Oleh Hasni Surahman
wacana-edukasi.com– Disaat kaum muslim di negeri seberang tengah berjuang menjaga kehormatan, kemuliyaan Islam dan syariatnya. Berjuang menghadapi kezaliman rezim anti Islam, di negeri mayoritas Hindu. Indonesia dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), kembali menghebohkan publik dengan pernyataan kelompok jaringan teroris saat ini telah mengubah strategi dalam menyebarkan faham radikal dengan menyusupi lembaga, partai Islam dan ormas Islam (tribunnews.com 18/02/22).
Pernyataan Boy Rafli Amar selaku Komjen BNPT berkenaan dengan organisasi umat yang melahirkan fatwa, dan lembaga yang anggotanya ditangkap Densus 88. Publik sudah mengetahui bahwasanya tahun lalu pada November 2021 pengurus Komisi Fatwa MUI, Ustaz Ahmad Zain An Najah ditangkap dengan dalih dugaan kasus terorisme oleh Densus 88. Jadi pernyataan BNPT hari ini adalah bentuk akumulasi dari kejadian tahun lalu yang arahnya ditunjukan untuk kaum Muslim. Dan Islamlah sebagai dalang dan pernyataan gaduh BNPT tersebut.
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan, mengkritisi beberapa poin yang disampaikan Boy Rafli
Pertama, pencegahan penyusup ke ormas sehingga target tidak pada penangkapan. Kedua, teroris tidak langsung berupaya melakukan aksi teror, tapi berusaha menguasai lembaga tersebut.
Ketiga, hal serupa pun terjadi di pendidikan tinggi.Teroris tidak langsung melakukan aksi tetapi melakukan proses-proses misalnya pembaiatan, pengajian.
Amirsyah mengatakan narasi BPNPT di atas) harus diinvestigasi bersama-sama. Dengan demikian ada fakta dan data seperti apa proses pembaiatan dan pengajian yang disebutkan BNPT mengenai ciri teroris. Agar tidak menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Amirsyah mengatakan keberhasilan penanggulangan terorisme bukan pada penangkapan, melainkan pada pencegahan.
Benarkah teroris itu lahir dari komunitas lembaga organisasi yang berbau syariat dan umat Islam? Ataukah ini hanya pernyataan tanpa dalih? Mengapa kelompok bersenjata di Papua (KKB), tidak dicap sebagai teroris? Padahal aksi mereka yang membunuh aparat sipil di Papua benar adanya namun hanya dicap sebagai saudara yang harus dirangkul oleh NKRI. Jadi siapa teroris sebenarnya Islam yang tertuduh atau KKB? Mari kita telaah pernyataan John Pilger (wartawan senior Australia) korban terbesar terorisme adalah umat Islam. Hakikatnya tak ada perang terhadap terorisme, yang ada adalah perang menggunakan terorisme.
Umat Islam harus memahami bahwa narasi terorisme yang dikaitkan dengan Islam adalah isu global yang digaungkan oleh barat AS dan antek-anteknya paskah ledakan Gedung WTC 11 September 2001, yang menjadi cikal bakal lahirnya narasi terorisme yang di mainkan AS, untuk mencitraburukkan citra Islam dan kaum muslim.
Dalam dokumen RAND Corporation 2006 bertajuk, “Building Moderate Muslim Networks” disebutkan bahwa kemenangan AS yang tertinggi hanya bisa dicapai ketika ideologi Islam terus dicitraburukkan di mata mayoritas penduduk di tempat tinggal mereka. Salah satunya dengan labelisasi “radikal”, “fundamentalis”, “ekstremis”, dll.
Sehingga jelaslah bahwa narasi terorisme, yang dikampanyekan dinegeri ini adalah isu global yang kemudian menyebar keseluruh negeri-negeri muslim guna mengolkan arus islamophobia bagi umat Islam dan kelompok Islam.
Sikap yang tepat sebagai seorang muslim adalah tidak boleh termakan oleh narasi yang digulirkan barat, tidak boleh lemah, berani menyuarakan dan menyerang balik narasi dari barat tersebut kemudian menampilkan wajah Islam dengan lantang menyuarakan amar makruf nahi mungkar ditengah – tengah umat.
Para salafush-shalih mereka memberikan contoh bahwasanya rasa takut harusnya kepada Allah SWT pencipta alam semesta ini. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Ia pernah berdiri di atas mimbar mengoreksi kebijakan Khalifah al-Muqtafi. Padahal ketika itu banyak orang diam dibungkam rasa takutnya pada penguasa. Saat itu Khalifah al-Muqtafi mengamanahkan jabatan peradilan kepada hakim yang zalim. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menyampaikan kritiknya secara terang-terangan di atas mimbar masjid ketika Khalifah berada di hadapan sang ulama panutan:
وَ لَيْتَ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ أَظْلَمَ الظَّالِمِيْنَ وَ مَا جَوَابُكَ غَدًا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
”Engkau telah mengangkat seseorang untuk kaum Muslim yang paling zalim di antara orang-orang zalim. Lantas apa jawabanmu esok hari (di Akhirat) di hadapan Tuhan Penguasa alam?” (Muhammad ash-Shallabi, Asy-Syaikh ’Abd al-Qadîr al-Jailâni, hlm. 85).
يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لاَئِمٍ
(Mereka) tetap berjihad di jalan Allah dan tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela (QS al-Maidah [5]: 54).
Wallahu a’lam bishshawaab
Views: 5
Comment here