Oleh Muzaidah (Aktivis Dakwah Remaja)
wacana-edukasi.com– Saat ini di berbagai lini kehidupan begitu carut marut, kian hari terkesan suram, bukannya timbul keadilan, malah keterpurukan yang kian dipertontonkan. Rakyat dibuat bingung, lantaran tak tahu sebenarnya, apa yang dimau si penguasa negeri. Sehingga rakyat harus menanggung derita yang menyayat hati.
Padahal, ketenteraman hingga jaminan keadilan, merupakan hak semua manusia yang harus diberikan pemimpin. Maka benarlah adanya, bahwa, ketika manusia tak bisa menjadi pelindung, pemimpin, sebab sudah tak tunduk kepada yang menciptakannya, yakni Allah Swt. Karena hal inilah akan terus timbul kekacauan akibat ulah tangan manusia itu sendiri.
Berbagai situs media mengabarkan (18/10/2021), betapa abainya negara yang menjadi penyokong utama, kini diam seribu bahasa, ketika rakyat tercinta ditindas habis-habisan akibat ulah tangan penguasa. Seperti yang dirasakan rakyat Indonesia, Palestina, Rohingnya, Kashmir, Uighur, Yaman, serta negeri-negeri muslim lainnya. Hampir semua memang, tak diperhatikan, tak adanya tanggung jawab penuh penguasa di negeri tersebut.
Apa yang dialami saudara kaum muslimin dan bahkan non muslim sekalipun, sama-sama merasakan penderitaan. Yaitu tiada hari tanpa penindasan, diskriminasi, kemiskinan merajalela, hingga kelaparan, dimusuhi, diasingkan serta tidak dianggap sebagai warga negara. Terus dirasakan, karena pemimpin lupa bahwa kekuasaan bukan alat penindasan, kesenangan, ketamakan, melainkan keharusan untuk bertanggungjawab penuh terhadap hak manusia yang dipimpinnya.
Sungguh kejam tak berperikemanusiaan, inilah kata-kata yang menggambarkan para penguasa negeri, sehingga lupa akan janji-janji setiap bait UU yang disahkan, dibanggakan, sebagai kiblat kehidupan. Memang realitas yang disaksikan, ketika manusia sudah terobsesi dengan akalnya padahal sama sekali tak menjamin keadilan. Maka, akan mudah sekali melupakan tugas dan kewajiban hingga berbuat kerusakan.
Untuk itu, demokrasi yang terterapkan bukanlah suatu kunci untuk menuntaskan berbagai problematika yang tengah dihadapi umat yang kian hari, selalu tampak kerusakan dan penindasan. Setiap janji terucapkan dari bibir pemimpin, mudah dilupakan, ibarat ‘tong kosong nyaring bunyinya’. Yang hanya bisa beretorika tetapi, tak mampu membuktikan.
Sudah cukup, demokrasi-kapitalis, diusul oleh barat, yang terus diikuti kaum muslim pun, selalu merusak pemikiran, hati, dan akidah umat. Yang mengasingkan kaum muslim begitu saja, tanpa bertanggungjawab penuh sebab adanya sekat nasionalisme cinta terhadap masing-masing wilayah sehingga tak ada lagi rasa persaudaraan yang tumbuh dalam balutan ukhuwah Islamiyah dan akidah Islam.
Sebagaimana yang Rasul tegaskan, bahwa ikatan nasionalisme maupun ashabiyah, paling dibenci, sebab dapat melupakan sikap untuk saling peduli, tolong menolong dan hakikat pelaksanaan kewajiban, yang telah Allah tetapkan.
”Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada ashabiyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ashabiyah dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.” (HR. Abu Dawud).
Demikian, semua bisa terselesaikan saat manusia tak lupa, bahwa Allah adalah sandaran utama untuk meneruskan jejak Rasul sebagai pemimpin negara yang syaratnya haruslah adil, amanah, dan memahami Islam secara menyeluruh dan sempurna.
