Opini

Tren Kejutan Ulang Tahun, Merenggut Nyawa

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Rani Yuliani

wacana-edukasi.com, OPINI– Terjadi lagi kejutan Ultah (ulang tahun) yang menghilangkan nyawa. Saat ini, merayakan ulang tahun menjadi sebuah kebiasaan dan tren bagi remaja. Bahkan sejak mereka kanak-kanak sudah diperkenalkan tentang perayaan ulang tahun. Mereka pun bisa menonton dari televisi maupun konten-konten media sosial yang saat ini mudah diakses. Selanjutnya, mereka pun mulai mengikuti dan menjadikan tren tersebut sebagai sebuah kebiasaan yang melekat.

Namun sayangnya, apa yang dilakukan para remaja seringkali spontan dengan aktivitas-aktivitas yang mungkin bisa membahayakan mereka. Tanpa mereka memikirkan terlebih dahulu apa yang akan terjadi, yang penting hal itu membuat mereka senang walaupun sebenarnya tidak ada manfaatnya.

Melansir berita dari laman solopos.com, (Rabu, 10/07/2024), Ketua OSIS SMAN 1 Cawas Klaten, Fajar Nugroho yang akan duduk di bangku kelas XII, meninggal dunia akibat tersetrum setelah mendapat kejutan ulang tahun dari teman-temannya dengan ditaburi tepung dan diceburkan ke kolam ikan sekolah. Kepala Sekolah SMAN 1 Cawas Klaten, Alik Sulistyorini mengatakan, peristiwa yang terjadi di luar kuasa sekolah, kejadiannya tidak terduga. Selama 20 tahun kolam itu ada di sekolah, tidak pernah terjadi apa-apa, kata Alik Sulistyorini.

Kejadian itu terjadi pada saat libur sekolah akhir semester, sejumlah siswa datang ke sekolah untuk membahas terkait rencana kegiatan OSIS pada Juli ini, di saat yang bersamaan, Ketua OSIS berulang tahun. Kemudian peristiwa ini pun terjadi secara spontanitas oleh teman-temannya dan tidak ada niatan untuk mencelakai. Teman-temannya berani menceburkan karena mengetahui bahwa korban bisa berenang, dan kedalaman kolam tersebut sekitar 1,75 meter.

Namun naas, saat berusaha naik, korban memegang kabel yang terbungkus pipa untuk pompa, ada kabel yang tertarik, saat itu korban kram dan salah seorang temannya berusaha menolong kemudian lemas, sementara yang seorang lagi mematikan listrik. Setelah itu korban dievakuasi ke RSU Islam, Cawas. Sayangnya Fajar dinyatakan telah meninggal dunia. Pemeriksaan polisi tetap dilakukan terhadap 6 orang yang ada di lokasi saat kejadian.

Inilah bukti nyata aktivitas remaja saat ini, padahal perayaan ulang tahun bukan berasal dari ajaran Islam. Islam telah mengajarkan, ketika kita melakukan suatu perbuatan atau aktivitas pasti ada amalan yang kita peroleh, perbuatan baik akan dibalas dengan pahala dan sebaliknya perbuatan salah akan dicatat menjadi dosa. Amalan menjadi ahsan (baik) ketika niatnya lillah dan ittiba (mengikuti sunnah).

Kegiatan perayaan ulang tahun ini sejatinya merupakan hal yang sering dilakukan oleh generasi muda. Melempar telur mentah, tepung terigu, dan menceburkan ke dalam kolam seolah menjadi hal biasa yang dimaklumi. Tanpa mereka sadari bahwa hal tersebut merupakan perundungan (bullying) terhadap orang yang berulang tahun. Pernahkah mereka membayangkan bagaimana perasaan orang tua yang anaknya dilempari dengan tepung dan telur, lalu kembali dengan kondisi basah kuyup dan bau air kolam. Astaghfirullah.

