wacana-edukasi.com– Akhir-akhir ini kasus mengkhawatirkan bagi generasi muda semakin menjadi. Mereka yang seharusnya menjadi penerus peradaban, tonggak utama perubahan, kini terjebak masalah. Seperti bullying, gaya hidup bebas nan kebablas.
Seperti yang baru-baru ini terjadi kasus perundungan anak. Bocah berinisial F (11) meninggal dunia karena depresi setelah dipaksa berbuat tak senonoh dengan seekor kucing. F yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD) itu ternyata kerap menjadi sasaran bully-an teman-temannya (tribunnews.com, 23/7/22).
Di tempat lain, pembajakan potensi generasi terjadi dengan mewabahnya virus Citayam Fashion Week (CFW). Tren berlenggak-lenggok alias Fashion Show ala anak muda. Tapi belakangan, dibumbui dengan memberi panggung bagi para pelaku LGBT. CFW dianggap tren kebebasan ala anak muda yang berujung kebablasan.
CFW dan Bullying merupakan satu di antara banyaknya permasalahan yang dialami generasi. Mereka semakin jauh dari agamanya. Jauh dari tujuan hidup yang sebenarnya. Bahkan, jauh dari perannya sebagai pemuda. Potensi mereka dibajak oleh sekularisme, gaya hidup liberal nan hedonis.
Melalui sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) identitas pemuda sebagai seorang muslim semakin tergerus. Mereka tidak bisa mengontrol perbuatannya.
Padahal, dibutuhkan generasi yang menghiasi diri dengan iman dan takwa. PR besarnya ada pada negara. Seharusnya negara mampu mencetak generasi berkualitas. Melalui mekanisme pendidikan Islam. Tata kelola pendidikan berbasis Islam mampu mencetak SDM unggul yang beriman dan bertakwa.
Saatnya kembali kepada Islam. Di tengah gempuran sistem rusak sekularisme dan liberalisme yang semakin merusak generasi. Selamatkan generasi muda dengan Islam.
Ismawati
Palembang, Sumatera Selatan
Views: 50
Comment here