Opini

Teroris Tindakan Sadis

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Erdiya Indrarini (Pemerhati  Kemasyarakatan)

Wacana-edukasi.com — Miris, berita tentang terorisme terus terjadi, bak jamur yang tumbuh di musim semi. Kenapa pelakunya selalu Islam? Padahal Islam agama yang penuh rahmat. Jadi, sesungguhnya hanya sebuah pengalihan isu, kezaliman, atau alat propaganda?

Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap dua terduga teroris di Tuban dan Surabaya Jawa Timur.
Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Kombes Pol Gatot Repli Handoko mengatakan, S (41) yang ditangkap di Surabaya merupakan anggota Jamaah Islamiyah (JI). Sedangkan R-H alias A-O (42) yang diamankan di Tuban, adalah bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Keduanya ditangkap dalam waktu bersamaan pada Jumat pagi (2/4) (Cnnindonesia, 3/4/2021).

Selain itu, penggeledahan dan penangkapan dilakukan di beberapa tempat di Kota Yogyakarta.
Di antaranya, di Padukuhah Widoro RT03 Kelurahan Bangunharjo, Sewon, Bantul. Juga di sebuah rumah RT 02 Pedukuhan Segoroyoso 1, Kelurahan Segoroyoso, Pleret, Kabupaten Bantul, Jumat (2/4/2021) siang. Yaitu rumah kontrakan yang ditinggali KB (43) bersama istri dan 6 anaknya. Ketua RT 02, Mujiono yang diminta untuk menjadi saksi mengaku tidak dibolehkan masuk saat penggeledahan, ia menyaksikan dari luar sehingga melihat polwan menggandeng anak kecil KB.

Saat dikonfirmasi, Kasat Reskrim Polres Bantul AKP Ngadi enggan berkomentar. Kapolres Bantul AKBP Wachyu Tri Budi Sulistiyono pun malah meminta media untuk menanyakan hal ini ke Densus 88 Antitetor Mabes Polri (harianjogja.com, 2/4/2021).

Penggeledahan dan penangkapan juga terjadi di Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim, sebuah pondok yang telah berdiri sejak tahun 80-an. Bertempat di RT 4 RW 7, Dusun Gandu, Sendangtirto, Berbah, Sleman, Jumat (2/4/2021) malam. Ketua RT 4, Agus Purwanto (48), yang diminta menjadi saksi dalam kegiatan penggeledahan mengatakan bahwa “Barang-barang yang diamankan petugas berupa laptop, CPU semua dengan komputer, buku-buku dengan buku tabungan, terus anak panah dengan busurnya,” ungkapnya. Sementara itu hingga berita ini dinaikkan, Kapolres Sleman AKBP Anton Firmanto belum dapat dikonfirmasi mengenai giat Densus 88 ini. Suarajogja.id (2/4/2021).

Awal Kasus Terorisme

Jika ingat ke belakang, kasus demi kasus terorisme terjadi sejak kejadian WTC 11 September 2001. Kasus WTC sendiri masih menjadi kontroversi, apakah benar WTC hancur karena pengeboman melalui pesawat oleh muslim Al-qaida seperti yang dituduhkan AS, ataukan justru sengaja dihancurkan agar bisa sepihak menuduh kaum muslim melakukan terorisme?

Setahun kemudian, pada tahun 2002 terjadi pengeboman pertama di Bali, Indonesia. Pelaku disebut-sebut beragama Islam. Sehingga semenjak itu timbul framing bawa Islam adalah agama teroris. Setelah itu, kasus demi kasus terus beruntun terjadi. Terlebih saat momen-momen tertentu seperti Ramadan, Natal, tahun baru, dan semacamnya. Anehnya, semua pelaku selalu beridentitas muslim. Atas dasar itu mereka melalui media-medianya, terus menggaungkan bahwa Islam adalah agama yang radikal, sumber teroris yang harus terus diwaspadai dan diperangi.

