Oleh: Syahraeni, S.P.
Wacana-edukasi.com, OPINI–Seruan jihad akhirnya diserukan oleh ulama-ulama Internasional sebagai respon atas situasi Gaza, setelah gagalnya semua usaha umat menolong kaum muslimin di sana yang telah diusahakan melalui demo, boikot, bantuan logistik, dan lain sebagainya.
Ali al-Qaradaghi, seorang ulama yang juga paling dihormati di kawasan Timur Tengah dengan keputusannya yang memiliki bobot yang signifikan di antara 1,7 miliar Muslim Sunni di dunia, sekaligus sekretaris jenderal Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS), organisasi yang sebelumnya dipimpin Yusuf al-Qaradawi, menyerukan semua negara Muslim pada hari Jumat (4/4/2025), “Untuk segera ikut campur baik secara militer, ekonomi hingga politik untuk menghentikan genosida dan penghancuran secara menyeluruh, sesuai dengan mandat mereka.” (SINDOnews.com, 5/4/2025)
Seruan atau fatwa ini muncul setelah 17 bulan penjajahan yang meluluhlantahkan wilayah warga Palestina. Buntut pengingkaran kesepakatan gencatan senjata oleh Israel baru-baru ini, dengan melancarkan serangan yang menewaskan lebih dari 1.200 orang warga Palestina, termasuk didalamnya ratusan anak-anak. Dengan total korban jiwa lebih dari 50.500 warga Palestina sejak perang yang dimulai pada Oktober 2023.
Keputusasaan melanda warga Palestina, banyak dari mereka membagikan apa yang mereka gambarkan sebagai pesan terakhir kepada dunia atas serangan brutal Israel yang menimbulkan kerusakan meluas di lingkungan yang padat penduduk. Seorang Jurnalis Mohammed Abu Mostafa mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap komunitas internasional dalam beberapa unggahan. “Selamat tinggal kepada komunitas paling berkhianat dalam sejarah. Dalam beberapa jam, Gaza akan terhapus. Kami hanya akan anda temukan di surga,” tulisnya.
Tidak Cukup Hanya dengan Fatwa
Fatwa merupakan keputusan hukum yang bersifat tidak mengikat. Maka jika “hanya” sekadar fatwa, dampaknya lemah dan tidak akan efektif, karena sumber kekuatan militer yaitu pasukan dan senjatanya, berada di tangan para penguasa. Sejauh ini, para penguasa terkhusus negeri muslim hanya memberikan kecaman hingga seruan perdamaian namun hasilnya nihil. Israel tetap melancarkan serangan hingga membabi buta. Hal demikian sejatinya telah jelas, bahwa Israel tidak pernah menginginkan perdamaian. Tetapi agenda clear untuk menguasai Palestina secara mutlak dan mengeluarkan seluruh warganya. Maka satu-satunya opsi real kaum muslim adalah bersatu untuk jihad melawan Israel. Terlebih, jihad defensif sudah dilakukan oleh kaum muslimin di Palestina di bawah komando sebuah kelompok bersenjata dengan segala keterbatasannya.
Jihad Membutuhkan Khilafah
Upaya untuk membebaskan Palestina dengan jihad sejatinya membutuhkan komando seorang pemimpin di seluruh dunia. Dengan demikian, fokus utama umat Islam yang seharusnya adalah bagaimana menghadirkan kepemimpinan yang akan hadir menjadi tameng mereka, khususnya gerakan-gerakan dakwah yang consern ingin menolong muslim Gaza-Palestina.
Kepemimpinan tersebut dalam Islam disebut dengan khilafah, yang syarat terwujudnya adalah atas dasar dukungan mayoritas umat sebagai buah dari proses penyadaran ideologis yang dilakukan oleh gerakan Islam yang tulus dan lurus berjuang semata demi Islam. Mereka yang bergerak secara terorganisir untuk memahamkan umat akan bahaya belenggu sekat negara-bangsa (nation state) dan membebaskan mereka dari jeratan Kapitalisme, ideologi cacat pemecah belah umat.
Karena kekuasaan hakiki berada di tangan umat. Merekalah yang akan mampu memaksa penguasa yang ada untuk melakukan apa yang mereka inginkan atau menyerahkan kepada yang lain jika penguasa tersebut melakukan apa yang tidak diinginkan oleh umat.
Urusan penegakan kepemimpinan khilafah adalah urusan mendesak umat sebab menyangkut hidup dan mati, bukan hanya untuk problem Palestina. Tapi juga untuk problem umat Islam di seluruh dunia. Maka, adalah hal yang wajib bagi kita semua untuk terlibat dalam memperjuangkannya. Rasulullah saw sudah menegaskan, bahwa umat Islam adalah umat yang satu sebagaimana permisalan satu tubuh. Ini berarti, seluruh kaum muslim di dunia seharusnya menjadikan diri mereka sebagai satu bagian dari satu tubuh yang besar dengan muslim lainnya.
Mengutip dari Ibnu Hajar al-Asqalani yang menjelaskan bahwa bagaikan satu tubuh ini adalah sebuah perumpamaan yang menunjukkan adanya soliditas, persatuan umat Islam, dan adanya sikap responsif terhadap penderitaan yang dialami kaum muslim dimanapun berada. Atas dasar itu, maka kaum muslim diperintahkan menjadi satu tubuh dengan saudara-saudara di berbagai belahan dunia lain, yang sudah sepaputnya disadari bahwa hari ini satu tubuh itu sedang memiliki banyak luka.
Urgensi seruan jihad kepada tentara muslim terus dikumandangkan seiring juga seruan untuk menegakkan Khilafah. Sebab, pembebasan permanen negeri-negeri muslim yang terjajah hanya bisa terwujud jika kaum muslim bersatu dalam satu kepemimpinan politik independen, yaitu Khilafah.
Meski untuk mewujudkannya tidak akan mudah. Mengingat kehadiran khilafah di masa depan berarti ancaman bagi para penguasa negara adidaya saat ini beserta antek-anteknya. Karena khilafah akan menggantikan kepemimpinan destruktif mereka. Dari sinilah, agenda untuk melemahkan narasi hingga menghalangi kemunculan khilafah menjadi prioritas utama mereka. Kita bisa melihat, bagaimana mereka memberikan label hingga proyek global atas nama perang terhadap terorisme dan radikalisme pada gerakan yang mengangkat isu khilafah.
Hanya saja, dipastikan setiap upaya mereka hanya akan berujung kegagalan. Allah swt berfirman: “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah justru menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya” (QS. Ash-Shaff :8) [WE/IK].
Views: 13
Comment here