Opini

UMKM, Peningkatan atau Perusakan Peran Kaum Hawa?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Mulyaningsih

wacana-edukasi.com– Allah Swt. menciptakan manusia itu berpasangan. Ada siang dan malam, panas dan dingin, laki-laki dan perempuan. Tentunya semua mempunyai sifat dan karakteristik satu sama lainnya. Dan wajar jika ada perbedaan di dalamnya, namun semua mempunyai fungsi masing-masing yang mungkin tak akan mampu digantikan dengan yang lainnya. Karena mempunyai peran masing-masingnya. Seperti antara perempuan dan laki-laki, tentulah mempunyai peran dan fungsi satu sama lainnya. Jika bergabung atau bersatu tentulah akan sempurna karena saling melengkapi diantara keduanya. Sebagaimana seorang laki-laki (bapak) mempunyai peran sebgaai kepala rumah tangga yang mempunyai kewajiban utama mencari nafkah untuk anak-anak dan istrinya. Begitu pula dengan wanita, ia mempunyai peran sebagai ibu yang berkewajiban untuk mengasuh serta memberikan pengajaran kepada anak-anaknya. Jika wilayah itu saling bertukar tentulah akan muncul permasalahan dalam kehidupan yang mereka jalani. Sebagaimana ranah mencari nafkah keluarga yang misalnya ditanggung oleh seorang ibu, maka pastilah ada kekacauan di dalamnya. Tentunya anak-anak akan kurang mendapat perhatian dari ibunya karena sibuk bekerja dan mencari nafkah.

Dikutip dari salah satu media online nasional, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak pemimpin negara-negara G20 meningkatkan peran perempuan dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bagi kemajuan bangsa. Dalam pidatonya pada side event KTT G20 yang membahas UMKM dan bisnis milik perempuan di La Nuvola, Roma-Italia (Sabtu, 30/10/2021) waktu setempat, ia menjelaskan G20 harus terus mendorong penguatan peran perempuan dan UMKM dengan sejumlah aksi nyata. Pertama, meningkatkan inklusi keuangan UMKM dan perempuan. Inklusi keuangan adalah prioritas Indonesia dan saat ini indeks keuangan inklusif Indonesia telah mencapai 81 persen dari yang ditargetkan 90 persen di tahun 2024. Untuk mencapainya, pembiayaan yang ramah dan akses pendanaan bagi UMKM di Indonesia akan terus diperkuat. Kedua, mendukung transformasi ekonomi UMKM dan digitalisasi adalah key enabler (beritasatu.com, 31/10/2021)

Melihat pada pernyataan Presiden di atas, beliau ingin menggiatkan kembali peran perempuan di ranah publik, lewat UMKM. Jika kita lihat, UMKM di Indonesia menjadi salah satu pilar dalam sisi ekonomi bangsa bahkan bisa disebut tulang punggung. Tak sedikit para ibu akhirnya berperan di dalamnya karena UMKM sendiri menyerap banyak tenaga kerja. Berdasarkan data BPS, persentase perempuan yang bekerja di sektor informal, utamanya UMKM sangat besar yakni mencapai 50 persen. Dari sini dapat dikatakan bahwa meningkatnya jumlah UMKM yang dikelola oleh perempuan membawanya pada sisi pemberdayaan serta mampu memacu putaran roda perekonomian bangsa. Tak hanya itu, ternyata partisipasi perempuan dalam bisnis maka akan mennghasilkan kemajuan di dunia. Hal ini sejalan dengan langkah yang akan dicapai pada program SDGs. Seirama pula dengan ide yang dijalankan oleh para pegiat kesetaraan gender. Mereka mendorong kaum hawa untuk mampu mandiri dari sisi ekonomi. Langkah tersebut dijalankan agar menghapus kemiskinan, mewujudkan keadilan dan meningkatkan kesejahteraan perempuan.

Inilah gambaran fakta bahwa sistem sekarang akan selalu berupaya untuk mendorong kaum hawa untuk maju dan unjuk suara. Kapitalisme telah membuat para perempuan akhirnya mau keluar pada ranah yang seharusnya ia kerjakan. Dan meninggalkan peran penting yang seharusnya ia kejar, karena dari situlah akan berbuah pada kemajuan. Satu hal yang bisa kita lihat bahwa kapitalisme tentunya akan selalu mengedepankan sisi meraih pundi-pundi materi semata bukan yang lainnya. Sehingga sebenarnya alasan uang dan ekonomi menjadi kunci utamanya. Padahal laki-laki dan perempuan yang Allah ciptakan mempunyai peran dan fungsi yang berbeda satu dengan lainnya. Secara fitrahnya, tentulah perbedaan itu ada. Dan saling melengkapi itu menjadi sunnatullahnya.