Pendapat tentang Terorisme

Kenyataannya, banyak intelektual Barat yang justru mengkritik, bahkan menghujat kebijakan para penguasa dunia itu. Menurut mereka, banyak kebijakan yang malah mengorbankan umat Islam. Seperti Noam Chomsky yang dalam pernyataan retorisnya mempertanyakan, siapa sebenarnya yang teroris, Islam atau Amerika?

Jhon Pilger, seorang jurnalis senior Australia pun mengatakan, bawa umat Islam adalah korban terbesar dari terorisme. Ia berpendapat, sesungguhnya tidak ada perang melawan terorisme, yang ada adalah perang melawan Islam dengan menggunakan terorisme.

Sungguh miris. Di Indonesia sendiri, negara yang mayoritas muslim, masih banyak tokoh maupun elite politik yang berkomentar seolah menyudutkan Islam. Baik Islam secara umum, maupun pada aktivis Islam, perempuan, atau generasi milenial muslim. Terlebih kepada para pejuang Islam kafah. Mereka dengan mudah mencap sebagai Islam radikal, intoleran, atau farming yang menyudutkan saudara muslimnya sendiri. Padahal, dalam Islam sesama muslim ibarat satu tubuh. Seperti dalam sabda Rasulullah yang artinya:

“Dari An-Nu’man bin Basyir, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, “Kamu melihat orang-orang mukmin di dalam saling berkasih sayang, mencintai, dan bersimpatinya seperti tubuh. Jika (sebagian) anggotanya sakit, maka bagian tubuh lainnya akan tertatih-tatih (ikut merasakannya) sebab tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim).

Propaganda Islamofobia

Dalam ajaran Islam, tindakan teror apalagi hingga mengakibatkan kematian adalah suatu perbuatan dosa besar, karena melukai orang lain dan membunuh dirinya. Sangat jauh melenceng dari ajaran Islam itu sendiri, terlebih jika dikatakan sebagai jihad.

Oleh karena itu, kasus WTC 11 September 2001, dan setiap kejadian bom yang pelakunya selalu muslim, diduga hanyalah alat propaganda untuk mem-framing bahwa teroris adalah muslim. Sehingga dalam pikiran orang, Islam adalah agama radikal dan intoleran. Akibatnya, perlahan akan terbentuk Islamfobia, syariat Islam dijauhi, bahkan oleh pemeluknya.

Dengan begitu, propaganda Barat yang mengusung asas demokrasi yang berasal dari ideologi kapitalisme, sukses menekan perkembangan tegaknya Islam. Bahkan dengan dalih agama teroris, mereka bebas menangkap para aktivis Islam, maupun mengobrak-abrik pondok pesantren dengan alasan mencegah terorisme.

Sehingga, Barat leluasa menekan kaum muslim untuk mencampakkan syariat Islamnya kecuali dalam hal akhlak dan ibadah saja. Lalu, memaksa kaum muslim menerapkan Ideologi mereka, yaitu ideologi kapitalisme yang berasaskan demokrasi, sekularisme, maupun liberalisme di setiap aspek kehidupannya. Baik dalam berekonomi, berpolitik, sosial, keamanan, juga dalam hal iptek. Mirisnya, semua itu tanpa disadari oleh mayoritas kaum muslim sendiri.

Bagaimana Seharusnya Sikap Kaum Muslim

Oleh karenanya, kaum muslim harus peduli terhadap pergerakan politik yang terjadi di dunia. Apalagi yang berhubungan dengan misi kaum muslimin. Jangan mudah terpengaruh oleh media ataupun pejabat yang terkadang mengatasnamakan umat Islam, tetapi sebenarnya mendukung kepentingan asing.

Selain itu, teruslah mengkaji Islam. Tidak hanya tentang akhlak dan ibadah saja, tetapi harus secara kafah. Belajar dari guru-guru yang hanif, mukhlis, dan jernih dalam menyampaikan tsaqafah Islam. Sebagaimana pesan Rasulullah yang wajib kita laksanakan. Yakni, jadikan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai pedoman dalam menyikapi berbagai permasalahan.

Wallahu a’lam bishshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 2

Comment here