Opini

Warisan Rasulullah SAW., yang Diabaikan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Atika Rahmah

Saat ini kita tengah tersesat dalam belantara kehidupan kapitalisme yang berakibat kesengsaran hidup selalu datang silih berganti.

Wacana-edukasi.com — Rasulullah SAW., telah meninggalkan warisan terbaik bagi kaum muslim. Barangsiapa berpegang teguh padanya tak akan pernah tersesat selama-lamanya. Warisan tersebut tak lain adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Dua warisan ini akan menunjuki manusia pada arah yang tepat. Keluar dari petunjuk arah, akan tersesat dan butuh banyak energi untuk kembali. Dasar manusia, tak sedikit yang malah bersusah payah membuat jalannya sendiri. Membusungkan dada dengan pongahnya seraya berkata, “ini hidupku, akan kutentukan sendiri kemana kaki akan melangkah”.

Namun bisa dipastikan, kesombongan hanya akan bermuara pada api neraka. Saat dua warisan ini ditinggalkan bahkan diabaikan, selamat berteman dengan kesengsaraan dan kesempitan hidup.

Al-Qur’an memang dibaca di setiap rumah kaum muslimin, As-Sunnah pun tak ketinggalan sering dibaca atau bahkan dikaji. Namun, salah satu hak dari Al-Qur’an adalah diamalkan, diterapkan seluruh isinya, menjadikannya sebagai petunjuk hidup. Karena Al-Qur’an turun dalam bentuk yang global, maka As-Sunnah akan membantu kita merinci setiap yang global.

Maka, hakikat dua warisan Rasulullah SAW., ini akan tampak jika diterapkan dalam kehidupan kita. Keduanya mampu menjadi senjata ampuh yang tepat sasaran untuk membuat seorang pemimpin maksimal dalam menjalankan amanahnya. Lihatlah bagaimana respon Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan saat dinasehati oleh Abu Maryam al-’Azdy ra., Saya telah mendengar Rasulullah SAW., bersabda:

“Siapa yang diserahi oleh Allah mengatur kepentingan kaum Muslim, kemudian ia tidak memenuhi hajat, kepentingan dan kebutuhan mereka, maka Allah akan menolak hajat, kepentingan dan kebutuhannya pada Hari Kiamat.” Mendengar nasihat itu, Muawiyah segera mengangkat seorang untuk melayani segala kebutuhan orang-orang (rakyat) (HR Abu Dawud).

Amanah kepemimpinan memang sangatlah berat dalam banyak dalil bisa kita temukan bagaimana kecaman Allah dan Rasul-Nya pada pemimpin yang dzalim. Rasulullah SAW. bahkan berdoa:

“Ya Allah, siapa saja yang mengurusi urusan umatku, lalu dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Siapa saja yang mengurusi urusan umatku, lalu dia menyayangi mereka, maka sayangilah dia” (HR Muslim).

Sayangnya, tersebab sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, para pemimpin negeri ini tak pernah melirik dalil-dalil tentang kepemimpinan. Sadar atau kah tidak, hidup dalam lingkaran sekularisme-kapitalisme mendorong kita menuju pada arah yang salah. Saat ini kita tengah tersesat dalam belantara kehidupan kapitalisme yang berakibat kesengsaran hidup selalu datang silih berganti. Setiap harinya tak menjadi tambah baik tapi justru sebaliknya.

Bahkan di tengah luka yang menganga karena beratnya beban hidup di tengah pandemi Covid-19, garam ditaburkan di atas luka rakyat oleh para pejabat daerah yang telah hilang rasa empati. Ibarat kata pepatah menari-nari di atas penderitaan orang lain. Mendapat kucuran dana melimpah, di atas tanah kuburan yang masih basah.

Berita yang mengemuka belakangan ini memang di luar nalar. Sejumlah pejabat yang tergabung dalam tim pemakaman jenazah Covid-19 Kabupaten Jember, dikabarkan menerima honor bernilai fantastis dari kematian pasien Covid-19. Tak tanggung-tanggung honor yang diterima oleh masing-masing pejabat mencapai 70,5 juta rupiah.

Para pejabat penerima dana tersebut berkilah, mereka telah bekerja keras selama pandemi. Harus monitoring siang dan malam, hingga di luar jam kerja (Kompas.com, 29/8/2021). Setelah kasus ini viral dan ditangani pihak berwajib, akhirnya dana yang total berjumlah Rp 282.000.000 telah dikembalikan ke kas daerah. Bupati Jember Hendy Siswanyo pun berjanji akan meninjau regulasi yang ada. Usut punya usut, honor tersebut di atur berdasarkan SK Bupati Nomor 188.45/107/1.12/2021 tertanggal 30 Maret 2021 tentang struktur tim pemakaman jenazah Covid-19.

Apakah masalah selesai dengan kembalinya uang ke kas daerah? Satu masalah mungkin selesai tapi tak ada jaminan kasus serupa tak terulang lagi. Syaikh Taqiyuddin An- Nabhani dalam kitabnya Nizham Al-Islam telah mengingatkan, “aturan yang mengatur hidup manusia tidak mungkin berasal dari manusia, karena manusia bersifat lemah dan tidak mampu mengetahui segala sesuatu. Juga karena pemahaman manusia terhadap tata aturan sangat mungkin sekali terjadi perbedaan, perselisihan, dan pertentangan. Suatu hal yang hanya akan melahirkan tata aturan yang saling bertentangan, yang berakibat kesengsaraan pada manusia.”

Dan hal ini terbukti, saat manusaia dibiarkan membuat aturannya sendiri hanya akan cenderung menguntung beberapa pihak dan merugikan banyak pihak, sebagaimana kondisi kita saat ini. Bagaimana mungkin mendapatkan honor dari pekerjaan yang memang sudah menjadi tanggung jawabnya? Terlebih lagi mereka sudah mendapatkan gaji bulanan selama ini. Maka tak pantas lembur menjadi pembenaran untuk uang puluhan juta rupiah yang didapatkan.

Pemimpin daerah adalah wakil dari pemimpin di pusat yang bertugas melayani rakyat di daerahnya. Menjadi pemimpin berarti mendapat mandat untuk melayani rakyat. Karena itu, seorang pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jika tak siap untuk melayani siang dan malam maka jangan coba-coba untuk melangkah pada kursi kepemimpinan. Ingatlah nasihat Nabi SAW. saat Abu Dzar Al-Ghifari datang untuk meminta jabatan pada Nabi Saw. Abu Dzar bertanya kepada Nabi Saw., “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?” Mendengar permintaanku tersebut, beliau menepuk pundakku seraya bersabda:

“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (Sahih, HR. Muslim no. 1825)

Pemimpin yang baik hanya akan lahir dari sistem yang baik pula. Mengembalikan semua hal ke posisi yang seharusnya menjadi tugas kita saat ini, yakni mengambalikan warisan Rasulullah SAW., sebagaiman yang diamanatkan. Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber aturan bernegara akan melahirkan pemimpin yang amanah dan lahirkan aturan yang membawa kebaikan bagi semua pihak. Karena Allah adalalah Tuhan satu-satunya yang mengetahui aturan terbaik untuk mengatur umat-Nya.

Wallahu’alam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 26

Comment here