Opini

Wabah Butuh Penyelesaian, Urgensikah Investasi Laptop Triliyunan?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Nadia Fransiska Lutfiani S.P

( Aktivis Muslimah, Pegiat Literasi dan Media )

Tentu di tengah nyawa yang harus banyak diselamatkan anggaran tersebut akan lebih berarti dan dapat dinikmati untuk mengcover pelayanan, pengadaan riset obat, dan insentif tenaga kesehatan sebagai jasanya menjadi garda terdepan.

Wacana-edukasi.com — Agenda baru Pemerintah mempercepat penggunaan produk dalam negeri (PDN) khususnya untuk sektor pendidikan. Di antaranya penggunaan laptop buatan dalam negeri. Sudah ada rencana pembuatan konsorsium dari perguruan tinggi dan industri TIK mencetak laptop Merah Putih. Berbagai cara ini tidak lepas dari pada satu tujuan yang diraihnya yaitu sebagai bagian upaya membangun kembali kekuatan roda ekonomi dalam negeri.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, berharap laptop buatan anak negeri segera diproduksi dan dipasarkan komersial sehingga mampu bermanfaat dalam pengadaan barang dan jasa (tribunnews.com, 27/07/2021).

Menurut Luhut, pemerintah menyediakan sertifikasi tingkat komponen dalam negeri atau TKDN gratis. Karena itu, target pengadaan TIK lokal untuk bidang pendidikan sebesar Rp 17 triliun hingga 2024. Bukan dana yang sedikit dan mengcover hingga beberapa tahun ke depan.

Harapannya upaya pemerintah ini untuk membangkitkan industri TIK dalam negeri melalui berbagai program termasuk penyediaan akses pasar, penyerapan produksi dalam negeri, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, hingga permodalan (sukabumiupdate.com, 23/07/2021)

Bagaimana dengan nasib pandemi yang telah melenyapkan jutaan nyawa, tidakkah cukup menjadikan perhatian bahwa itu semua juga membutuhkan sinergitas serta pemenuhan kebutuhan dana atasnya? Urgenkah fasilitas ditengah kesempitan kebutuhan dan penjaminan yang mendesak bagi mereka yang terdampak ?

Demokrasi Kapitalis : Menyelesaikan Masalah dengan Hitungan Keuntungan

Dana sebesar 17 Triliun bukanlah angka yang sedikit apalagi di tengah kebutuhan terhimpit dan ekonomi yang sempit. Tentu hal ini perlu diuji kejelasan di tengah wabah yang mengganas, menggilas nyawa dan tenaga kesehatan yang kepayahan.

Urgenitas yang sesungguhnya harusnya adalah nyawa, jika banyak nyawa yang melayang lalu siapa yang akan menggunakan fasilitas dengan pengerjaan selama beberapa tahun ke depan, untuk siapa fasilitas tersebut dinikmati jika generasi hari ini banyak kehilangan kesempatan.

Pandemi harus diakui di tengah hari anak nasional menjadikan mereka yatim, atau piatu bahkan yatim piatu, istri kehilangan suami begitu sebaliknya. Bukankah ini jika dibiarkan juga mengancam nasib generasi dengan kondisi keluarga dan peran yang tidak utuh.

Investasi fasilitas tentu bukan hal yang salah terlebih untuk masa depan generasi agar lebih berkembang serta maju menjadi penyumbang kehebatan dalam negeri hingga dikenal kancah luar negeri. Tidak ada yang salah dalam investasi, hanya patut dipertanyakan ulang urgen kah di tengah wabah yang tiada penjaminan dan tidak meratanya pelayanan kesehatan, bukan hanya alat kesehatan namun juga tenaga kesehatan yang berguguran ?

Tentu di tengah nyawa yang harus banyak diselamatkan anggaran tersebut akan lebih berarti dan dapat dinikmati untuk mengcover pelayanan, pengadaan riset obat, dan insentif tenaga kesehatan sebagai jasanya menjadi garda terdepan.

Atau untuk bantuan sosial yang butuh keakuratan data sehingga mampu tepat sasaran. Di luar sana masih banyak yang membutuhkan peran dari pemangku jabatan di pemerintahan, bukan mengandalkan geliatan organisasi sosial belaka.

Kisah nyata kerancuan ini juga tidak lepas dari pada kebijakan yang lahir. Aturan atau kebijakan itu tentu bukan hal yang muncul sendirinya, tentu memiliki asas dasar pembuatan atau pemberlakuan aturan dalam sebuah negara.

Bentuk pemerintahan demokrasi hari ini merujuk pada asas kebebasan yang juga sama seperti induknya yaitu kapitalis. Demokrasi kapitalis telah menjadi saudara kembar yang saling melengkapi mewujudkan kesenjangan semakin nyata.

