wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Aksi tawuran yang dilakukan sekelompok remaja di Kota Bogor, Jawa Barat, viral di media sosial. Aksi tawuran itu terjadi di Gang H Darwis, Mulyaharja, Bogor Selatan, Minggu (21/1/2024) pagi. Korban mengalami luka di sekitar betis. Namun, korban diduga kehabisan darah yang menyebabkannya tewas. Selain itu, dilansir dari Radar Bogor sebanyak 22 pemuda diamankan petugas gabungan TNI-Polri di Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Barang bukti yang diamankan berupa senjata tajam berbagai jenis dengan ukuran besar, stik golf, dan 11 butir obat tipe G. Pada Selasa (23/1/2024) dini hari di Jalan Raya Narogong kawasan Desa Limusnunggal, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, dua orang remaja diamankan petugas Polsek Cileungsi karena diduga hendak menggelar tawuran. Dari hasil pemeriksaan, beberapa dari mereka mengaku sudah janjian melalui media sosial untuk menggelar tawuran antar kelompok.
Di daerah lain dikutip dari beberapa media online, terjadi aksi tawuran antar pemuda di Jalan Raya Sidogiri-Warungdowo, Desa Sidogiri, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Rabu (24/1/2024), sekelompok pemuda saling baku hantam. Diduga, dipicu aksi balap liar. Kemudian di Cibodas, Kota Tangerang, Banten, pada Minggu (21/1/2024) dini hari. Dua kelompok anak SMP di Kabupaten Pekalongan terlibat aksi tawuran dengan menggunakan senjata tajam jenis samurai dan clurit. Satu korban tersungkur akibat kena sabetan samurai di punggungnya. Polisi menetapkan tujuh pelaku dalam aksi tawuran tersebut.
Berbagai peristiwa tawuran terus saja terjadi, sebagai warga negara tentu hal ini membuat kita miris. Jika tawuran sudah terjadi berkali-kali, fenomena tersebut bukan lagi kebetulan atau kesalahan individu, melainkan kesalahan sistemis yang harus dicari akar permasalahannya. Maraknya tawuran bukan semata karena jiwa muda yang menyala dalam dada para remaja. Hal ini bisa terjadi karena ketidak pahaman atas konsekuensi perbuatannya. Ada yang sekadar ikut-ikutan atau eksis semata, namun tega membahayakan nyawanya dan orang lain. Mereka tidak paham bahwa melukai orang lain, apalagi sampai membunuhnya, merupakan perbuatan dosa yang akan ia pertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Polah para pelajar yang meresahkan ini sebenarnya berpangkal dari sekularisme yang telah mengakar di dada kaum muslim negeri ini. Sistem kehidupan sekuler telah mengikis identitas dan jati diri remaja sebagai hamba Allah. Mereka memandang kehidupan seakan sekadar tempat mencari kesenangan. Sekularisme menjadikan para pemuda kehilangan visi akhirat. Konsep pahala dan dosa tidak melekat dalam benak mereka sehingga tidak menjadi penuntun tingkah laku mereka. Selain itu, keluarga yang abai, lingkungan yang merusak, dan negara yang lalaipun turut berperan mencetak generasi yang meresahkan ini.
Dalam Islam secara tegas melarang kekerasan, apalagi menyakiti orang lain dan melakukan kejahatan baik verbal maupun fisik. Remaja juga harus tahu bahwa kejahatan dalam sistem Islam itu memiliki sanksi yang memberikan efek jera supaya tidak ikut-ikutan tawuran dan tentunya sistem Islam kafah akan bisa mendekatkan jiwa manusia kepada Sang Khalik. Syariat Islam sebagai satu-satunya solusi untuk menyelesaikan masalah ini, di dalamnya terdapat pedoman dalam bertingkah laku, adab, dan akhlak yang baik. Islam ngasih aturan yang jelas tentang cara menjadi orang baik.
Yasyirah, S.P.
Views: 22
Comment here