Surat Pembaca

Terorisme dan Ide yang Melahirkannya

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Lagi heboh kasus penggelapan dana bantuan kemanusiaan untuk Cianjur yang disebut-sebut telah digunakan Jemaah Ansharud Daulah (JAD) dan kelompok Jemaah Islamiah (JI) untuk mendanai aksi terorisme. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala BNPT, Boy Rafli yang secara khusus menyebut kelompok itu adalah JAD dan JI. Cnnindonesia.com, (19/02/2023)

Kita memperhatikan, narasi terorisme dan isu radikalisme di Indonesia entah kenapa selalu “dikaitkan” dengan jemaah Islam. Jemaah inilah, jemaah itulah, yang jelas hal ini sudah sangat biasa “digoreng” sedemikian rupa untuk dikonsumsi umat.

Masalahnya, kita pahami Islam itu adalah agama kasih sayang yang mengedepankan logika, dan diskusi-diskusi intelektual dalam aktivitas dakwahnya mengajak umat untuk menerapkan Islam. Hal ini karena Islam adalah agama kemanusiaan yang melarang berbuat aniaya, anarkis, apalagi meneror dengan bom dan membunuh rakyat tak bersalah. Astagfirullah, sungguh hal ini tidak diajarkan dalam Islam!

Karenanya, sebagai umat dengan agama mayoritas di negeri ini kita wajib waspada. Jangan sampai narasi ini menggiring umat berpikir bahwa Islam adalah agama bar-bar dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Dari sinilah lahirnya islamofobia, yang mendorong orang-orang menjauhi kajian, takut berdakwah, bahkan anti-Islam. Karena propaganda terorisme yang sengaja diembuskan kaum kafir telah membuat jarak antara umat dengan ulama dan jemaah Islam yang lurus.

Tak bisa kita pungkiri kejahatan oleh oknum pribadi atau kelompok itu ada. Baik mereka yang mengatasnamakan gerakan sosial, kemanusiaan, bahkan agama. Namun perlu dipahami, bahwa gerakan terorisme ini tidaklah lahir karena Islam. Sebaliknya, justru muncul akibat penerapan ide sekuler kapitalisme yang melahirkan berbagai penyakit sosial, termasuk kemiskinan dan kebodohan. Bangsa dengan tingkat pendidikan rendah inilah yang memancing munculnya masyarakat anarkis yang mengedepankan kekerasan.

Kita bisa melihat bobroknya kurikulum sistem sekuler kapitalisme dalam dunia pendidikan dan sistem ekonomi yang dijalankannya. Karena sistem ini orientasinya hanya materi maka output pendidikannya pun hanya cerdas secara intelektual namun miskin akidah dan moral. Begitupun sistem ekonominya yang berlandaskan kapitalisme neoliberal telah mendorong pihak asing dan kapital bebas meliberalisasi SDA umat yang melimpah untuk dinikmati oleh pihak pemodal. Sementara rakyat harus berjuang sendiri membiayai hidupnya di tengah kemiskinan yang menjeratnya.

Inilah alasan kenapa kita wajib menerapkan Islam secara kaffah. Implementasi hukum syarak dalam seluruh lini kehidupan akan menghasilkan generasi yang sehat akal dan pemikiran. Islam dengan sistem pendidikannya akan menjamin lahirnya generasi beriman dan bertakwa, dan menjaga sikapnya dari berbuat kejahatan kepada manusia karena sadar setiap perbuatan tercelanya akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Swt.

Begitupun dalam menjamin kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Islam dengan sistem ekonomi berbasis syariat akan menjamin SDA yang melimpah dikelola oleh negara, di mana seluruh hasilnya akan dikembalikkkan untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya. Hal ini berdasarkan dalil yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal yakni air, padang rumput, dan api.”

Sistem pengelolaan SDA seperti inilah yang akan menjamin terpenuhinya hajat orang banyak seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan umat secara keseluruhan. Rakyat sejahtera dan terdidik akan membentuk karakter masyarakat yang beradab dan tinggi kedudukannya. Generasi ini mustahil terobsesi melakukan tindakan anarkistis yang mencoreng nama baik Islam dan umat muslim secara keseluruhan.

Dari sini kita bisa menyimpulkan, bahwa terorisme tidak lahir dari Islam, melainkan sistem sekularisme yang menafikan keberadaan agama sebagai petunjuk dalam kehidupan. Sistem inilah yang membuka ruang penjajahan atas akidah, pergaulan, hingga SDA hingga umat berada dalam lubang kemiskinan dan kebodohan. Sistem ini yang memudah kaum kafir merecoki akidah umat dengan menanam Islamofobia, isu radikalisme dan terorisme agar umat semakin jauh dari jalan keselamatan (Islam).

Karenanya jangan pernah menjadikan kaum kafir sebagai teman, apalagi mengadopsi paham-paham sesat sekularisme yang mereka bawa. Jangan makan mentah-mentah isu radikalisme dan terorisme karena sudah pasti kedua tindakan ini bertentangan dengan Islam. Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin dan penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. (An-Nisa, ayat 144). Wallahu a’lam! []

Penulis Yana Sofia (Aktivis Dakwah dan Pegiat Literasi Aceh)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 21

Comment here