Kapitalisme mengarahkan pada sudut pandang semua harus dilakukan berdasarkan keuntungan dan manfaat ke depan yang mampu menjaga modal yang dikeluarkan. Tidak akan pernah melakukan jika hanya kerugian modal yang didapatkan. Sehingga hal ini juga melahirkan aturan yang merujuk kepada bagaimana mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

Jika menyelamatkan nyawa namun mematikan keuntungan roda perekonomian, maka hal itu menjadi suatu pertimbangan apakah akan tetap diseriuskan atau tidak dalam menyelematkan, meski tidak akan pernah transparan dan terlihat kebijakan namun landasan yang diambil dalam membuat kebijakan telah menjadi bukti kuat yang nyata.

Kapitalisme tidak pernah serius melahirkan kebijakan kecuali menguntungkan para pemangku jabatan kekuasaan, karna merekalah yang diamanahkan bahkan diberikan kedudukan sesuai slogan demokrasi yang mewakili rakyat mengatur dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. menjadikan manusia membuat aturan dari akal rasional yang tanpa landasan sehingga timbulnya hanya sesuai kepentingan saja.

Kenyataan ini yang akan terus melahirkan kesengsaraan, penindasan, kesenjangan dan ketidakpastian kepada rakyat sebagai yang berhak untuk penjaminan atas keberadaan negara dengan pemimpinnya. Slogan itu kini benar-benar nyata menjadi mimpi disiang bolong. Rakyat tidak berdaulat, karena dalam kapitalisme kedaulatan itu di tangan individu saja sangat cocok dengan penyebutan sebagai mabda individualis dalam mengatur dan memandang masyarakat.

Akankah perubahan itu nyata disistem yang salah? Tentu, membutuhkan sistem yag sebanding, yang mampu diterapkan dalam wadah sebuah negara.

Sistem Islam Harapan Terjaminnya Masa Depan

Islam bukanlah agama, namun mabda artinya ideologi, karena memiliki aturan dan rujukan yang tepat untuk diterapkan dalam sebuah negara. Negara adalah wujud nyata penerapan aturan. Bahkan setiap ideologi memang membutuhkan kekuatan berupa wujud negara sebagai pelaksana praktis menerapkan ideloginya.

Islam menjadi kebutuhan untuk diterapkan dalam konsep kehidupan. Sepanjang sejarah kaum muslim tidak pernah menerapkan aturan lain, kecuali berdasarkan aturan pencipta yaitu syariat. Wajar jika syariat kini tidak memiliki ruang karena tidak adanya sebuah negara yang menerapkannya.

Aturan Islam tentu bukan untuk umat Islam saja, namun semua umat di dunia. Apalagi masalah seluruh manusia di dunia, kini semakin tidak ditemukan solusinya pada abad kejayaan peradaban barat berjaya, mereka terus melakukan upaya mencari jalan terbaik bagaimana menyelesaikan dan mengambil aturan yang pas.

Padahal aturan itu sudah ada dan lengkap namun memang tidak dilirik dan tidak menjadi perhatian. Justeru dipisahkan dalam kehidupan, manusia diminta mengambilnya yaitu menerapkan dan menjalankan aturan Islam.

Berbicara tentang pendidikan tentu tidak lepas dari sumbangan dan peran pendidikan dari kejayaan Islam kala itu, Islam pertama kali menumbuh-suburkan ilmu dan riset. Bahkan membangun Universitas pertama, dan diakui sebagai Universitas tertua di dunia. Seorang pendirinya muslimah bangsawan yaitu Fatimah Alfihri.

Dalam kacamata Islam pendidikan bagi generasi memang sangat urgen, dari awal tujuan diadakan pendidikan tidak lain adalah untuk mencetak generasi tangguh dan berkepribadian Islam.  Memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Tangguh dan kuatnya kepribadian ini tidak lain menjadi modal taat penuh pada syariat.

Pendidikan, kesehatan, fasilitas umum menjadi kewajiban negara untuk rakyat menikmati secara gratis dengan kualitas terbaik. Kebutuhan pokok menjadi urgen untuk dipenuhi. Tanggungjawab ini tidak atas kepentingan kepemimpinan namun memang tanggung jawab negara menjaga kehormatan, memenuhi kebutuhan, menjamin keamanan dan keselamatan. Tentu dibantu dengan semua bidang yang merujuk pemberlakuan aturannya berdasarkan syariat.

Maka solusi tuntasnya adalah hadirnya negara yang serius menyelesaikan masalah umat dengan penerapan syariat. Ikhtiar yang dibarengi dengan harapan dan pertolongan dari Pencipta, adalah kunci mewujudkan hadirnya wadah negara yang mampu menerapkan syariat dengan prinsip politik negara yang kuat, bertanggung jawab pada diterapkannya syariat total diseluruh sendi kehidupan.

Wallahu’alam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here