Oleh: Wida Nusaibah (Pemerhati Masalah Global)
Wacana-edukasi.com, OPINI– Gegap gempita perayaan kemerdekaan Indonesia masih diwarnai kepiluan, khususnya bagi yang beragama Islam. Sebab, umat Islam bagaikan satu tubuh yang akan merasakan sakit pula ketika bagian tubuh lainnya sakit.
Tak akan sempurna kebahagiaan dalam mendapatkan kemerdekaan jika masih menyaksikan saudara seimannya teraniaya. Meskipun saudara seiman yang teraniaya tersebut berada jauh di negeri lain, tetapi penderitaan mereka dapat umat Islam rasakan di negeri ini. Ya, perasaan yang pasti sama, yakni ingin pula merasakan kemerdekaan negaranya. Contohnya adalah umat Islam Rohingya dan di Palestina.
Dikutip dari voaindonesia.com (10/08/24), serangan mematikan dari pesawat nirawak atau drone terhadap warga sipil Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar menewaskan puluhan orang, termasuk keluarga dengan anak-anak.
Kemudian juga di Palestina, Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan, Sabtu (10/8), bahwa sedikitnya 90 orang tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung pengungsi di wilayah Palestina yang terkepung. Badan tersebut mengatakan tiga roket Israel menghantam sekolah di Kota Gaza.
Umat Islam Lemah tanpa Junnah
Bagaikan buih di lautan. Begitulah kondisi umat Islam saat ini. Jumlah mereka banyak, tetapi tidak punya kekuatan. Akibatnya, ketika umat Islam lain dianiaya, direnggut kebebasan beragamanya, bahkan hingga terjadi genosida, umat Islam yang berada dalam kondisi aman tak mampu berbuat banyak, kecuali mengecam, memberi bantuan logistik dan bantuan-bantuan semu yang notabene tak mampu mengakhiri penderitaan tersebut.
Lebih miris lagi, negara-negara Barat terus membela dan mendukung negara penjajah. Mereka menunjukkan standar ganda yang nyata. Umat Islam diposisikan sebagai pihak tertuduh yang dianggap pantas diperlakukan tidak manusiawi. Semua ini karena umat Islam lemah, tidak bermartabat, sehingga terhinakan.
Nasib umat Islam akan terus terpuruk selama tidak ada junnah (perisai) yang akan menjadi pembela dan pelindung bagi kaum muslimin di manapun. Tak ayal, kaum muslimin akan selalu ditindas dan diremehkan di mana saja. Pembantaian pada muslim Rohingya dan penjajahan pada Palestina yang terus terjadi merupakan bukti nyata kelemahan umat Islam yang tak mampu membebaskan kondisi mereka dari kesulitan hidup yang luar biasa itu.
Nasionalisme atau sekat negara bangsa telah melemahkan umat Islam. Mereka lupa bahwa umat Islam itu satu. Umat Islam tercerai-berai menjadi banyak negara, sehingga disibukkan untuk mengurusi urusan negara mereka masing-masing. Sungguh, ikatan akidah umat Islam benar-benar rapuh ketika tidak ada sang Junnah, yakni Khilafah.
Umat Islam Kuat dengan Tegaknya Junnah
Kondisi umat Islam saat ini benar-benar berbeda dengan kondisi sejak tegaknya Daulah Islamiyyah di Madinah Al Munawwarah di bawah kepemimpinan Rasulullah Saw hingga masa kekhilafahan setelah beliau. Saat itu, umat Islam berada dalam kemuliaan dan terhormat. Kebaikan terus berlanjut, kesejahteraan umat terwujud, hingga runtuhnya Khilafah.
Islam pada masa kejayaan ketika berpegang teguh pada penerapan syariat Islam. Bangsa-bangsa lain enggan dan kagum akan kebesaran Khilafah. Tidak ada satu pun warga Daulah Islamiyyah yang disakiti orang lain kecuali Daulah akan membelanya dengan kekuatan penuh.
Seperti kisah di masa kekhalifahan Almu’tashim. Di mana seorang muslimah dilecehkan oleh seorang Yahudi dengan menyingkapkan ujung kain bajunya, sehingga aurat perempuan tersebut terlihat. Mendengar pengaduan tersebut, Khalifah langsung mengirim pasukan menuju tempat kejadian dan memberi hukuman pada orang Yahudi tersebut. Dengan begitu, umat Islam tidak akan mudah dihina, direndahkan, apalagi dianiaya. Sebab, umat maupun bangsa lain menyaksikan betapa Islam sangat kuat dan tak akan mampu dilawan.
Oleh karena itu, jika umat Islam ingin kembali kuat, maka haruslah mengembalikan perisainya. Umat Islam harus kembali menegakkan junnahnya, yakni Khilafah ala minhajinnubuwwah. Hal ini sebagaimana Rasulullah kabarkan dalam sabda beliau yang artinya: “Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti metode (minhaj) kenabian.” (HR Ahmad, Abu Dawud)
Meskipun tegaknya kembali Khilafah ala minhajinnubuwwah telah Rasul kabarkan, bukan berarti umat terbebas dari tanggung jawab perjuangan menegakkannya. Sebab, kaidah kausalitas tak boleh ditinggalkan. Umat Islam tidak boleh lupa, bahwa setiap apa pun harus diupayakan.
Apa yang sudah Rasulullah kabarkan sudah pasti terjadi baik dengan perjuangan kita maupun tidak. Namun, kita yang butuh berada dalam barisan perjuangan tersebut sebagai hujjah kita kelak di hadapan Allah bahwa kita tidak diam, berpangku tangan, apalagi justru sebagai penghalang tegaknya Junnah yang akan mengembalikan kemuliaan Islam.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d 13: Ayat 11)
Seperti halnya telah Rasulullah teladankan dalam menegakkan Daulah Islamiyyah di Madinah Al Munawwarah. Beliau juga berdakwah memahamkan umat, membentuk opini umum Islam, dan melakukan tholabun nusrah. Ini bukti bahwa kaidah kausalitas tidak boleh ditinggalkan. Kalau Rasulullah saja masih berusaha, apalagi kita.
Sudah saatnya kesadaran umat Islam dibangun akan pentingnya penegakan Khilafah. Sebagaimana perintah Allah Subhanahu Wata’ala dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 208 agar orang-orang yang beriman masuk ke dalam Islam secara keseluruhan. Sedangkan untuk masuk ke dalam Islam secara menyeluruh dibutuhkan keberadaan sebuah institusi negara sebagai pelaksana syariat, yakni Khilafah. Oleh karena itu, keberadaan institusi negara tersebut wajib pula hukumnya sebagimana kaidah:
ما لا يتم الواجب الا به فهو واجب “
artinya: “Sesuatu yang wajib tidak bisa sempurna kecuali dengan sesuatu itu, maka sesuatu itu wajib hukumnya.”
Untuk membangun kesadaran umat tersebut dibutuhkan segolongan umat penyeru kebenaran atau sebuah kelompok dakwah yang memahami metode penegakan Khilafah sesuai metode Rasulullah Saw, yakni pembinaan, interaksi dengan umat, dan penerimaan kekuasaan sebagai sarana pelaksanaan syariat Islam secara menyeluruh.
Ketika Khilafah yang menjadi perisai umat telah tegak, maka jangankan penganiayaan pada banyak warga Daulah, penganiayaan pada satu warga Daulah saja pasti akan dibela. Sungguh, penderitaan saudara umat Islam Rohingya, di Palestina, dan belahan bumi manapun akan berakhir ketika sang Junnah telah kembali hadir. Wallahu a’lam bisshowab!
Views: 4
Comment here