Sebagaimana gambaran di awal tadi bahwa peran dan fungsi itu tentulah akan berbeda. Menjadikan perempuan keluar dari ranah fungsinya maka akan membuatnya stres dan dilema. Selain itu, tentunya beban yang ia pikul akan semakin berat. Sejatinya bekerja itu adalah kewajiban dari pihak laki-laki alias bapak, sedangkan perempuan ia berada di ranah domestiknya. Mengasuh, membesarkan, mengajari anak-anak mereka dengan pondasi keimanan yang kokoh serta memanajemen rumah dengan baik termasuk membuat makanan yang bergizi kepada seluruh anggota keluarga menjadi tanggung jawabnya. Jika ini ia tinggalkan maka akan berdampak buruk bagi keluarga dan anak-anak mereka. Sebagai gambaran, anak tidak mendapat pendidikan keimanan sebagai dasar kehidupannya yang bisa jadi akan berdampak pada pembentukan pola pikir dan sikap anak. Anak cenderung tak tahu mana yang baik dan buruk, tak mampu beradaptasi dengan orang lain bahkan mungkin bisa jadi tak menghormati yang lebih tua. Ini adalah gambaran kecil ketika peran ibu tak dijalankan secara sempurna.

Sehingga dapat dikatakan bahwa memaksimalkan peran ibu ke ranah publik merupakan goncangan besar bagi keluarga dan generasi. Apalagi membuat kaum hawa menjadi motor penggerak ekonomi, merupakan kesedihan mendalam. Kalau kita mau berpikir wajar dan bijak, mengapa tak melihat pada ranah lain. Misalnya saja pada sumber daya alam yang ada di negeri ini. Allah Swt. telah menciptakan sumber daya alam yang begitu luar biasa dan melimpah pada negeri ini. Mengapa tidak dioptimalkan dan dikelola dengan baik? Kenapa negara tak berperan aktif dalam hal itu? Malah yang kita lihat SDA yang ada dikelola oleh negara lain. Sebut saja tambang emas dan minyak bumi yang begiru melimpah ruah dikeruk oleh pihak asing. Sementara kita hanya terpaku dan diam tak mampu berbuat apa-apa. Sedih dan miris memang, melihat situasi tersebut. Padahal jika pemerintah mau mengelola dengan baik SDA yang ada maka mampu memberikan kemaslahatan untuk rakyat berupa fasilitas-fasilitas yang seharusnya diterima. Seperti pendidikan dan kesehatan secara gratis. Hal ini pernah terjadi ketika Islam diterapkan dalam bingkai Daulah Islam. Kekayaan alam yang ada dikelola secara baik oleh negara dan dikembalikan manfaatnya kepada rakyat. Selain itu menjadi pemasukan negara juga yang akhirnya mampu memberikan kesehatan dan pendidikan secara gratis.

Kesetaraan gender yang digaungkan hanya buaian yang didengungkan negara maju untuk memperdaya perempuan demi pencapaian target kapitalistik. Nyatanya perempuan hanya akan dijadikan tumbal perekonomian semata. Dan hasilnya generasi akan kacau serta penghancuran peran sentral ibu generasi.

Betapa rindunya terhadap negara yang menerapkan Islam secara sempurna dan menyeluruh. Ditambah benar-benar dalam hal periayahan terhadap seluruh rakyatnya. Mampu mengatur peran dan fungsi laki-laki dan perempuan sesuai dengan fitrahnya sehingga terbentuk tatanan keluarga yang tangguh serta mampu mencetak generasi cemerlang. Kuat dari sisi keimanan dan cerdas dalam keilmuan. Satu-satunya harapan kebaikan hanyalah pada Islam saja. Hanya Islam yang akan mewujudkan keadilan dan kesejahteraan hakiki bagi seluruh umat manusia, termasuk kaum hawa. Wallahu a’lam bissawab. [ ]

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 9

Comment here