Surat Pembaca

Transformasi Digital dalam Kontruksi Menyuburkan para Kapital

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Dirjen Bina Kontruksi, Rachman Arief Dienaputra menyatakan transformasi digital dalam sektor konstruksi dapat menjadi pemicu utama untuk mewujudkan peningkatan produktivitas. Digitalisasi membuat kolaborasi antara pemerintah dan stakeholder bidang konstruksi menjadi lebih optimal, baik di dalam atau pun luar negeri. Hal ini juga dapat memotivasi stakeholder agar lebih cepat beradaptasi dengan tantangan serta pengembangan era Konstruksi 4.0. Jelasnya dalam ajang tahunan Konstruksi Indonesia 2023 di Jakarta. Dengan topik utama “Akselerasi Transformasi Digital Sektor Konstruksi untuk Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan” yang digelar oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). (Indonesia.go.id, Kamis (29/06/2023))

Terkesan semakin maju di era serba digital saat ini, hingga merambah pada sektor kontruksi dalam pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur merupakan sarana dan fasilitas publik untuk memenuhi hajat rakyat. Tentunya, hal ini menjadi kewajiban pemerintah dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya. Benarkah digitalisasi menjadi solusi untuk rakyat?

Sayangnya, kebijakan transformasi digital hanya solusi tambal sulam dalam sistem kapitalisme ini. Karena secara nyata mengalihkan tanggung jawab pemerintah kepada pihak swasta atau dikuasakan kepada para kapital. Pemerintah benar-benar hanya sebagai regulator saja. Transformasi digitalisasi sektor kontruksi yang menciptakan pembangunan infrastruktur dalam pemerintahan kapitalistik hanya akan menyuburkan para pemilik modal bukan berorientasi pada kepentingan rakyat. Rakyat hanya menjadi tumbal untuk kesejahteraan korporasi penguasa.

Sebuah keniscayaan dari negara yang dikuasai oleh sistem kapitalisme. Negara yang berada dalam cengkraman kapitalisme hanya akan menjadi negara yang tidak mandiri. Kebijakan yang dikeluarkan pun akan disesuaikan dengan kepentingan para pemilik modal. Penguasa yang menjalankan sistem ini menciptakan berbagai proyek strategis yang memberi peluang bagi swasta atau asing. Maka tak heran jika kita temui tidak adanya pemerataan infrastruktur di suatu wilayah. Karena kapitalis hanya akan mencari wilayah mana yang pembangunannya akan menguntungkan.

Transformasi digitalisasi terkesan segalanya mudah dan efisien. Namun dalam sistem kapitalisme-sekulerisme, terobosan baru ini hanya mengundang permasalahan-permasalahan baru. Seperti ketimpangan teknologi yang berdampak pada ketimpangan sosial serta ekonomi. Teknologi yang seharusnya dikembangkan untuk kemaslahatan umat bukan untuk kepentingan segelintir orang.

Berbeda dengan sistem Islam yang diterapkan dalam segala aspek kehidupan (kaffah). Sejarah telah mencatat kegemilangan Negara Islam (Khilafah). Khilafah sangat menaruh perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu ilmu adalah buku. Kejayaan Islam terhadap ilmu, melahirkan banyaknya perpustaakaan besar yang menjamur ke seluruh dunia dan para ilmuwan muslim yang telah menorehkan tinta emas peradaban.

Peradabannya menjadi mercusuar dunia termasuk dalam pembangungan infrastuktur. Islam memandang bahwa infrastruktur merupakan suatu yang penting dalam membangun dan meratakan ekonomi sebuah negara demi kesejahteraan rakyatnya. Oleh karena itu, negara wajib membangun infrastruktur yang baik dan merata di setiap wilayah.

Negara dalam Islam selain bertanggung jawab mengembangkan teknologi dan menjadi inisiator dalam pelaksaanaan juga memiliki perintah atau visi politik untuk mengadopsi teknologi yang berfokus pada kemaslahatan umat dan implementasinya dilakukan oleh seorang pemimpin yang menerapkan aturan yang berasal dari Allah dan menempatkan penguasa sebagai junnah (perisai), sehingga implementasinya dapat dikawal sampai tuntas, sebagai jaminan dalam meraih kesejahteraan.

Keberadaan teknologi dalam islam dipastikan tepat guna untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada dan sesuai kebutuhan. Tidak dengan kapitalisme yang menggaruk keuntungan sebanyak- banyaknya. Kemajuan teknologi dalam negara Islam dibarengi dengan gencarnya sosialisasi dan edukasi kepada seluruh elemen masyarakat, dari perkotaan hingga ke pelosok. Sehingga secara merata semuanya dapat merasakan manfaatnya. Tidak ada lagi ketimpangan sosial serta ekonomi akibat dari teknologi yang ada.

WalLaahu’alam bi Ash-showab

Nia Umma Zhafran
(Ibu Rumah Tangga)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here