeri saudaranya sesama muslim dan sesampainya di negeri yang dituju, mereka di fitnah dan diusir. Mereka terombang-ambing di lautan, tanpa makanan, pakaian, dan air yang layak.

Mereka juga mencoba melarikan diri ke Bangladesh dengan sampan perahu seadanya, tetapi belum sampai ke negara tetangga tersebut, mereka dibom hingga mayat-mayat berserakan di lautan dan pinggiran pantai. Ya Allah, begitu pilu nasib saudara kita di sana. Sedangkan kita, termakan opini fitnah yang begitu kejam untuk mengusir mereka tanpa rasa iba. Padahal, mereka adalah manusia yang pada hakikatnya punya hak hidup seperti kita.

Begitu pun kondisi saudara kita di Palestina. Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan tiga roket Israel menghantam sekolah di Kota Gaza, menggambarkan insiden tersebut sebagai “pembantaian yang mengerikan.” Sejumlah jenazah terbakar (voaindonesia.com, 10/08/2024).

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa sejak saat serangan militer Israel telah menewaskan hampir 40 ribu warga Palestina dan juga menyebabkan hampir seluruh populasi yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi, menyebabkan krisis kelaparan, dan memicu tuduhan genosida yang selalu dibantah Israel (republika.co.id, (11/08/2024).

Dunia masih membisu. Tidak ada aksi nyata untuk menghentikan kebrutalan ini. Negeri-negeri mayoritas muslim pun terlihat senyap, tanpa ada pembelaan. Sedangkan saudara kita terus saja dibantai dan mengalami penderitaan tiada henti.

Saat nasionalisme adalah benteng pemisah kita yang sesungguhnya. Karena ide nasionalisme menjadikan kita egois dan tidak merasa bahwa mereka juga saudara kita. Negeri-negeri muslim yang di tindas hanya bisa disaksikan oleh kita tanpa penguasa muslim mengambil langkah memerangi musuh yang nyata.

Ternyata dapat kita pahami bahwa kita, Indonesia juga diperangi secara pemikiran. Ide nasionalisme yang secara nyata membunuh ukhuwah Islamiyah ternyata masih banyak yang menganggap ide ini ada heroik. Sengaja barat menciptakan ide ini untuk memecah belah persatuan kaum muslim.

Ternyata perang pemikiranlah yang lebih mengerikan. Karena lewat perang pemikiran ini musuh bisa dianggap teman, kemaksiatan yang harusnya dibenci jadi disenangi dan aturan Allah yang harusnya dicintai dan ditaati malah dibenci dan dijauhi.

Bahkan lewat perang pemikiran ini, saudara sesama muslim bisa membunuh saudaranya sendiri dan kemudian berpelukan dengan musuhnya yang sebenarnya masih sambil menghunus pisau yang berlumuran darah saudaranya. Peperangan yang diciptakan barat terhadap negeri-negeri muslim dimulai setelah hancurnya negara Khilafah Islamiyah yang menaungi kaum muslim di seluruh penjuru negeri.

Hari ini kita tidak bisa berharap kepada PBB dan dewan keamanan, karena kehadiran mereka di daerah konflik bukan untuk melindungi orang yang tertindas di sana atau ingin membebaskan negara yang terjajah, teta sejatinya demi kepentingan penjajahan mereka. Mereka tidak pernah berhasil untuk menyelesaikan konflik di Bosnia, Irak, Afghanistan, Palestina, Rohingya, dan negeri yang dibantai lainnya.

Ketiadaan Khilafah adalah sebuah kenestapaan. Tanpa adanya khilafah, negeri-negeri kaum muslim tentu tidak akan bisa disatukan. Kita saksikan pembantaian rakyat Palestina oleh Zionis Yahudi. Negeri-negeri Islam diam tanpa melakukan perlawanan sama sekali.

Padahal, jumlah penduduk negeri-negeri muslim yang mengelilingi Palestina jauh lebih besar dibandingkan Israel. Pasukan militer negeri-negeri Arab juga jauh lebih besar dari pada Israel dan mereka menyaksikan sendiri api, bom, nuklir dan sebagainya yang berkobar di langit mereka.

Ketiadaan Khilafah Islamiyah membuat kewajiban jihad kaum muslim untuk membebaskan negeri-negeri muslim yang terjajah tidak bisa dilaksanakan. Padahal, potensi kaum muslim sangat besar. Bisa dibayangkan jika mobilisasi pasukan militer ini dilakukan oleh sebuah negara, pasukan negara Islam akan menghimpun kekuatan kaum muslim seluruh dunia.

Inilah yang pernah dilakukan tentara kaum muslim di bawah perintah Khalifah. Mereka mampu membebaskan Palestina, menaklukkan Konstantinopel dan menyebarkan kekuatan Islam hingga sampai ke Wina Austria. Negara Khilafah akan menghimpun seluruh potensi kaum muslim dan menyatukan dunia Islam untuk berjihad melawan penjajahan barat baik secara fisik maupun pemikirannya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 50).

Wallahualam bissawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 24

Comment here