Sungguh tidak layak jika perayaan ulang tahun semacam ini menjadi tren dan budaya masa kini. Ini menunjukkan betapa parahnya kondisi pemikiran generasi muda saat ini. Jika memang ingin menunjukkan rasa kasih sayang kepada orang yang sedang berulang tahun, mengapa tidak mendoakannya dengan doa yang baik, atau memberikan makanan yang baik.

Begitu pula pihak sekolah menyatakan bahwa kecelakaan ini terjadi di luar kuasa pihak sekolah. Namun di sisi lain juga menyatakan bahwa kolam tersebut telah ada selama 20 tahun. Bukankah selama dua puluh tahun sekolah seharusnya memiliki agenda untuk memeriksa kondisi kolam agar aman dan tetap bersih serta terawat? Jika ada siswa yang tanpa sengaja tercebur dan tersetrum meskipun tidak sedang ada perayaan ulang tahun semacam ini, tentunya hal ini akan menjadi kelalaian pihak sekolah karena menghadirkan bahaya bagi para siswa.

Namun demikian, tentunya hal ini pun tidak terlepas dari sikap spontanitas serta grasak-grusuk para siswa yang memaksa untuk merayakan ulang tahun Ketua OSIS. Ini membuktikan remaja hari ini sering bersikap spontan dan melaksanakan ide yang muncul di benak mereka dengan ceroboh dan langsung tanpa memikirkan lebih dahulu akibat dari tindakan mereka tersebut. Hal seperti ini merupakan sikap yang gegabah dan cerminan dari pemikiran yang dangkal. Ini pun tentu tidak lepas dari pendidikan yang tidak didasari aqidah Islam.

Sejatinya Islam telah menyampaikan bahwa perayaan ulang tahun bukanlah berasal dari ajaran Islam, melainkan dari kaum yang kafir. Sehingga otomatis tidak selayaknya bagi kita sebagai umat muslim untuk mengikuti tradisi perayaan ulang tahun. Apalagi perayaan itu dilakukan dengan cara melempari, menceburkan dan menyakiti orang yang berulang tahun. Sebagaimana sabda Nabi :

Dari Ibnu Umar, Rasulullah saw bersabda :
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”. (HR.Ahmad dan Abu Daud)

Sungguh disayangkan jika remaja saat ini tidak mampu menilai apakah perbuatan yang mereka lakukan itu termasuk perbuatan halal atau haram, baik atau salah. Terlebih lagi mereka akan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan mereka tersebut.

Waktu yang mereka gunakan juga terbuang dengan hal yang sia-sia, seperti halnya kejutan ulang tahun yang awalnya diniatkan hanya bercanda, justru malah merenggut nyawa orang lain. Betapa jauhnya remaja saat ini dari pemahaman Islam. Hal ini tidak lain karena diterapkannya sistem pendidikan sekuler, yaitu memisahkan agama dari kehidupan, dan melahirkan kerusakan generasi pada akhirnya.

Islam menganggap pendidikan terhadap generasi muda itu sangat penting. Sehingga pendidikan sesuai akidah Islam agar tercipta generasi yang memiliki akhlak mulia, generasi qur’ani, generasi pemimpin umat, generasi yang terbaik dan generasi yang berkualitas sangat diutamakan.

Islam juga memiliki sistem pendidikan yang mengajarkan kaidah berpikir yang benar. Maksudnya adalah, ketika kita ingin melakukan suatu perbuatan, dipikirkan terlebih dahulu apakah ini benar atau salah? Sesuai syariat atau bukan? Tidak melakukan hal yang menuruti hawa nafsunya tanpa terikat dengan hukum syara.

Kaidah berpikir yang benar sesuai akidah Islam akan menghasilkan amal yang produktif. Perbuatan yang kita lakukan ini akan dapat dinilai terlebih dahulu akan menjadi amal sholeh atau malah sebaliknya menjadi dosa. Pemahaman yang benar sesuai syariat pun akan membentuk pola sikap yang sesuai dengan ketentuan Islam. Demikianlah solusi satu-satunya agar tidak terjadi lagi kerusakan pada generasi adalah dengan diterapkannya sistem Islam secara menyeluruh.

Wallahua’lam bisshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 35

Comment here