Padahal Islam sendiri telah menguasai hampir 2/3 dunia selama 13 abad lamanya dan memberikan segenap pengetahuan, bahwa aturan yang berhak terterapkan hannyalah aturan yang bersumber dari Al-Quran dan Sunah yang telah dicontohkan Rasulullah, lalu diikuti oleh para khulafarasyidin (sahabat Rasul) pasca wafatnya Rasul, hingga tersebar luas, ke wilayah Turki-Utsmani, yang dipimpin seorang khalifah (pemimpin).
Tujuannya, yaitu untuk menyebar luaskan ajaran Islam dengan cara dakwah dan jihad, memuliakan manusia dengan aturan Sang Pencipta, membawa rahmat bagi manusia dan seluruh alam. Hingga pada akhirnya berbagai problematika umat dapat terselesaikan secara sempurna. Seperti kejadian sepele yang dialami seorang wanita, saat Rasul pertama memimpin dunia, ketika itu, auratnya tersingkap dilakukan oleh Yahudi Bani Qainuqa’, Rasul langsung mengerahkan pasukan, hanya untuk membela seorang wanita. Hal yang sama, dilakukan khalifah lainnya.
Seperti Umar bin Khatab yang adil, saat Umar berkeliling melihat kondisi penduduk, ternyata didapati adanya keluh kesah rakyat yang masih kelaparan. Saat mendengar itu, Umar langsung mengendong gandum dan beberapa pasok makanan, lalu memasaknya dan memberikannya.
Lain hal yang dilakukan Harun Ar-Rasyid, mengerahkan pasukan menindak Nakfur, yang melecehkan seorang muslimah. Panjang pasukan, ujungnya telah tiba di tempat Nakfur Romawi, sementara ekornya masih di ibu kota daulah Islam.
Seperti inilah potret tanggung jawab seorang pemimpin Islam, ketika nyawa, hak manusia terancam , maka penguasa akan segera dengan sigapnya bertindak demi warganya. Namun, hal ini hanya bisa dilakukan, saat sistem Islam benar-benar dierterapkan secara sempurna.
Jika Islam masih belum dapat diterapkan secara sempurna, maka jangan harap umat akan mendapatkan keadilan, peristiwa yang dialami di berbagai dunia, khusus negeri muslim tak pernah usai dan tak pernah selamat, selama ide kapitalisme diusungkan, dibesarkan, dan diterapkan sebagai aturan kehidupan.
Dalam Islam, tak akan melakukan itu, terhadap nyawa sekali pun, hak manusia, akan tetap dipertahankan dan diberi sepenuhnya. Karena menyangkut kewajiban dari pengatur bumi, Allah Swt. sebab, adanya dalil dijamin Allah, bahwa manusia, hidupnya memanglah berharga, bahkan jika nyawa hilang tanpa sebab yang kuat, itu sama saja merugikan dunia.
Rasulullah bersabda, “Hancurnya dunia itu lebih remeh dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.”
“Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, saling menyayangi, dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Allah Swt. telah berfirman, “Jika mereka (kaum muslim yang tidak bisa berhijrah dan ada di darul kufur) meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, maka kalian wajib memberikan pertolongan.” (TQS. Al-Anfal [8]: 72).
Oleh karena itu, yang mampu menuntaskan problem, yang dialami di berbagai negeri kaum muslim, seperti Indonesia, Palestina, Rohingnya, Kashmir, Uighur, Yaman dan lainnya. Hanya sistem Islam, yang telah disuarakan, diusul, sebagai kiblat kehidupan oleh Sang Pencipta manusia. Dengannya, segala tindakan kriminal dan berbagai problem yang muncul akan tuntas.
Jika sistem ini disepakati dan diterapkan secara sempurna. Dengan begitu, pemikiran dan rencana licik barat, akan mudah tersingkirkan. Sebab Islam sangat adil dan tegas.
Wallahualam bissawab.
Views: 11
Comment here