Oleh Siti Aminah, S.Pd.
(Pemerhati Sosial Lainea, Sulawesi Tenggara)
Utang dijadikan sebagai alat untuk menjajah negara yang berutang kepada mereka.
Wacana-edukasi.com — Dunia tidak baik-baik saja, terutama Indonesia untuk saat ini. Bagaimana tidak, sejak munculnya Covid-19 mulai dari ekonomi yang melemah, kesehatan tidak terjamin, terutama banyak nyawa yang berguguran. Hari demi hari berseliweran di media bahkan secara langsung kita melihat dalam satu hari puluhan orang yang meninggal yang diakibatkan oleh Covid-19. Korban yang berguguran ini bukan hanya kalangan masyarakat biasa, namun banyak dari kalangan ulama dan tenaga medis yang meninggal karena Covid.
Mestinya, dengan banyaknya yang meninggal menjadikan para pemangku kebijakan fokus dan serius untuk menyelesaikan persoalan ini. Karena jika tidak tepat dan sigap dalam menangani pendemi ini, maka bukan tidak mungkin akan lebih banyak yang meninggal dibandingkan yang hidup. Di mana, kita tidak mengetahui sampai kapan pandemi ini melanda dunia khususnya di Indonesia.
Namun, terlihat sangat jelas kemana fokusnya para pemangku kebijakan. Terbukti di tengah lonjakan Covid dan terus mengganasnya pandemi masih saja menambah utang untuk proyek kereta cepat Jakarta Bandung. Sebagaimana yang dilansir oleh CNN Indonesia (8/7/2021) Kementerian BUMN mengatakan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) bakal mengalami cost deficiency (kekurangan biaya) operasi pada awal pengoperasiannya. Untuk itu, pemerintah tengah bernegosiasi dengan China agar mendapat bantuan pinjaman di awal operasi KCJB nanti. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebut pinjaman bisa diperoleh dari China Development Bank (CDB) dengan jaminan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.
Sehingga banyak yang menilai bahwa lebih mementingkan ekonomi dibandingkan dengan kesehatan masyarakat. Seperti yang dilansir oleh Portonews.com(10/7/2021)-Mantan Menpora Roy Suryo mengkritik keras salah satu kebijakan pemerintah; proyek kereta cepat yang diusung pemerintahan Presiden Jokowi. Proyek tersebut diplesetkan menjadi Kecebong yang diartikan Kereta Cepat Bohong-bohongan. Pasalnya, penanganan pandemi menggunakan mindset ekonomi dibandingkan kesehatan.
Maka, wajarlah publik menilai pemerintah menggunakan momen pandemi justru untuk memperbanyak utang yang tidak memberi efek kemanfaatan bagi masyarakat dan lebih mementingkan para korporat. Bukan hanya tidak memberi kemanfaatan bagi masyarakat namun lebih dari itu. Karena utang akan berdampak pada masyarakat dan menjadi warisan generasi bangsa. Bukankah dengan menambah utang malah membebani negara? Ditambah lagi disaat pandemi yang lagi ganas-ganasnya. Bukannya fokus menyelesaikan pandemi, malah sibuk menambah utang untuk infrastruktur yang tidak terlalu dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
Inilah wajah dari sistem kapitalisme sekular yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat saat ini. Lebih mementingkan para korporat di banding nyawa dari masyarakat. Sistem ini hanya melahirkan pemimpin yang selalu terikat dengan asing. Utang dijadikan sebagai alat untuk menjajah negara yang berutang kepada mereka.
Jadi, tidak bisa berharap kepada sistem kapitalisme sekular untuk menyelesaikan persoalan di tengah-tengah masyarakat saat ini. Bagaimana mungkin membangun perekonomian dan infrastruktur, sementara nyawa sudah jutaan yang melayang? Kejadian seperti ini hanya terjadi dalam sistem selain sistem Islam yaitu sistem kapitalisme sekular dan sistem sosialis komunis.
Sistem Islam berbeda. Karena sistem ini berasal dari Allah SWT yang mengetahui manusia dan Rasullulah SAW sebagai pembawa risalahnya. Sehingga pemimpinnya ketika mempin rakyatnya selalu berpedoman terhadap Al-Quran dan sunah. Selama kurang lebih 14 abad lamanya diterapkan, tidak pernah terlilit utang seperti yang terjadi sekarang di negeri kita. Mengapa demikian? Karena sistem Islam tidak menjadikan utang sebagai sumber pendapatan negara. Sumber utama pendapatan negara salah satunya diambil dari pengelolaan sumber daya alam.
Sehingga ketika terjadi pandemi seperti sekarang ini, negara tetap stabil ekonominya dan masyarakat diriayah secara penuh dan menyeluruh. Bukti autentik sebagaimana sejarah menggambarkan bagaimana kekhilafahan Umar bin Khattab menghadapi wabah ketika itu. Beliau bahkan meniadakan hukum potong tangan bagi pencuri ketika ada wabah terjadi. Ini dilakukan karena lebih mementingkan nyawa manusia dibanding dengan apapun.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
“Hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak. (HR An-Nasai dan At-Tirmidzi).
Semua ini akan terwujud ketika Islam diterapkan dalam kehidupan secara menyeluruh”.
Wallahu alam Bisshowab.
Views: 1
Comment here